Parenting : Di Samping Ayah, Ada Kasih Ibu yang Menyemangati Cintanya

Parenting : Di Samping Ayah, Ada Kasih Ibu yang Menyemangati Cintanya

Ibu menjaga api cinta ayah agar tak padam di tengah badai, mengingatkannya bahwa keluarga adalah alasan untuk terus berjuang

Oleh : Dr. Benny Dj SE, MA (Insani Foundation)


Dalam setiap langkah ayah yang tampak kokoh dan penuh arah, sesungguhnya ada suara lembut ibu yang menjaga detak keyakinan itu tetap berirama. Ayah berjalan dengan tanggung jawab di pundaknya, menembus kerasnya kehidupan, tetapi di belakang langkahnya ada doa ibu yang tak pernah henti bergetar di langit malam. 

Keduanya saling menguatkan, bukan karena peran yang sama, melainkan karena cinta yang saling melengkapi. Bila ayah menjadi nahkoda yang membawa kapal keluarga, maka ibu adalah angin yang mengisi layarnya agar tetap berlayar menuju pelabuhan kebahagiaan.

Cinta ayah sering kali diam, tak diucapkan dengan kata-kata, namun nyata dalam peluh dan kerja keras yang tak kenal waktu. Di saat itu, ibu menjadi penafsir dari cinta yang diam — menyemangati anak-anak untuk memahami bahwa kehadiran ayah adalah wujud kasih sayang yang tidak selalu berbentuk pelukan, tetapi pengorbanan. 

Ibu menjaga api cinta ayah agar tak padam di tengah badai, mengingatkannya bahwa keluarga adalah alasan untuk terus berjuang. Bersama, keduanya menulis kisah kasih yang bukan sekadar romantika rumah tangga, melainkan persekutuan dua jiwa dalam satu tekad: mencintai dengan keberanian dan kesetiaan.

Begitu pula di tanah Palestina, kita melihat ayah-ayah hebat yang berjuang mempertahankan kehidupan di bawah bayang penjajahan. Mereka bukan hanya pejuang di medan perlawanan, tetapi juga di dalam rumah yang roboh oleh bom, di antara anak-anak yang masih bertanya tentang arti damai. 

Namun di samping mereka, berdiri ibu-ibu yang tegar — menyemangati cinta ayah untuk terus bertahan, untuk tidak menyerah pada luka. Di balik wajah-wajah ayah yang keras menatap masa depan Palestina, ada kelembutan seorang ibu yang menjadi sumber keberanian dan penenang di tengah derita.

Kisah cinta antara ayah dan ibu di Palestina menjadi gambaran paling nyata tentang cinta yang tidak menyerah. Ketika ayah menjadi simbol perlindungan, ibu adalah simbol harapan; keduanya berpadu dalam doa dan perjuangan untuk generasi yang lebih bebas. 

Dalam setiap batu yang diangkat untuk membangun kembali rumah yang hancur, ada tangan ayah yang kuat dan tangan ibu yang lembut menyatu. Mereka mengajarkan kepada dunia bahwa cinta sejati tidak hanya berdiam di ruang kenyamanan, tetapi hidup di tengah perjuangan — tumbuh dari luka dan mekar dalam keteguhan iman.

Kemaren telah diperingati Hari Ayah Nasional 2025, kita diajak untuk tidak hanya memuliakan peran ayah, tetapi juga menyadari bahwa di balik kekuatannya selalu ada cinta seorang ibu yang menghidupkan semangatnya. 

Cinta ayah tidak pernah lahir sendirian — ia tumbuh dari kasih yang dipupuk bersama, dari saling percaya, dari saling meneguhkan dalam badai kehidupan. Keluarga yang kuat bukanlah keluarga tanpa masalah, tetapi keluarga yang mampu menyalakan cinta di tengah gelapnya ujian. 

Di situlah keindahan cinta ayah dan ibu menemukan maknanya: menjadi cahaya bagi anak-anak, menjadi rumah bagi harapan.

Sebelumnya :