Prof. Din tegaskan bahwa dunia saat ini sedang jatuh dalam "ekstremitas yang berakar pada humanisme sekuler," berujung pada liberalisasi berlebihan dalam politik, ekonomi, dan budaya.
Kontributor : Rusli
JAKARTA UMMAT TV.COM - The 9th World Peace Forum (WPF) resmi dibuka hari ini di Jakarta, Indonesia, membawa pesan kuat tentang pentingnya kolaborasi lintas-budaya. Forum yang fokus pada pemanfaatan kearifan Wasatiat Islam (Islam Moderat) dan Kultur Tionghoa sebagai landasan peradaban dunia yang baru ini, berlangsung di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen.
Rangkaian acara telah diawali dengan Multicultural Welcoming Dinner pada Minggu malam, 9 November 2025, yang diselenggarakan oleh Menteri Kebudayaan, H.E. Dr. Fadli Zon, SS., MM., di Galeri Nasional. Acara ini menjadi momen simbolis untuk menyatukan para delegasi internasional, termasuk peraih Nobel Perdamaian José Ramos-Horta (Presiden Timor Leste), dalam suasana harmoni.
Seruan Lintas Peradaban: Kembali ke Konsep Jalan Tengah
Inti filosofis WPF ke-9 ini telah disampaikan sejak awal oleh dua tokoh lintas iman. Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, Ketua CDCC, bersama Tan Sri Lee Kim Yew, Ketua Chengho Multi Culture and Education Trust, menyerukan agar dunia kembali ke konsep jalan tengah sebagai solusi atas ekstremitas global.
Prof. Din Syamsuddin menegaskan bahwa dunia saat ini sedang jatuh dalam "ekstremitas yang berakar pada humanisme sekuler," yang berujung pada liberalisasi berlebihan dalam politik, ekonomi, dan budaya.
“Karena adanya sikap ekstrem, sistem dunia telah jatuh dalam ekstremitas... Karena itu, kami percaya bahwa jalan tengah dari Islam maupun dari agama-agama lain adalah solusi,” ujar Prof Din.
Menyambut seruan tersebut, Tan Sri Lee Kim Yew menjelaskan bahwa konsep Tionghoa sejatinya sejalan dengan Wasatiyyat. “Kata ‘Tiong’ itu sendiri berarti jalan tengah, sedangkan ‘Hua’ berarti kemakmuran. Kata ‘Tionghoa’ bukan sekadar nama tempat atau negara, tapi juga konsep budaya dan filosofi yang sebenarnya milik seluruh dunia,” jelasnya. Ia juga menekankan bahwa perdamaian harus ditempatkan lebih penting daripada isu ekonomi oleh semua pemangku kepentingan global.
Pembukaan Resmi Komitmen Indonesia sebagai Jembatan Dunia : Upacara Pembukaan pada Senin pagi (10/11) secara resmi dibuka oleh Wakil Ketua MPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Pembukaan simbolis tersebut disaksikan oleh sejumlah tokoh nasional dan internasional, termasuk Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir, Wakil Ketua DPD RI Tamsil Linrung, dan Ketua WPF Prof. Dr. M. Din Syamsuddin.
Ibas, dalam sambutannya, menekankan komitmen kuat Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan perdamaian melalui dialog dan tindakan nyata.
"Indonesia bercita-cita untuk menjadi jembatan yang menghubungkan utara dan selatan, timur dan barat, serta peran Islam dan Barat," tegas Ibas.
Ia juga menekankan bahwa berdialog saja tidak cukup. Untuk mewujudkan perdamaian global yang berkelanjutan, diperlukan aksi nyata. "Kemajuan sejati membutuhkan kerja sama konkret di bidang pendidikan, budaya, teknologi hijau, dukungan kemanusiaan, dan pembangunan ekonomi inklusif," tambahnya, menyerukan para delegasi untuk meninggalkan sekat-sekat perbedaan dan berkolaborasi dalam solusi praktis.
WPF ke-9 akan berlangsung hingga 11 November 2025, dengan sesi-sesi mendalam yang akan membahas implementasi praktis dari filosofi perdamaian ini dalam konteks pembangunan peradaban baru.