Allah menciptakan kita dari tiada menjadi ada. Dimulai dari takdir, lalu tercipta, kemudian bertumbuh kembang
Dr. Ahmad Musyaddad
(Goresan Tadabbur Surat ar-Rahman)
Surat ar-Rahman adalah surat yang cukup populer di tengah kaum muslimin. Selain karena surat ini tidak terlalu panjang, susunan kalimatnya indah, surat ini juga banyak dilantunkan oleh para Qari’ di kanal-kanal Youtube dan media lainnya.
Pagi ini, saya ditemani oleh Tafsir ‘Aunurrahman jilid 21. Saya membaca tafsir surat ar-Rahman yang kira-kira sekitar 50 halaman di kitab ini. Tetapi baru selesai sampai tafsir ayat ke-empat, saya terdorong untuk segera menuliskan kandungan yang luar biasa dari ayat-ayat ini, agar dapat dinikmati oleh sahabat-sahabat yang lain.
Mari ikuti pelan-pelan..
Surat ini dinamai surat ar-Rahman sebab ia dimulai dengan Nama yang agung ini, ar-Rahman. Nama ini merupakan urutan kedua dari Nama-nama Allah yang Indah atau Asma’ul Husna. Karena keagungan surat ini, ia digelari dengan ‘Aruus al-Qur’an (pengantinnya al-Qur’an). Mungkin inilah sebabnya banyak orang sering menjadikan surat ini sebagai marah saat melangsungkan ijab qabul.
Surat ini bertutur tentang lima tema utama: Pertama, surat ini dibuka dengan pujian kepada Allah dan penjelasan tentang luasnya nikmat Allah bagi segenap hambaNya. Kedua, Allah menjelaskan bahwa semua makhluk bersifat fana dan akan lekang seiring perputaran zaman. Yang abadi hanyalah Allah, hanya Dia yang berkuasa mengatur seluruh urusan di alam raya ini. Ketiga, ancaman terhadap orang-orang yang durhaka kepada Allah dari golongan manusia dan jin (ats-tsaqalain). Keempat, Allah menggambarkan apa yang disiapkanNya bagi orang-orang yang taat selama di dunia berupa surga dan kenikmatannya yang kekal di akhirat sana.
Ar-Rahman, yang mengajarkan al-Qur’an, menciptakan manusia dan mengajarkannya pandai bertutur..
Allah yang Maha Pengasih membuka surat ini dengan Namanya yang mulia, ar-Rahman. Sebab ayat-ayat berikutnya akan menyebutkan beragam nikmat dan karunia Allah kepada segenap hambaNya, yang mana semuanya adalah semata-mata karena kasih dan sayang Allah SWT. Setiap anugerah yang kita terima dan setiap bencana yang terhalang mengenai kita adalah bukti rahmah Allah kepada kita.
Ar-Rahman, yang mengajarkan al-Qur’an..
Allah memulai menyebutkan nikmat-nikmatNya bagi hambaNya dengan urutan pertama, ‘allamal-Qur’an. Allah yang mengajarkan al-Qur’an. Apa hikmah ta'limul qur'an disebut lebih awal? Syaikh Sulaiman al-Lahim mengatakan, “Sebab pengajaran al-Qur’an adalah karunia paling agung yang Allah karuniakan kepada hambaNya. Sebab dengan al-Qur’an seseorang dapat mengenali jalan kebenaran dan mengikuti petunjuk kebaikan.” Meskipun nikmat penciptaan lebih dahulu dirasakan oleh manusia daripada pengajaran al-Qur’an, namun karunia pengajaran al-Qur’an tidak dapat dibandingkan dengan nikmat lainnya. Ialah nikmat terbesar yang menuntun kita kepada iman dan jalan petunjuk.
Ar-Rahman, yang menciptakan manusia..
Allah menciptakan kita dari tiada menjadi ada. Dimulai dari takdir, lalu tercipta, kemudian bertumbuh kembang. Allah membentuk kita dengan sebaik-baik bentukan, ahsani taqwim istilah al-Qur’annya. Dan ini adalah karunia agung dari Allah bagi kita, manusia. Di dalam surat ini, penciptaan manusia lebih dahulu disebut oleh Allah SWT dibandingkan makhluk-makhluk lainnya sebagai penegasan bahwa kita lah yang dibebankan dengan taklif olehNya.
