(Kisah Inspiratif) PERJALANAN MENCARI KEBENARAN, bagian 1

(Kisah Inspiratif) PERJALANAN MENCARI KEBENARAN, bagian 1

Semangat mempelajari Al-Qur'an semakin menggebu-gebu. Pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri terus terlontar. Saking banyaknya pertayaan sampai harus dicatat untuk dicari jawabannya kemudian. Seperti terlahir kembali menjadi orang yang baru. 

Eka Pratama (Alumni Mesin ITB 2002. Sangat inspiratif)

(bagian 1)

Bismillaahirrahmaanirrahiim 

Saya bukan ustadz. Saya hanya seorang "truth seeker" yang suka menulis. Semoga Allah meluruskan niat saya menulis hanya karena Allah, dan bukan karena yang lain. Tulisan ini pun request dari seseorang (yang dekat) yang bertanya pada saya mengenai temannya, yang memiliki pertanyaan unik mengenai Al-Qur'an. Tentang mengapa ayat Al-Qur'an sering kali sulit dimengerti?

Mengapa ayat-ayat nya seperti meloncat-loncat dan tidak tersusun secara sistematis?

Bagaimana cara meraih maknanya dengan baik sehingga bisa diamalkan dalam kehidupan kita?

Apakah ada pengaruhnya jika kita bisa berbahasa arab dalam mempelajari Al -Quran?

Bukankah mampu berbahasa Arab pun belum menjamin seseorang bisa menjangkau makna Qur’an?

Mendengar pertanyan-pertanyaan ini seperti dejavu. Teringat pertanyaan-pertanyaan saya sendiri beberapa tahun yang lalu, yang bahkan lebih liar dari ini. Tapi Alhamdulillah... Justru pertanyaan-pertanyaan seperti itulah, yang jika kita mencari jawabannya dengan tulus dan murni untuk mencari kebenaran (bukan kesombongan), kemudian kita menemukan jawabannya, akan membuat iman kita kokoh dan tak tergoyahkan.

Tulisan ini mungkin tidak bisa menjawab semua pertanyaan di atas. Saya hanya sharing pengalaman saya sendiri, yang mungkin bisa diambil manfaatnya dan dipakai untuk memotivasi. Motivasi untuk terus mencari jawaban, menggunakan segala potensi yang kita miliki, termasuk akal. Dan akal bukanlah logika tanpa batas. Akal adalah logika yang tunduk dan rendah hati.

Motivasi bagi siapapun yang memiliki pertanyaan yang sama, atau bahkan yang sedang mengalami krisis keimanan, atau untuk siapapun yang pada titik tertentu dalam hidupnya mulai bertanya: Mengapa saya ada di sini? Untuk apa sih tujuan hidup ini? Apa yang terjadi setelah saya mati? Dari mana saya tahu saya memiliki keyakinan yang benar?

Well, mari kita mulai.

Alhamdulillah...I was born as a muslim. Yup, orang tua dan keluarga saya juga muslim. (Saya tidak sedang mengomentari istilah agama warisan yang ditulis seorang remaja baru-baru ini, hehe.)

Saya hanya mau menceritakan bahwa saya sangat menyesal karena sangat terlambat menyadari anugrah Allah yang telah menakdirkan saya terlahir di keluarga muslim. Penyesalan yang baru terjadi beberapa tahun ke belakang, mungkin sekitar tahun 2014. Sebelum itu, interest saya terhadap ilmu agama sangat minim, sangat jarang ikut kajian, apalagi baca buku agama. Ibadah pun pas-pasan, shalat subuh sering kesiangan, baca Qur'an jarang-jarang, zakat kadang-kadang, pas ada yang minta bantuan paling enggan, puasa bulan Ramadhan juga datar-datar aja dan lewat begitu aja tanpa ada perubahan. Fokus saya saat itu adalah: uang, bayar utang, menafkahi istri dan anak, membangun rumah tangga, rumah, mobil, pendidikan anak dan sejenisnya. Karena menurut saya pada saat itu, itulah yang bisa mendatangkan kebahagiaan dalam hidup.

Hingga suatu saat ketika utang semakin sedikit, penghasilan makin naik, karir pekerjaan semakin baik (walaupun menuntut waktu lebih banyak dan tanggung jawabnya lebih besar), rumah sudah ada, mobil sudah ada, biaya kesehatan ditanggung, saya mulai suka bertanya sendiri: What's next? (Selanjutnya apa?).

