Tantangan, dan Solusi : Generasi Z dan Dunia Kerja

Tantangan, dan Solusi : Generasi Z dan Dunia Kerja

Ketika cinta terhadap dunia  baik dalam bentuk uang, kenyamanan, maupun status  mendominasi, hal ini bisa melemahkan keimanan dan semangat bekerja keras.

Oleh : Hawin Murtadlo Bukhori

Generasi Z kini menjadi topik hangat di dunia kerja. Di satu sisi, mereka dikenal adaptif terhadap teknologi dan kreatif. Namun, di sisi lain, banyak perusahaan justru memberhentikan mereka tak lama setelah diterima. Berdasarkan studi Euronews yang melibatkan 1.000 manajer, satu dari enam manajer mengaku enggan mempekerjakan Gen Z karena dianggap kurang siap memasuki dunia profesional.

Mengapa Gen Z Banyak Dipecat?

Hasil studi menunjukkan sepuluh alasan utama yang menyebabkan Gen Z sering dipecat:

1. Kurang motivasi dan inisiatif dalam bekerja (50%)

2. Kurang profesional (46%)

3. Keterampilan organisasi yang buruk (42%)

4. Kurang kemampuan komunikasi (39%)

5. Tidak mampu menerima kritik (38%)

6. Minim pengalaman kerja yang relevan (38%)

7. Lemah dalam pemecahan masalah (34%)

8. Kemampuan teknis yang tidak memadai (31%)

9. Tidak cocok dengan budaya perusahaan (31%)

10. Kesulitan bekerja dalam tim (30%)


Dari testimoni para manajer, banyak pekerja Gen Z kesulitan memahami etika kerja, tidak memiliki kemampuan sosial yang baik, dan tidak tahu bagaimana berbicara atau berpakaian secara profesional. Sebagian besar masalah ini berakar pada kurangnya pengalaman kerja nyata selama masa pendidikan mereka.

Fenomena Gaya Hidup Hedonis

Jika kita melihat lebih dalam, salah satu penyebab utama adalah gaya hidup yang hedonis. Gen Z tumbuh di era di mana kemudahan dan kesenangan duniawi selalu diutamakan. Sejak kecil, mereka terbiasa mendapatkan semua yang diinginkan tanpa perlu usaha besar. Acara sekolah lebih banyak diisi hiburan daripada pendidikan karakter, sementara media sosial membentuk persepsi bahwa sukses adalah "pekerjaan santai dengan gaji besar."

Rasulullah SAW telah memperingatkan kita tentang bahaya cinta dunia:

> حب الدنيا رأس كل خطيئة

“Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan.” ( HR. Baihaqi )

Ketika cinta terhadap dunia — baik dalam bentuk uang, kenyamanan, maupun status — mendominasi, hal ini bisa melemahkan keimanan dan semangat bekerja keras.

Rasulullah juga mengingatkan:

> ما ذئبان جائعان أرسلا في زريبة غنم بأفسد لها من حرص المرء على المال والشرف لدينه

“Tidaklah dua serigala lapar dilepas di tengah kawanan kambing lebih merusak daripada sifat rakus terhadap harta dan kehormatan terhadap agama seseorang.”

( HR. Tirmidzi dan Tabrani )

Keserakahan terhadap harta dan kedudukan dapat menghancurkan akhlak dan kepribadian. Hal ini terlihat pada pola pikir sebagian Gen Z yang cenderung ingin hasil instan tanpa proses panjang.

Kurangnya Perhatian dan Doa Orang Tua

Di sisi lain, pola asuh juga memegang peranan penting. Banyak orang tua terlalu sibuk bekerja hingga lupa memberi perhatian emosional dan pendidikan moral kepada anak-anak mereka. Gadget menjadi pengasuh utama, sementara nilai-nilai agama sering kali terabaikan.

Anak-anak yang tumbuh tanpa bimbingan spiritual dan disiplin akan kesulitan menghadapi kerasnya dunia kerja. Mereka menjadi rapuh, tidak tahan kritik, dan mudah menyerah saat menghadapi tantangan.

Solusi untuk Generasi Z dan Orang Tua

Fenomena ini bukan hanya tanggung jawab Gen Z, tetapi juga orang tua dan perusahaan. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Untuk Gen Z:

* Tunjukkan inisiatif: Jangan hanya menunggu instruksi. Proaktiflah dalam mencari solusi.

* Beradaptasi dan terbuka terhadap kritik: Anggap umpan balik sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.

* Tingkatkan keterampilan: Fokus pada hard skill seperti kemampuan teknis, serta soft skill seperti komunikasi dan kerja tim.

* Pahami etika kerja: Tepat waktu, berpakaian profesional, dan berbicara sopan adalah kunci.

* Magang atau kerja paruh waktu: Pengalaman kerja sejak dini akan membantu memahami dinamika dunia profesional.

2. Untuk Orang Tua:

* Ajarkan kesederhanaan: Jangan biasakan anak mendapatkan segalanya dengan mudah.

* Batasi penggunaan gadget: Habiskan waktu berkualitas bersama anak.

* Tanamkan nilai agama sejak dini: Jadikan iman sebagai kompas hidup anak.

* Doakan anak-anak kita: Tidak ada yang lebih kuat dari doa orang tua untuk kesuksesan anak di dunia dan akhirat.

3. Untuk Perusahaan:

* Berikan pelatihan awal yang memadai.

* Jadilah pemimpin sekaligus mentor yang membantu pekerja muda beradaptasi.

Kesuksesan Dimulai dari Rumah

Generasi Z adalah cerminan bagaimana kita, sebagai orang tua, membimbing mereka. Jika mereka rapuh di dunia kerja, itu berarti ada nilai-nilai yang belum kita tanamkan dengan baik. Sudah saatnya kita memulai perubahan dari rumah, dengan membangun karakter yang kuat, iman yang kokoh, dan kesederhanaan dalam hidup. Karena pada akhirnya, keberhasilan anak-anak kita bukan hanya tentang karier, tetapi juga tentang menjadi manusia yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.


Sebelumnya :