KPIQP: Jangan Biarkan Perempuan dan Anak Al Quds Terus Menderita

KPIQP: Jangan Biarkan Perempuan dan Anak Al Quds Terus Menderita

UMMATTV JAKARTA--Penduduk Al Quds telah menderita lama sejak Israel menjajah pada 1967. Kota yang menurut kebijakan PBB seharusnya menjadi kota yang dikelola lembaga Internasional dirampas Israel melalui invasi militer. Sejak saat itu, Israel menerapkan kebijakan yang menyengsarakan penduduk Al Quds, agar mereka angkat kaki dari rumah mereka.

Kebijakan berupa pajak yang tinggi sehingga penduduk Al Quds tidak bisa membayarnya. Lalu, sulitnya mendapatkan izin membangun rumah hingga penduduk sering terpaksa menambah bangunan rumah mereka tanpa ijin. Ujungnya, pemaksaan pembongkaran rumah. Berdasarkan data dari OCHA (United Nation Office for the Coordination of Humanitarian Affairs), sejak 2009 hingga saat ini, sebanyak 2.669 warga Al Quds terkena kebijakan pengusiran dan penghancuran rumah.

Perempuan dan anak-anak merupakan korban mayoritas dari kebijakan ini. Penderitaan mereka semakin bertambah dengan dibangunnya kebijakan tembok rasial yang membatasi gerak langkah warga Al Quds dengan tetangga terdekatnya. Warga Al Quds menjadi terisolasi satu sama lain. Untuk sekedar berangkat sekolah, seorang anak harus melewati berbagai pos penjagaan.

Dunia boleh saja berdiam dengan segala yang terjadi. Namun Indonesia, melalui KPIQP menyerukan supaya penderitaan ini segera dihentikan. Penjajahan tidak layak untuk dipertahankan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan. Melalui webinar yang dilakukan pada Sabtu, 13 Maret 2021 pukul 13.00 dengan tema “Duka Perempuan dan Anak Al Quds, Duka Kita”, KPIQP menunjukkan komitmen dukungan ini.

Pembicara I: Bapak Drs. Bunyan Saptomo, M.A. Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan kerjsama Internasional MUI PUsat

Peran Umat Islam dalam Kontribusi Pada Al-Aqsa

Dari segi iman, kita semua yakin, Al-Aqsa merupakan footprint dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an. Al-Aqsa juga diakui sebagai warisan wakaf umat Islam oleh badan internasional. Namun, saat ini terjadi penjajahan disana.

Al-Aqsa sebagai bagian dari Yerusalem dan Palestina, merupakan wilayah perebutan sejak dahulu. Yerusalem telah berpindah 44 kali penguasa, dan terakhir Israel. Wilayah ini tentu strategis dan penting dalam kedudukan internasional. Kanaan (nama pada 2000 tahun SM) merupakan wilayah bagian dari Kekaisaran Asyiria, kemudian 1000 tahun SM dikuasai oleh Mesir kuno, lalu 1000 tahun – 750 tahun SM memerdekakan Palestina dari penguasaan asing zaman Nabi Daud, lalu neo Babilonian atau Kekaisaran Asyiria baru, kemudian Persia, Romawi paling panjang selama hampir 900 tahun sampai akhirnya direbut kekuasaan Islam 637 M sampai perang salib kurang lebih selama 400 tahun. Serangan Mongolia ternyata membantu tentara Salib dalam memerangi tentara Islam, Palestina akhirnya jatuh pada tangan Prancis, Dinasti Mamluk akhirnya bisa mengambil alih lagi hingga Kesultanan Turki Utsmani, sampai akhirnya Inggris mengambil alih sebagai protektor kurang lebih selama 30 tahun dan keluarlah deklrasi balfour yang membuat imigran yahudi berdatangan ke Palestina.

Jangan putus asa, Islam pernah bisa menguasai kurang lebih selama 600 tahun setelah Perang Salib. Dalam perjuangan Palestina, ada ajaran Islam “Apabila umat Islam melihat kemungkaran, ubahlah dengan tanganmu, apabila tidak mampu, ubahlah dengan ucapanmu, apabila tidak mampu, ubahlah dengan hatimu, ini selemah iman”.

SWOT umat Islam ajaran Islam yang kuat, AL-Qur’an dan As-Sunnah, namun sayangnya umat yang mulai meninggalkannya. Kemudian jumlah umat Islam yang sangat besar, namun powerless. Menandingi Israel berarti dari berbagai sisi seperti ekonomi, militer, teknologi, dan lainnya. Ekonomi umat Islam akhirnya dilemahkan dan akhirnya hanya membeli persenjataan dari Amerika untuk perang saudara. Soft power yaitu dari keadilan (hukum internasional) sesuai dengan ajaran Islam. Minimal ada 5 kejahatan Israel dalam hukum internasional yaitu agresi, ancaman keamanan internasional (pelanggaran piagam PBB), genosida, kejahatan rasis/apartheid, kejahatan kemanusiaan. Menimbulkan kesengsaraan, kemiskinan, kemelaratan. Hal ini juga berkaitan bagaimana ibu-ibu di Palestina untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dalam pendidikan, kesehatan, pangan, dan lainnya. Apalagi jika single parent. 

