Komitmen dengan Al Qur'an

Komitmen dengan Al Qur'an

Di dalam tafsir al-muyassar dijelaskan bahwa Dia-lah (Allah) yang telah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah saw.

(Tadabbur Surat Al-Qashash: 85)

Oleh : Dr. Samsul Basri, S.Si, MEI


إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَىٰ وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

"Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-Qashash : 85)."

Di dalam tafsir al-muyassar dijelaskan bahwa Dia-lah (Allah) yang telah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah saw, yang memerintahkan beliau untuk mengajarkan dan berpegang teguh dengan Al-Qur'an, dan Dia pulalah yang kemudian memenangkan dan mengembalikan beliau  ke negeri Mekkah, tempat dimana beliau dan sahabat-sahabatnya berhijrah darinya karena tekanan dan permusuhan kaum musyrikin Mekkah. Peristiwa ini dikenal dengan Fathul Makkah.

Karena konsistensi dan komitmen Nabi saw dan para sahabat dalam mempelajari, mengamalkan, mengajarkan dan mendakwahkan ajaran al-Qur'an menjadi sebab utama Allah menguatkan dan memenangkan mereka atas musuh-musuhnya, memuliakan dan meninggikan derajat mereka di dunia dan di akhirat. Maka intisari ayat ini adalah konsisten dan komitmen dengan ajaran al-Qur'an merupakan kunci kemenangan di dunia dan di akhirat.

Lantas bagaimana cara konsisten dan komitmen dengan ajaran  al-Qur'an?

Pertama, membangun cara pandang atau cara pikir berdasarkan al-Qur'an. Sebab seseorang akan terdorong kuat untuk meyakini dan mengerjakan sesuatu yang ia fikirkan atau yang ia rumuskan dalam cara pandangnya. Para sahabat ridwanullahi jami'an karena meyakini bahwa kesuksesan, kebahagian, kemenangan dan kemashlahatan itu ada di dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak pilihan bagi mereka selain dengar dan taat terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.  Lihatlah firman Allah berikut ini,

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. An-Nur : 51).

Perhatikanlah ayat tersebut bukankah syarat mendapat keberuntungan adalah dengar dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya ?. Ini menegaskan bahwa seseorang tidak boleh salah dalam cara pandang dan fikirnya, tidak boleh menganggap enteng perintah dan larangan Allah. Contoh perbuatan yang biasanya dianggap enteng oleh manusia adalah menunda-nunda waktu shalat bahkan sampai meninggalkan shalat, menganggap biasa urusan amanah, terbiasa mengobral janji. Dalam hal mu'amalah, masih saja bertransaksi ribawi, ikhtilat, perzinahan, perjudian dan lain sebagainya. Padahal dalam ketaatan ada kemashlahatan dan dalam kemaksiatan terdapat kemudharatan. Karena itulah, hal yang sangat fundmental dalam ayat di atas adalah membangun kesadaran untuk konsisten dan komitmen taat kepada Allah.

Kedua, konsisten dan komitmen dengan al-Qur'an membutuhkan pengorbanan yang maksimal dan tidak asal-asalan. Maka harus ada kesediaan berkorban. Kesediaan berkorban mengikuti model pengorbanan Habil yang sungguh-sungguh dengan memperhatikan proses dan juga hasilnya. Bukan model pengorbanan Qabil, asal-asalan dan hanya sekedar menunaikan kewajiban.

Ketiga, karena stigma negatif, cibiran atau semisalnya selalu akan datang dan dialamatkan kepada mereka yang konsisten dan komitmen dengan ajaran al-Qur'an, maka kesabaran, keikhlasan dan tawakkal harus benar-benar kuat dan mengakar di jiwa. Karena itulah akhir ayat di atas berisi perintah untuk mengatakan, "Tuhanku mengetahui siapa yang membawa petunjuk dan siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata". Sebagai jawaban bahwa dalam mengamalkan ajaran al-Qur'an, seseorang tidak boleh menjadi lemah atau futur dengan munculnya berbagi stigma negatif yang dialamatkan padanya. Selain itu, ayat ini juga mengajarkan agar seseorang tidak mudah terprovokasi dari berbagai informasi yang dibaca dan didengar yang seolah memojokkan dan menghina ajaran al-Qur'an. Musuh Islam dimana pun kaki mereka berpijak akan terus berusaha mencari jalan melemahkan Islam dan memberikan stigma negatif kepada siapa saja yang komitmen dengannya.*

Sebelumnya :
Selanjutnya :