OK, next-nya mungkin rumah yang lebih bagus, mobil yang lebih bagus, dan sejenisnya. Dan ketika semua itu tercapai, saya mulai ngerasa aneh. Kok kerasa hampa ya? Ngga sebahagia yang dibayangkan sebelumnya. Meanwhile, tanpa disadari tuntutan pekerjaan makin ganas, dan stress mulai melanda. Instead of baca Qur'an, musik-film-game lah yang jadi andelan. Stress memang hilang, tapi sesaat. Besoknya balik ke kantor stress lagi. Sampai akhirnya semua itu mulai berpengaruh ke kesehatan. Mulai sering sakit, daya tahan tubuh drop, sering kena maag, asam lambung, dll. Saya kadang menjadi sedikit delusional, sering membuat lagu sendiri, membuat puisi sendiri, kadang hanyut di alam khayalan dan angan-angan kosong. Rindu akan kedamaian, yang abstrak, yang entah bagaimana mencapainya.

Sampai suatu hari, saya jatuh kepeleset di stasiun dengan posisi jatuh terduduk. Ceritanya panjang sebenernya, singkat cerita saya jadi ngga bisa berdiri, ngga bisa duduk, apalagi jalan, karena setelah diperiksa dokter, ada urat yang kejepit di punggung/pinggang. Ada cairan lumbal disc yang pecah dan menjepit saraf. Saya harus dioperasi, walaupun cuma operasi kecil. Tapi tetep harus dibius total. Saya masih ingat betul, pemandangan terakhir yang saya ingat di ruang operasi, sebelum saya ngga sadar, adalah lampu di atas ruang operasi. Melihat lampu itu dengan syahdu, saya membatin: "Gimana kalau ada yang salah dan saya mati? Inikah akhir perjalanan hidup?"

Alhamdulillah saya masih hidup, dan operasinya berjalan lancar. Beberapa hari kemudian saya sudah bisa pulang ke rumah dan menjalani masa pemulihan. Sudah bisa duduk, berdiri dan berjalan walaupun belum normal. Saya mulai suka bermimpi yang aneh-aneh. Suatu hari saya bermimpi sedang digantung di atas lautan api yang menyala-nyala. Astaghfirullah....mimpinya serasa begitu nyata, sampai pas bangun pun rasanya masih teringat bagaimana panas yang terasa.

Mimpi itu seperti lecutan yang menghantam keras. Setelah itu saya mulai sering membuka Al-Qur'an, dan mulai membaca buku-buku agama. Air mata pun mulai sering menetes. Rasa sesal mulai meresap ke dalam hati.

Mimpi berikutnya tak kalah menakutkan. Ketika terbelalak melihat matahari terbit dari arah barat. Dan seketika itu datang rasa sesal yang begitu nyelekit. Tertutup sudah pintu taubat. Astaghfirullah...

Setelah itu, semangat mempelajari Al-Qur'an semakin menggebu-gebu. Pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri terus terlontar. Saking banyaknya pertayaan sampai harus dicatat untuk dicari jawabannya kemudian. Seperti terlahir kembali menjadi orang yang baru. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Mengapa saya ada di dunia ini?", "Apa tujuan saya ada di sini?", " Apa tujuan hidup ini?", "Apa yang terjadi setelah kita mati?", "Bagaimana saya tahu apa yang saya yakini ini benar?", "Apa sih sebenarnya isi Al-Qur'an?". Bahkan sampai bertanya, "Apa buktinya ya Qur'an itu benar dari Sang Pencipta, dan bukan buatan manusia?", dan "Apa buktinya ya Islam itu benar?".

Berhubung pertanyaan saya agak liar, saya kadang menghindari pertanyaan langsung kepada ustadz. Karena setelah saya sensor pertanyaannya pun, seringkali jawabannya kurang memuaskan. Seringkali malah saya mendapat renspon bahwa pertanyaan saya ini ngga patut, dan bahwa keyakinan itu ya harus yakin aja, bahwa agama itu diyakini dengan hati, bukan dengan akal. Dan seringkali diakhiri dengan kata "Pokoknya begini, dan begitu". Terpaksa saya iya kan aja, walaupun saya membatin, "Kalau keyakinan itu ya harus yakin aja, orang yang beragama lain juga bisa pake argumen yang sama dong. Terus masa ada multiple kebenaran, padahal antara satu dan yang lain bertentangan? Taklid buta dong jadinya."

Sehingga saya lebih banyak mencari sendiri melalui membaca buku, artikel, menonton video ceramah, dokumenter, dll. Hingga seorang teman memperkenalkan saya dengan video-video Ust. Nouman Ali Khan, begitu juga teman lain yang memperkenalkan dengan video Dr. Zakir Naik. Walaupun tidak pernah bertemu, mereka terasa begitu dekat di hati. Both of them are my heroes. Isi ceramahnya benar-benar persis dengan apa yang saya butuhkan. Saya sangat beruntung, bahasa Inggris yang sehari-hari digunakan di tempat kerja, ternyata sangat berguna untuk mendengarkan ceramah mereka berdua dalam bahasa aslinya.

