Untuk anak bagi orangtua tidak boleh lelah berharap dan berusaha. Jangan sampai putus asa, jangan pernah putus harapan. Anak adalah aset paling utama yang dimiliki setiap orangtua
Syaikh Abdurrahman Dahy dalam kitab Taurits Al-Iltizam menyatakan, di antara hal penting dalam tarbiyah anak adalah harapan dan doa kebaikan dari orangtua untuk anak-anaknya. Orangtua yang tidak lelah berusaha mentarbiyah anak disertai usaha membangun harapan agar anak-anak selalu berada dalam kebaikan.
Mungkin anak-anak belum sesuai harapan, namun orangtua tidak boleh lelah berharap dan berusaha. Jangan sampai putus asa, jangan pernah putus harapan. Anak adalah aset paling utama yang dimiliki setiap orangtua, maka usaha mentarbiyah anak merupakan sebesar-besar usaha orangtua.
Dalam kondisi seperti apapun, jangan pernah memiliki harapan keburukan kepada anak. Nabi saw melarang kita mendoakan keburukan untuk anak. Beliau saw bersabda,
لا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لَا تُوَافِقُوا مِنْ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ
“Janganlah kalian mendoakan kejelekan untuk diri kalian sendiri, dan janganlah kalian mendoakan kejelekan untuk anak-anak kalian, serta jangan mendoakan kejelekan untuk harta kalian. Janganlah kalian berdoa seperti itu karena boleh jadi bersesuaian dengan satu waktu dari Allah yang jika Dia diminta sesuatu pada waktu tersebut, Dia pasti mengabulkannya untuk kalian” (HR. Muslim).
Misalnya ada orangtua mengatakan bahwa dirinya sudah putus asa untuk mendidik anaknya. “Anak saya jahat dan tidak mungkin menjadi baik. Semoga ia celaka karena tidak mau menurut orangtua”, ini adalah contoh doa dan pengharapan yang buruk terhadap anak.
Hendaknya orangtua selalu membangun harapan kebaikan dan mendoakan anak agar selalu berada dalam kebaikan. “Saya yakin anak saya baik, dan akan menjadi lebih baik. Semoga Allah memberikan hidayah agar anak saya selalu berada dalam jalan kebenaran dan kebaikan melalui tarbiyah”, ini adalah contoh doa dan harapan kebaikan.
Demikian pula, Nabi saw melarang kita mendoakan keburukan untuk diri kita sendiri. Beliau saw bersabda,
لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُم إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ المَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُوْنَ عَلَى مَا تَقُوْلُوْنَ
“Jangan mendoakan jelek untuk diri kalian sendiri, doakanlah yang baik-baik saja. Karena malaikat akan mengaminkan apa yang kalian ucapkan” (HR. Abu Daud, no. 3115).
Misalnya ada orangtua yang mengatakan bahwa dirinya gagal mendidik anak. “Saya orangtua yang gagal dan tidak bisa mentarbiyah anak. Biar hancur sekalian keluarga saya, karena kegagalan saya”, ini adalah contoh doa dan pengharapan yang buruk terhadap diri dan keluarga.
Hendaknya orangtua membangun harapan dan doa kebaikan untuk dirinya. “Saya memang lemah dalam mendidik anak. Namun saya yakin Allah akan membimbing saya melakukan tarbiyah kepada anak-anak. Semoga Allah mudahkan saya untuk membimbing anak-anak saya menuju jalan kebaikan”.
Selanjutnya Syaikh Abdurrahman Dahy menukil sebuah kisah ulama salaf. Bahwa seseorang datang menemui Abdullah bin Mubarak mengadukan kedurhakaan anaknya. Abdullah bin Mubarak bertanya, “Apakah engkau mendoakan keburukan terhadapnya?”
“Iya,” jawab orang tersebut.
“Pergilah, sesungguhnya engkau telah membuatnya rusak”, jawab Abdullah bin Mubarak.
Inilah hal yang membuat tarbiyah di dalam rumah tidak bisa berjalan dengan baik. Karena orangtua lelah dalam mengupayakan kebaikan bagi anak-anaknya, dan menyerah dengan keadaan. Hingga akhirnya mendoakan keburukan.
Mari bersemangat membangun harapan dan doa kebaikan untuk anak-anak kita. Agar mereka menjadi generasi tarbiyah yang meneruskan perjuangan dakwah orangtuanya.
Akhukum, Cahyadi Takariawan.
Referensi: Abdurrahman Dahy, Mewariskan Komitmen Dakwah, Era Intermedia, 2023.