Oleh : Arief Riyanto, S.Pd. (Founder Parentsmedia)
Ketika seorang suami mulai mengkhianati istrinya, sesungguhnya ia sedang meruntuhkan pondasi rumah tangganya sendiri, perlahan tapi pasti.
Ia bukan hanya menyakiti hati seorang perempuan yang telah mempercayakan hidupnya, tetapi juga sedang mencoreng kesuciannya sendiri sebagai seorang pemimpin keluarga.
Pengkhianatan bukan sekadar dosa antara manusia, tapi luka yang menganga di antara dua hati yang dahulu diikat dalam nama cinta dan ridho Ilahi.
Dan luka hati istri bukan perkara ringan, ia bisa menjadi penghalang turunnya rahmat dan keberkahan dalam hidup.
Shalat, puasa, dan ibadah lainnya, bisa saja tak sampai ke langit sebelum maaf sang istri tercurah dari lubuk hati yang terdalam. Doa bisa saja tertahan di antara dinding rumah yang penuh luka dan kekecewaan.
Karena bagaimana mungkin hubungan dengan Allah terjalin indah, jika hubungan dengan pasangan halal kita sendiri penuh pengkhianatan?
Maka, wahai para suami, berjuanglah. Jagalah istrimu, sebagaimana engkau ingin dijaga oleh Allah. Rawat cintanya, sebagaimana engkau ingin dirawat dalam ridho-Nya.
Dan jika pernah tergelincir, jangan larut dalam dosa. Allah tidak mencintai kesempurnaan, tapi Allah amat mencintai hamba yang berdosa lalu bangkit dengan tobat yang tulus.
Sebaik-baik pendosa adalah yang selalu ingin kembali dan memperbaiki.
Bersihkan hati, kembalilah pada istrimu, mohonlah maaf dengan sungguh, dan mulailah lagi dari cinta yang benar, cinta yang diridhai Allah.