Saya sangat terinspirasi dengan Dr Zakir Naik ketika beliau sedang berdebat dengan seorang atheis, kemudian beliau berkata, "So you're an atheist? Congratulation! You're half a moeslim. To become a moeslim you need to admit that there is no god, except Allah, Laa ilaaha illallah. You already believe there's no god, correct? Then my job is to convince you another half: illallah, except Allah." (Jadi anda ateis? Selamat! Berarti anda setengah muslim. Untuk menjadi seorang muslim, anda harus mengakui bahwa tidak ada tuhan, selain Allah, Laa ilaaha illallah. Anda sudah percaya bahwa tidak ada tuhan, benar? Jadi saya tinggal meyakinkan anda setengah bagian berikutnya: illallah, kecuali Allah).

Beliau juga menjelaskan bahwa kunci untuk menjawab pertanyaan: "Apa bukti Islam lah yang benar?", adalah Al-Qur'an. Bahwa selain menjadi petunjuk dan pedoman hidup, Al-Qur'an juga merupakan sebuah mukjizat. Hard proof bahwa itu memang berasal dari Tuhan Yang Esa, Allah. Beliau menguraikan bagaimana ayat-ayat Qur'an mendahului science sebanyak 1400 tahun. Sesuatu yang baru-baru ini saja ditemukan science, ternyata sudah disebutkan Al-Qur'an 1400 tahun yang lalu, di tengah gurun pasir tandus, melalui Nabi yang Ummi (tidak bisa baca tulis). Siapa kah yang memberi tahu Nabi Sallallahu'alaihi wasallam, jika bukan Allah The Creator.

"Di bumi itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang yakin, dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"

(Adz Dzaariyaat: 20-21)

Beberapa di antaranya:

1. Teori Big Bang dan asal usul alam semesta yang baru di era science modern ditemukan (1980an), yang menyatakan bahwa alam semesta saat ini terus mengembang. Dan dulu merupakan suatu kesatuan massa besar namun kemudian terjadi ledakan besar sangat dahsyat (big bang) yang terus mengembangkan alam semesta. Hal ini ternyata sudah diisyaratkan dalam Surat Al-Anbiyaa: 30

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"

2. Bulan bercahaya dengan memantulkan sinar matahari. Hal ini juga baru diketahui science modern. Dulu orang menyangka bulan memancarkan cahayanya sendiri. Dan ayat Qur'an sudah menyebutkannya jauh lebih dulu dalam Surat Al-Furqaan: 61 dan juga ayat-ayat lain. Al Qur'an selalu konsisten menyebutkan matahari dengan "Syams" atau "Siraaj (obor)" atau "wahhaaj (lampu menyala)". Dan cahaya bulan dengan kata " muniir" yang artinya tidak mengelurkan cahayanya sendiri.

3. Besi yang sekarang ada di bumi, tidak terbentuk saat bumi terbentuk pertama kali. Penemuan astronomi modern mengungkap bahwa logam besi yang ada di bumi ternyata berasal dari benda-benda luar angkasa. Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan di dalam inti bintang-bintang raksasa. Hal ini lagi-lagi sudah disebutkan dalam Surat Al Hadid: 25. Pada ayat ini, kata "Anzalnaa" berarti "Kami turunkan".

4. Gunung sebagai pasak yang memiliki root/akar yang menhujam ke lapisan dalam bumi sebagai penstabil kerak bumi. Hal ini baru diketahui ilmu geologi modern. Dan Al Qur'an sudah menyebutkan ini dalam Surat Thaha: 6-7, Surat Al-Anbiyaa:31, dan Surat Lukman:10.

5. Gunung yang bergerak perlahan (beberapa cm per tahun). Juga baru diketahui ilmu geologi modern. Dan Al Qur'an sudah menyebutkan ini dalam Surat An Naml:88.

6. Fenomena pembatas antara dua perairan. Seperti di daerah Selat Giblatar, yaitu pertemuan antara Laut Mediterania dan Laut Atlantik. Diungkapkan oleh ahli Oseanografi Francis J. Cousteau. Dan ini sudah disebutkan dalam Surat Ar-Rahman: 19-20 dan An-Naml: 61.

7. Penciptaan manusia di dalam kandungan ibu. Dr Keith Moor, seorang ahli embriologi dibuat takjub dengan begitu akuratnya Al-Qur'an mendeskripsikan perkembangan embrio dalam Surat Al-Alaq:1-2, Surat Al-Mu'minuun:12-14, Surat Al Qiyamah:38 dan Surat Al Hajj: 5.

Dan masih banyak lagi dan tidak bisa saya sebutkan satu per satu di sini karena begitu banyaknya. Subhaanallah...

.....lanjut ke bagian 2

Sumber :

Link artikel aslinya di Facebook:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10213366727025659&id=1323357692

Versi blog:

https://kinetics46.life/2017/06/11/perjalanan-mencari-kebenaran/

Buku Terbit tahun 2018:

https://kinetics46.life/2018/05/11/buku-perjalanan-mencari-kebenaran/

Sebelumnya :
Selanjutnya :