Parenting : Dari Nabi Ibrahim hingga Luqman: Jejak Ayah Hebat dalam Al-Qur’an

Parenting : Dari Nabi Ibrahim hingga Luqman: Jejak Ayah Hebat dalam Al-Qur’an

Arief Riyanto : Karena ayah bukan hanya pencari nafkah, tapi pembentuk jiwa.

Oleh : Arief Riyanto, S.Pd.


Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, keluarga menjadi benteng utama dalam menjaga nilai dan karakter anak-anak. 

Namun sering kali, peran ayah dalam mendidik anak justru terpinggirkan oleh kesibukan mencari nafkah atau dianggap sebagai tugas utama ibu. 

Padahal, Al-Qur’an telah memberikan teladan nyata tentang betapa pentingnya kehadiran ayah dalam membentuk jiwa dan akhlak anak. 

Dari Nabi Ibrahim ('alaihis salam) hingga Luqman ('alaihis salam), kita menemukan jejak ayah hebat yang patut menjadi inspirasi bagi para ayah masa kini.

Keduanya menunjukkan bahwa ayah punya peran penting dalam mendidik anak, bukan hanya secara materi, tapi lebih dalam—secara ruhani dan akhlak.

Nabi Ibrahim ('alaihis salam) berbicara lembut dan penuh cinta kepada Ismail ('alaihis salam) saat menerima perintah Allah Ta'ala untuk menyembelihnya.

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata: 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia (Ismail) menjawab: 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" 

(QS. Ash-Shaffat: 102)

Nabi Ibrahim ('alahis salam) melibatkan anaknya dalam mengambil keputusan besar atas perintah Allah Ta'ala.

Ia tidak memaksakan kehendak, hal ini menunjukkan sebuah penghargaan dan kepercayaan besar dari ayah kepada anaknya.

Dari sini kita belajar bahwa komunikasi yang jujur adalah jembatan cinta antara ayah dan anak.

Jika Nabi Ibrahim ('alahis salam) adalah teladan dalam cinta dan kepatuhan, maka Luqman ('alaihis salam) adalah simbol kebijaksanaan dalam mendidik anak.

Luqman ('alaihis salam) memberi nasihat penuh hikmah kepada anaknya yang diabadikan dalam Al Qur'an.

Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."

(QS. Luqman: 13)

“Wahai anakku! Dirikanlah shalat, dan suruhlah kepada yang ma’ruf, cegahlah dari yang mungkar, dan bersabarlah atas apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting."

(QS. Luqman: 17)

Luqman ('alaihis salam) tidak mewariskan harta, tapi nilai. Tidak sekadar mengawasi, tapi membimbing dengan hati.

Nilai ketauhidan, akhlak sosial dan spritual yang Luqman ajarkan menjadi prinsip hidup yang luhur agar kelak anaknya menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan berkarakter.

Untuk para ayah hari ini, dari dua sosok ayah hebat dalam Al-Qur’an ini, kita mendapatkan pesan yang sangat kuat bahwa kehadiran dan keterlibatan ayah dalam mendidik anak adalah keniscayaan.

Anak-anak kita tak hanya butuh uang jajan, gadget dan segenap fasilitas lainnya untuk menunjang hidupnya di era modern ini.

Namun yang mereka butuhkan adalah sesuatu yang lebih dari itu. Ya, walaupun mereka tidak mengucapkannya secara gamblang di lisannya, kita harus peka bahwa mereka butuh nasihat, pelukan, dan teladan dari ayah.

Ayah, jadilah madrasah pertama bagi mereka. Karena kehadiranmu hari ini, adalah kekuatan mereka di masa depan.

Sebelumnya :