Upaya terus untuk kampanye persatuan membela Palestina atas penjajahan Palestina apalagi softpower tentu ada dampaknya dalam era digital ini. Contohnya softpower kampanye anti perang di Amerika berhasil menghentikan peperangan dengan Vietnam. Menggalangang kampanye bahwa Israel pembangkangan nyata terhadap PBB dan prinsip-prinsip Internasional seperti keadilan dan persamaan hak dalam masyarakat internasional. Upaya mewujudkan perdamaian dalam arti melawan penjajahan Israel.

Pembicara II: Ibu Dr. Trias Setiawati, M.Si. Ketua Pusat Studi Gender dan Dosen Universitas Islam Indonesia

Pembelaan HAM terhadap perempuan dan anak-anak Palestina untuk Menyelamatkan Kemanusiaan

Salah satu pengrusakan yaitu berupa penebangan hutan, dinding pembatas, gerbang pemeriksaan, anak-anak yang terpaksa bekerja.

Artikel Human Rights yakni bahwa setiap manusia lahir ke dunia dengan merdeka terbebas dari jenis kelamin, warna kulit, bahasa, agama, dan lainnya. Dalam artikel human rights terkait dengan hak seoseorang bagaimana merdeka menjalankan hidupnya.

Perempuan dan anak-anak tidak mendapatkan haknya sebagai identitas Palestina. Sekolah di luar negeri contohnya tidak mudah. Lewat perbatasan saja sudah dikelilingi polisi.

Beberapa kasus perempuan yang dilepas paksa jilbab, ditangkap, dan banyak persekusi lainnya. Fasilitas Israel sebenarnya sangat banyak dan kaya, apalagi sistem keilmuan yang maju, namun tidak dipergunakan dalam pembelaan HAM perempuan.

Duka anak-anak Palestina, mereka sebenarnya cerdas, memiliki keberanian, tapi penderitaannya mereka juga luar biasa. Kemudian perempuan, istri yang ditangkap suaminya maupun dirinya sendiri. Lalu ada perempuan hamil yang tersiksa hidupnya. 

Beberapa penderitaan yang terjadi pada perempuan dan anak-anak yaitu berupa fisik seperti luka tembakan atau pukulan, psikis seperti stress atau depresi yang tergantung pada obat, kesempatan kerja, keamanan, perdamaian, ekonomi keluarga, dan lainnya.

Keterikatan moral atau hati Indonesia dengan Palestina seperti Kahar Muzakir pada tahun 1920-an sering berinteraksi dengan Palestina, ada Masjid Suci Masjidil Aqsa, ada saudari keluarga Muslim Palestina yang tinggal di Palestina maupun diluar Palestina.

Perlu terus dilakukan untuk Palestina berupa diplomasi internasional, diplomasi bilateral, gerakan masjid sedunia, gerakan sosial masyarakat, gerakan pribadi berupa doa, jejaring, dan kerjasama.

Kita semua berada di dalam keadaan aman, namun semakin luas padangan dan wawasan kita, tentu kita tahu bahwa ternyata masih ada saudara kita yang tertindas di bagian wilayah lain seperti Palestina. Tidak hanya rahmatan lil bait, namun sampai pada rahmatan lil ‘alamin.

Pembicara III: Ustadzah Zena Said, Guru Majelis Taklim Mesjid Al Aqsha

Jika berbicara tentang kondisi perempuan dan anak-anak di Al-Quds, terlebih dahulu harus tahu kota Al-Quds. Tapi, saat ini hanya Yahudi yang dianggap oleh Zionis Israel untuk boleh tinggal disana dan Muslim maupun Kristiani tidak dibolehkan tinggal disana. Wacana pengusiran ini sudah ada untuk ke depannya. Zionis menggunakan berbagai cara siang dan malam untuk menjadikan Al-Quds menjadi Kota Yahudi saja. Mereka menjadikan berbagai komponen kehidupan baik manusia, pohon, situs-situs untuk diganti dan hanya menjadi simbol Yahudi semata. Diantara berbagai sarana yang digunakan adalah penghancuran pemukiman penduduk Palestina yang tentunya sangat berdampak pada perempuan dan anak-anak. Ustadzah Zeina menulis tesis tentang bagaiman perempuan dan anak-anak berjuang untuk hidup atas pengusiran dan penghancuran rumah ini. Berbagai penderitaan mereka sebenarnya tidak akan bisa menggambarkan secara lisan karena realitanya lebih berat. Selagi ada jalan, Zionis akan melakukan berbagai cara untuk memiskiskan keluarga di Al-Quds yakni 82% kemiskinan bagi perempuan dan 85% kemiskinan bagi anak-anak. Mereka berusaha menghancurkan keluarga sebagai benteng terakhir seperti mempengaruhi agar ada pertikaian hingga mengirim narkoba dan lainnya. 

