Ust Adian : Boikot Produk Zionis: Jihad Melawan Pemikiran Sekuler

Ust Adian : Boikot Produk Zionis: Jihad Melawan Pemikiran Sekuler

Dominasi kaum Yahudi dalam peradaban Barat modern saat ini tidaklah diragukan lagi. Negara mini Yahudi Israel mampu memaksa dunia tunduk kepada kemauan mereka.

Oleh: Dr. Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)

Kekejaman dan kebiadaban kaum Yahudi-Zionis di Palestina semakin menjadi-jadi. Mereka tak peduli dan sudah gelap mata dengan hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan. Aksi-aksi genosida mereka pertontonkan secara mencolok mata, bahkan di bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fithri. 

Umat Islam dan dunia internasional sudah bertindakdan menyerukan berbagai aksi jihad fi-sabilillah. Tapi, Zionis Israel tak peduli, karena terus didukung oleh negara adidaya Amerika Serikat (AS). Mengapa bangsa yang kecil jumlahnya ini bisa mengendalikan negara besar, sehingga terus menuruti kemauan mereka? 

Dalam bukunya, The Culture of Critique, pakar psikologi AS, Prof. Kevin MacDonald menulis, bahwa gerakan intelektual abad ke-20, sebagian besar dibentuk dan dimotori oleh orang-orang Yahudi. Gerakan intelektual itu telah mengubah secara mendasar kehidupan masyarakat Eropa dan telah menghancurkan rasa percaya diri orang-orang Barat (destroyed  the confidence of western man).   

Dalam bukunya,  Tragedy and Hope, Prof. Carroll Quigley menulis, bahwa pada abad ke-19, muncul ideologi yang lebih menekankan sisi-sisi kebinatangan manusia. Pandangan ini, misalnya, dimotori oleh Charles Darwin yang karyanya menekankan bahwa hakikat manusia itu sama dengan binatang. Juga, oleh Sigmund Freud melalui karya-karyanya yang didominasi aspek seksual sebagai motivasi tindakan manusia. (This newer ideology was found in the nineteenth century and may be regarded as one which emphasized man’s freedom, to indulge his more animal-like aspects…). (Quigley, 1998:832). 

Dalam al-Quran, kaum Yahudi digambarkan sebagai kaum yang berlebihan dalam memuja kehidupan dunia. Mereka begitu tamak dengan dunia. (QS 2:96). Pun, mereka hanya mau menerima ilmu yang rasional dan empiris. Kata mereka kepada Nabi Musa a.s.: “Ingatlah ketika kalian berkata, wahai Musa, kami tidak akan pernah beriman kepadamu sampai kami melihat Allah secara nyata.” (QS 2:55). 

Dominasi kaum Yahudi dalam peradaban Barat modern saat ini tidaklah diragukan lagi. Negara mini Yahudi Israel mampu memaksa dunia tunduk kepada kemauan mereka. Hampir seluruh negara dunia menolak klaim Israel atas kota Jerusalem. Tapi, Israel tak ambil pusing. Negara adikuasa seperti AS pun tak berdaya dan menyokong klaim Israel. 

Nah, kini tengoklah sekitar kita? Adakah indikator pemikiran dan tata nilai kehidupan yang “mirip-mirip” dengan ciri-ciri pemikiran Yahudi? Apakah produk-produk intelektual Yahudi itu sudah mewarnai, bahkan mendominasi kehidupan kita?

Rasulullah saw sudah mengingatkan, bahwa umat Islam nanti akan ikut-ikutan “sunnah-sunnah” kaum Yahudi dan Nasrani, sedikit demi sedikit. Bahkan, jika mereka masuk ke lobang biawak sekali pun, diikuti pula oleh kaum Muslimin! (HR Muslim).

Menyusul terus berulangnya kekejaman Israel di Palestina, umat Islam sedunia berulangkali menyerukan aksi boikot produk-produk Israel. Bahkan, pada 7 Maret 2016 lalu, saat penutupan KTT Luar Biasa Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jakarta, Presiden Jokowi juga menyerukan penguatan tekanan kepada Israel. Salah satunya dengan memboikot produk-produk Israel yang dihasilkan di wilayah pendudukan.

