Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya (berupa iman dan Islam), hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan (kekayaan dunia).” (Surat Yunus, Ayat 58)
Oleh : Dr. Samsul Basri
Mukaddimah Tulisan
Segala pujian hanya milik Allah atas nikmat hidup yang diperkenankan kepada kita manusia. Dari semua nikmat yang melengkapi kehidupan, terkhusus bagi ummat Islam untuk bergembira, bersuka cita dan mensyukuri nikmat Iman dan Islam. Sebab nikmat imam dan Islam adalah seutama-utamanya nikmat hidup di dunia. Allah berfirman,
قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ
Hanya saja masih ada sebagian ummat Islam yang belum bergembira dan bersyukur dengan nikmat iman dan Islam ini. Yaitu ketika mereka berani melakukan dosa dan berani melalaikan (meninggalkan) sejumlah ketaatan dan ibadah kepada Allah.
Masih ada ummat Islam yang lebih percaya pada jimat sebagai pelindung dan meminta bantuan dukun demi kelancaran urusannya. Masih ada yang ketika berdagang, curang dalam takaran dan timbangan. Masih banyak pemuda dan pemudi memilih zina daripada segera menikah. Masih ada para akuntan yang memanipulasi data demi meraup keuntungan, masih ada para pebisnis yang melakukan transaksi gharar, judi dan riba. Masih banyak pejabat dan wakil rakyat yang berkhianat terhadap amanah rakyat. Dan masih banyak lagi sejumlah dosa dan maksiat lainnya yang dikerjakan oleh ummat Islam.
Masih ada diantara ummat Islam yang belum shalat, atau masih sering menunda nunda waktu shalat. Masih ada yang belum tahu baca Qur'an. Atau bisa baca Qur'an tapi merasa tidak ada waktu untuk itu. Masih banyak yang belum berpuasa di bulan ramadhan, belum berhaji dan berumrah padahal rumah bertingkat dan kendaraan berderet di garasi rumah. Dan masih banyak lagi kelalaian lainnya yang dilakukan oleh ummat Islam.
Mari kita merenung sembari berfikir, mengapa manusia termasuk sebagian ummat Islam berani melakukan dosa dan kelalaian?! Apa penyebabnya?!
Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan di atas, saya mengajak anda mentadabburi firman Allah QS. Al Anbiyaa (21) ayat 1-2. Bacalah ayat ini berulang ulang, dan resapi makna dan kandungannya.
ٱقۡتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمۡ وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ مُّعۡرِضُونَ
Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).
مَا يَأۡتِيهِم مِّن ذِكۡرٖ مِّن رَّبِّهِم مُّحۡدَثٍ إِلَّا ٱسۡتَمَعُوهُ وَهُمۡ يَلۡعَبُونَ
Setiap diturunkan kepada mereka ayat-ayat yang baru dari Tuhan, mereka mendengarkannya sambil bermain-main.
Pada awal ayat yang ketiga Allah mensifati mereka sebagai pemilik hati yang lalai.
لَاهِيَةٗ قُلُوبُهُمۡۗ
Hati mereka dalam keadaan lalai.
Dari dua ayat di atas, insya Allah kita akan dapatkan banyak hikmah dan pelajaran. Setidaknya pada tulisan ini, ada tiga pelajaran penting yang akan kami share kepada anda. Masing masing dari hikmah dan pelajaran itu akan kami sampaikan secara terpisah untuk menghindari kepanjangan dan kebanyakan paragraf.
Semoga Allah memudahkan kita semua untuk mencintai dan mentadabburi ayat-ayat-Nya yang mulia demi mengungkap hikmah dan rahasia kehidupan.
Atas musibah covid-19 yang sedang menimpa "kita" ummat Islam. Melalui tulisan ini saya mengajak ummat Islam untuk berdoa,
اَللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً، وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Allahumma laa sahla illaa maa ja'altahu sahlan, wa anta taj'alul hazna idzaa syi'ta sahlan.
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Sedang yang susah bisa Engkau jadikan mudah, apabila Engkau menghendakinya.
اَللَّهُمَّ إِنِّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ، وَالْجُنُوْنِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ
Allaahumma innaa na'uudzu bika minal baroshi, wal junuuni, wal judzaami, wa min sayyi-il asqoom.
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari penyakit kulit/belang, gila, kusta, dan dari segala penyakit yang buruk/mengerikan lainnya.
وَلَا تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
Wa laa taj'al mushiibatanaa fii diininaa, wa laa taj'alid-dunyaa akbaro hamminaa, wa laa mablagho 'ilminaa.
(Ya Allah) Janganlah Engkau jadikan musibah pada kami menimpa agama kami. Janganlah Engkau jadikan dunia (harta dan kemewahan) sebagai cita-cita terbesar kami, jangan juga sebagai tujuan utama dari ilmu kami.
آمين يا ألله يا رب العالمين.