Bukan cuma masalah penghancuran rumah, seperti saat ibu mengantar seorang anak hanya untuk pergi sekolah, itu bisa menjadi hal yang menakutkan karena bisa saja anak-anaknya tidak kembali. Bisa seperti ditangkap, ditembak, dan lainnya, akhirnya banyak ibu yang berdoa agar biarlah anak mereka syahid daripada anak-anak mereka terperangkap dalam kebobrokan seperti pengkhianat, pencandu narkoba, menjadi sampah masyarakat, dan lainnya. Zionis sangat takut dengan eksistensi anak-anak dan pemuda yang akan tumbuh di Al-Quds menjadi pembela Al-Aqsa. 

Kondisi yang kita tidak akan mampu menyebutkan dalam lisan yakni perempuan-perempuan Al-Quds dimana suami dan anak-anaknya sangat mudah dibunuh oleh Zionis. Mereka sangat mengkhawatirkan tempat Isra’ Mi’raj dimana mereka lebih mendahulukan tempat tersebut dimana mereka tidak masuk ke Masjid Al-Aqsa bertahun-tahun dan itu lebih mereka khawatirkan dan takutkan daripada suami dan anak mereka. Masjid Al-Aqsa itu adalah amanah Rasulullah SAW dan amanah itu mereka jaga lebih dari suami dan anak mereka sendiri. 

Para perempuan penjaga Al-Aqsa (Murabithah) menjadi target utama bagi Zionis karena Murabithah menjadi penghalang bagi mereka untuk pendirian kuil solomon. Sebenarnya para Murabithah tidak berbahaya secara fisik dan tidak memiliki senjata, mereka hanya menghadiri majelis ta’lim untuk bisa menjaga Al-Aqsa. Nama-nama mereka menjadi daftar hitam dan Zionis menempelkannya di pintu Al-Aqsa dan melarang mereka masuk ke dalam Al-Aqsa. Tindak kekerasan oleh Zionis Yahudi saat tahun 2014 mereka memukul Ustadzah Zeina dengan senjata dan mengakibatkan tulang rahang dan giginya patah. Begitu juga dengan suami dan anaknya. Rumahnya jua sebagian sudah diruntuhkan. Ustadzah Zeina juga dilarang selama 4 tahun memasuki Masjid Al-Aqsa, dicabut akses kesehatan dan akses pergi ke luar negeri. Begitu juga dengan perempuan para Murabithah lainnya.

Bagi mereka Masjidil Aqsa adalah kekokohan, kekuatan, dan menjadi eksistensi untuk Palestina. Kesulitan lainnya adalah mereka tidak bisa saling mengunjungi dimana kota Al-Quds dikelilingi oleh tembok-tembok pembatas. Mereka juga hanya memiliki kartu sebagai penduduk kelas dua yang hnaya bisa masuk jika memiliki kartu biru. Ustadzah Zeina tidak bisa mengunjungi keluarga lainnya di luar kota Al-Quds, apalagi saat anaknya meninggal keluarga yang lain hanya berjarak beberapa km tidak bisa mengunjungi atau mengjhibur. Zionis tidak mengizinkan renovasi rumah, walaupun sudah tidak layak, apalagi saat diahncurkan. Namun, para perempuan ini tetap mempertahankan tanah Palestina dan mendirikan tenda disana. Bagaimana mungkin mereka bisa menyerahkan tanah kepada pendatang dan penjajah yang hanya mengklaim tanah tersebut hanya untuk Yahudi saja. 

Kami akan tetap teguh dan kokoh bertahan, beliau bersumpah saudari-saudari di Al-Quds tetap bertahan disana sampai kemenangan itu. Ajakan beliau adalah menyerukan seluruh umat Islam, agar menuju kompas kepada Masjidil Aqsa. Beliau tidak meminta bantuan materi, tapi mengajak tiap Umat Muslim agar mempersiapkan laki-laki maupun perempuan Muslim untuk mempersiapkan diri agar bisa menyongsong kemenangan ini dan bisa dengan bebas memasuki dan shalat di Masjidil Aqsa. 

Pembicara IV:  Nurjanah Hulwani, S.Ag., M.E. ketua KPIQP (Koalisi Perempuan Indonesia untuk Al Quds dan Palestina).

Nurjannah mengingatkan bahwa yang dilakukan penduduk Palestina saat ini bukanlah untuk menjaga negara mereka. Namun yang mereka lakukan adalah untuk menjaga martabat ummat, karena ada Al Aqsha di dalamnya. Namun ironinya, karena hal tersebut mereka harus kehilangan rumahnya dan martabat mereka dinistakan. Agar penderitaan ini segera berakhir, Nurjanah mengajak seluruh elemen umat manusia, apapun agama mereka untuk bersatu menyelesaikan urusan Palestina. “Cukup menjadi manusia untuk menolong Palestina,” pesannya kepada para peserta webinar yang diselenggarakan KPIQ bekerja sama dengan Smart 171, Kulluna Maryam, KNRP TV, Radio Silaturahim, Khodijatee Foundation dan Akhwat Bergerak.

Sebelumnya :
Selanjutnya :