Ar-Rahman, yang mengajarkan kita pandai bertutur..
Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna al-bayan. Pendapat pertama mengatakan bahwa maksudnya adalah kemampuan mengartikulasi apa yang ada dalam pikiran dan perasaan dengan perantara lisan, tulisan dan isyarat. Pendapat kedua mengatakan bahwa al-bayan maksudnya adalah penjelasan tentang yang baik dan yang buruk. Ibnu Katsir lebih condong kepada pendapat pertama. Alasan beliau bahwa hal ini masih berkaitan dengan tema pengajaran al-Qur’an, yaitu dengan tilawah. Dan proses membaca itu sangan erat kaitannya dengan artikulasi suara dengan beragam makhrajnya yang keluar dari kerongkongan, lidah, dua bibir dan sebagainya. Ini juga sekaligus menjelaskan bahwa dari proses pengajaran al-Qur’an itulah tersingkap mana kebaikan dan mana keburukan.
Ada kutipan yang menarik dari Ibnul Qayyim tentang ayat-ayat ini. Beliau berkata, “Ayat-ayat ini sejatinya menerangkan kepada kita komponen-komponen yang membentuk manusia secara lengkap. “Khalaqal insan” adalah tentang eksistensi inderawi dari diri manusia, yaitu raga. Sementara “Allamal Qur’an” adalah tentang wujud pengetahuan yang bersemayam dalam pikiran. Maka sebagaimana seseorang tak kan mampu mempelajari al-Qur’an, kecuali dengan pengajaran dari Allah, begitu juga dia tak akan menjadi manusia, kecuali dengan penciptaan Allah pula.
Adapun “Allamahul bayan” kata beliau, adalah al-bayan yang mencakup tiga tingkatan, yaitu al-bayan adz-dzihni yang menjadikan seseorang mampu memverifikasi berbagai data dan informasi. Kedua, al-bayan al-lafzi yang dengannya seseorang dapat menjelaskan isi pikiran dan perasaannya dengan ungkapan sehingga dapat didengar. Dan ketiga, yaitu al-bayan ar-rasmi al-khatthi yang dengannya manusia menjelaskan apa yang ingin dia ungkapkan dengan tulisan, gambar dan isyarat sehingga dapat dibaca dan dilihat. Jika yang pertama adalah penjelasan (bayan) yang direspon oleh hati, maka yang kedua adalah keterangan yang ditangkap oleh telinga, sedang yang ketiga dicapture oleh mata. Dan sering sekali ketiga instrument ini terkumpul dalam satu ayat di dalam banyak surat dalam al-Qur’an. “innas sam’a wal bashara wal fu’aad..”
------
Ayat-ayat ini sejatinya mengajarkan kepada kita rahasia bertahan di masa pandemi. Setidaknya ada tiga strategi utama yang penting diperhatikan. “Allamal Qur’an” mengajarkan kita tentang asupan jiwa yang dengannya hadir ketenangan dan ketenteraman di dalam hati. Semakin seseorang dekat dengan al-Qur’an, maka semakin besar ketenteraman yang Allah hadirkan bagi dirinya.
"Khalaqal insan” menuntun kira untuk selalu memperhatikan raga yang telah diciptakan oleh Allah ini dengan sebaik-baik bentukan. Protokol kesehatan adalah ikhtiar manusiawi yang sangat rasional untuk menjaga dan melindungi raga kita dari berbagai virus dan penyakit berbahaya. Komitmen kita menjaga diri dari bahaya yang mengancam dengan protokol yang logis dan ilmiah adalah bagian dari ibadah.
“Allamahul bayan” adalah tentang ungkapan yang semestinya senantiasa berujung pada kebaikan, bukan keburukan. Tentang artikulasi yang selalu menjernihkan suasana, bukan mendatangkan kekeruhan. Tentang kemampuan kita memilah-milih data dan informasi, juga kecerdasan kita berbagi pengetahuan dan referensi. Tentang menjaga akal kita dari hoax dan memelihara tangan dan mulut kita dari berbagi hoax.
Salam dari Kota Suci Mekah.
Penulis adalah Alumnus UIKA Bogor, saat ini jadi penerjemah Bahasa Indonesia di Mekkah Al Mukarromah Saudi Arabia