6 Hari 30 Miliar? Fantastik!

6 Hari 30 Miliar? Fantastik!

SAYA Googling donasi Palestina. Masya Allah... amazing, saya merasa keren. Takjub dalam rasa syukur dan keharuan. Umat di negeri ini punya rasa persaudaraan yang kuat terhadap saudaranya yang sedang susah nun jauh di sana. Punya rasa solidaritas yang tinggi. Punya ghirah dan pembelaan terhadap nasib saudaranya yang terengah-engah.

Dana yang terhimpun mulai ratusan juta hingga puluhan miliar di banyak lembaga penyalur donasi. Yang paling fenomenal Ustaz Adi Hidayat (UAH). Dalam enam hari open donasi, lembaganya dapat menghimpun Rp 30 M lebih. 

Berikut ini hasil beberapa lembaga dan perorangan yang menghimpun donasi umat untuk Palestina. Semuanya dalam rupiah. 

Act Indonesia terkumpul 21 M 

Lazizmu (Muhammadiyah) 10 M

Selebgram Fadil Jaedi  6.7 M 

Youtuber Taqi Malik 5,41 M

Dewa Eka Prayoga 2,3 M

Lazizmu Jatim 1,8 M

Bireun, Aceh, 1,8 M

DT - Aa' Gym 1,5 M

Buya Yahya 1,3 M

Atta - Aurel 1,4 M

Komunitas ODOJ 923 juta

NU Care  927 juta

Muslim Tasikmalaya 300 juta 

Warga Aceh di Malaysia 100 ribu ringgit

Sebagian masih hasil sementara. Kalau UAH sudah resmi tutup donasi 22 Mei.  Tentu saja itu bukan daftar semua lembaga penghimpunan donasi. Masih banyak lainnya.

Angka donasi itu menakjubkan. Di tengah krisis ekonomi dan himpitan pandemi covid, umat begitu bergairah bersedekah. Gairah untuk berbagi tak mati. Tak semua yang bersedekah itu kalangan tajir. Banyak orang dari kalangan ekonomi sederhana ikut infak. Ringan hati menyisihkan rejekinya Rp 20 ribu untuk berdonasi.

Menakjubkan tapi sebetulnya tidaklah mengherankan. Dari pengalaman saya bergaul, sebagian teman memang terbilang murah hati untuk berbagi. Saya kira itu sudah jadi kepribadian umum umat yang istiqomah menjalankan agama.

Yang mengherankan itu munculnya suara sumbang terkait open donasi Palestina. Heboh, sinis, nyinyir, repot ribet sendiri. Malah ada politisi partai penguasa yang berisik minta donasi diaudit. Tanpa diminta pun lembaga seperti Act  sudah melibatkan auditor. UAH pun melakukan audit sebagai bentuk tanggung jawab.

Seharusnya politisi dan orang-orang yang ribut ribet itu minta audit dana covid yang hampir 700 T. Itu uang negara, duit rakyat. Donasi? Itu dari kantong pribadi rakyat yang punya rasa kemanusiaan. Ngapain sih ribut ribet?

Saya sempat melihat-lihat akun (Twitter) yang nyinyiri donasi Palestina. Ternyata kebanyakan mereka pendukung penjajah di negeri kiblat pertama itu. Dan pendukung rezim yang hampir tak bersuara terhadap sederet kasus mega skandal korupsi. Yang diam saja bansos jadi bancakan politisi partai nganu.

Kata mereka, Indonesia juga lagi susah, kenapa nyumbang negara orang (bagus sih ngaku kalau negeri ini lagi tak baik-baik saja, lagi susah). Pertanyaan mereka salah alamat salah arah. Contoh pertanyaan yang arahnya benar, "Di Indonesia banyak pengangguran, kenapa datangkan TKA China?".

Lagi pula, siapa atau pihak mana yang bikin Indonesia sekarang jadi susah? Ya bukan para donatur. 

Saya bersyukur memiliki banyak teman  bermentalitas "tangan di atas". Membiasakan diri memberi bukan menadah. Sudah terbiasa bersedekah pada dhuafa di lingkungan tempat tinggalnya. Terbiasa donasi pada saudara sebangsa di wilayah bencana alam. Kalau kemudian mereka menyisihkan sebagian rejeki untuk membantu saudara di Palestina, itu sudah fitrah orang-orang yang gemar bersedekah. 

Sesungguhnya keberadaan kalangan umat dermawan itu anugerah tersendiri bagi negeri ini. Seharusnya bersyukur memiliki bagian rakyat yang gampang menyumbang untuk kemanusiaan. 

Hampir-hampir muncul prasangka saya bahwa orang-orang yang ribut ribet itu adalah kalangan pelit dan kalangan dengan mentalitas tangan di bawah. Serta kalangan pengidap Islamophobia. 

Semoga Allah ridho pada para dermawan. Semoga Allah selalu mencukupi rejeki orang-orang yang murah hati. Aamiin. 

Salam

Banda Bening

Sebelumnya :
Selanjutnya :