Seruan boikot kepada “produk Israel” itu perlu dijabarkan. Yang diboikot bukan hanya produk barang dan jasa. Tetapi, juga termasuk produk-produk intelektual Yahudi, seperti “pola pikir sekuler-materialis” dan semangat menolak diatur oleh Allah SWT, sebagaimana digambarkan dalam banyak ayat al-Quran. “Penjajahan pemikiran”! Itulah alat penjajahan kaum Zionis Yahudi terhadap dunia, termasuk terhadap anak-anak muslim.

Kini, tengoklah dunia pendidikan kita.  Apa motivasi para siswa dan mahasiswa memasuki bangku sekolah atau menyerbu jurusan-jurusan tertentu di universitas? Apakah niat mereka untuk beribadah, untuk berjihad di jalan Allah, atau untuk tujuan duniawi semata! Untuk apa mereka kuliah? Apakah untuk meraih gengsi sosial atau untuk mencari ilmu yang bermanfaat agar bisa berjihad di jalan Allah? 

Nabi saw mengingatkan: “Siapa yang mencari ilmu yang sepatutnya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, lalu ia mencarinya hanya untuk kepentingan dunia semata, maka ia tidak akan mencium baunya sorga di Hari Kiamat.” (HR Abu Dawud).

Renungkan! Betapa kuatnya cengkeraman kurikulum pendidikan bercorak empiris-sekuler! Hingga kini, kurikulum pendidikan masih memaksa para siswa mengakui bahwa mereka adalah kelanjutan kehidupan monyet. Tujuan hidup terpenting adalah “survive” dan bisa mencari makan serta kesenangan duniawi. 

Pendidikan yang menanamkan penyakit cinta dunia akan sangat melemahkan semangat jihad kaum muslim. Seruan jihad fi-sabilillah dan boikot produk-produk Zionis Yahudi tidak akan sukses, sebab akan dilawan oleh sebagian kalangan muslim sendiri, yang berpikiran sekular-materialis, seperti kaum Zionis. 

Rasulullah saw sudah mengingatkan, setiap anak lahir dalam kondisi fitrahnya. Tapi, orang tua dan guru-guru mereka itulah yang mendidik anak-anak itu menjadi seperti Yahudi, Nasrani, dan Majuzi. Jika anak-anak kita sendiri dididik dengan produk intelektual Zionis-Yahudi, bagaimana mengajak mereka mau berjihad fi-sabilillah melawan kaum zionis!

Jadi, seperti diingatkan oleh Prof. Kevin MacDonald, produk-produk intelektual Yahudi sudah mendominasi dan menghegemoni dunia Barat, sehingga menghancurkan rasa percaya diri bangsa Barat. Kini, produk-produk intelektual Zionis-Yahudi pun mendominasi kehidupan kita, termasuk dunia pendidikan kita. 

Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya, Zaadul Ma’ad, membagi urutan-urutan jihad menjadi empat: (1) jihad melawan hawa nafsu (2) jihad melawan setan (3) jihad melawan kaum kuffar (4) jihad melawan kaum munafiqin. 

Jihad melawan hawa nafsu dibagi menjadi empat: (1) Jihad untuk mencari ilmu (2) jihad untuk mengamalkan ilmu (3) jihad untuk mengajarkan (mendakwahkan) ilmu (4) sabar atas dampak dari aktivitas dakwah. Begitulah pendapat Ibnu Qayyim al-Jauziyah.

Nah, itulah tertibnya jihad, menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah! Jihad melawan kaum kuffar dan munafiqin akan gagal ketika umat Islam dicengkeram penyakit cinta dunia dan pikirannya dirusak oleh para setan dari jenis manusia dan jenis jin. Wallahu A’lam bish-shawab. (Jakarta, 8 April 2025).

Sebelumnya :