Pada tulisan kali ini kita masih mentadabburi ayat pertama surat Al Anbiyaa (21) ayat 1 sebagai kelanjutan dari tulisan sebelumnya. Yaitu akan dijelaskan penyebab manusia berpaling.
Oleh : Dr. Samsul Basri
Pada tulisan sebelumnya (bag.1) dijelaskan bahwa penyebab manusia berani melalaikan sejumlah ibadah dan ketaatan kepada Allah adalah karena salah memahami hakikat kematian, yaitu melihat kematian masih jauh darinya. Karena dilihatnya kematian itu masih jauh darinya maka ia pun berani menunda nunda taubat, berani meninggalkan shalat 5 waktu, berani tidak puasa, dan berani melalaikan bentuk ibadah yang lainnya. Saya katakan berani karena kematian itu dekat sedangkan siksa kubur adalah kebenaran dan kepastian adanya. Siksa kubur benar benar dipersiapkan untuk mereka yang melalaikan kewajiban. (Naudzu billah min dzalik).
Pada tulisan kali ini kita masih mentadabburi ayat pertama surat Al Anbiyaa (21) ayat 1 sebagai kelanjutan dari tulisan sebelumnya. Yaitu akan dijelaskan penyebab manusia berpaling. Makna berpaling pada ayat tersebut adalah menyelisihi syariat. Yaitu berani Melakukan sejumlah dosa dan maksiat. Dosa dan maksiat kepada Allah. Dosa dan maksiat kepada manusia. Dan atau dosa dan maksiat kepada Alam sekitar.
Diantara penyebab manusia berani melakukan dosa dan maksiat adalah karena Kecintaan berlebihan pada kesenangan dunia. Sebeneranya kecintaan pada apa saja yang mendatangkan kesenangan dunia bukanlah sesuatu yang tercela. Bahkan merupakan sesuatu yang wajar, normal, dan manusiawi. Dalam Islam disebut syahwat shadiqah (syahwat yang benar). Perhatikanlah firman Allah berikut ini:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (Surat Ali 'Imran, Ayat 14)
Perhatikan penggalan di akhir ayat yang artinya "di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." inilah yang banyak dilupakan oleh manusia. Betul bahwa kecintaan pada lawan jenis, keturunan, harta, kendaraan, binatang ternak, tanah, rumah, sawah dan ladang adalah manusiawi, wajar dan tabiat. Akan tetapi cara, proses, dan usaha apa pun untuk mendapatkan dan mengumpulkan kesenangan kesenangan di atas tidak boleh lepas dari aturan main yang digariskan oleh sang pemilik kehidupan, yaitu Allah. Jika manusia dalam upaya mendapatkan kesenangan itu, keluar dari aturan main yang digariskan oleh Allah. Tidak mengindahkan syariat Allah. Maka syahwatnya itu telah berubah menjadi syahwat kadzibah (syahwat yang menipu). Jika manusia berupaya memenuhi syahwat kadzibahnya itu tersebutlah manusia itu berpaling. Dan kalau pun dia berhasil memenuhi syahwat dustanya itu di dunia ini, maka di Akhirat (setelah kematian) dia terancam dengan siksa yang pedih. Allah mengingatkan:
مَّن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡعَاجِلَةَ عَجَّلۡنَا لَهُۥ فِيهَا مَا نَشَآءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلۡنَا لَهُۥ جَهَنَّمَ يَصۡلَىٰهَا مَذۡمُومٗا مَّدۡحُورٗا
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam;" dia akan memasukinya dalam keadaan *tercela dan terusir. (Surat Al-Isra', Ayat 18)
Menghalalkan segala cara demi mendapatkan kesenangan dunia adalah perbuatan meninggalkan kehidupan terbaik di akhirat dan bersedia menanggung kerugian besar di akhirat. Allah menghalalkan seseorang mencintai atau menyukai lawan jenisnya, atau menghalalkan seseorang beristri maksimal empat, tetapi Allah mengharamkan zina (hubungan tanpa ikatan pernikahan). Allah menghalalkan upaya maksimal untuk berketurunan, tetapi Allah mengharamkan mendatangi dukun untuk tujuan itu. Allah menghalalkan menjadi orang paling berharta di dunia, tetapi Allah mengharamkan riba, judi, penipuan dan pengkhianatan dalam upaya mengumpulkan harta. Allah menghalalkan mengoleksi kendaraan termahal di dunia, tetapi Allah mengharamkan korupsi demi bisa membelinya. Allah menghalalkan
seseorang menjadi tuan tanah, tetapi Allah mengharamkan pemalsuan sertifikat tanah demi mengklaim suatu lahan sebagai tanahnya. Dlsb.
Jelaslah bahwa penyebab manusia berani berbuat dosa dan maksiat adalah karena kecintaan yang berlebihan pada kesenangan dunia membuatnya tak peduli dengan syariat Allah. Membuatnya tak takut dwngan siksa akhirat. Tadabburilah QS. al Qiyamah ayat 20-21;
كَلَّا بَلۡ تُحِبُّونَ ٱلۡعَاجِلَةَ
Tidak! Bahkan kamu *mencinta*i kehidupan dunia,
وَتَذَرُونَ ٱلۡأٓخِرَةَ
dan mengabaikan (kehidupan) akhirat.
Kesimpulan untuk pelajaran yang pertama dari ayat pertama surat Al anbiya' adalah bahwa Allah di awal ayat memperingatkan manusia dengan mengabarkan akan Perhitungan amal manusia telah semakin dekat. yaitu kematian yang semakin dekat bagi setiap orang. Kemudian Allah menyayangkan dengan mengabarkan pula, bahwa banyak orang justru berani melalaikan ibadah, bahkan berani berpaling dari syariat yatu berbuat dosa dan maksiat. Hal ini berarti kunci utama agar manusia berhenti dari kelalaian dan kedurhakaan adalah dengan banyak mengingat kematian. Jika manusia tidak mau mengingat kematian. Maka Allah akan mengingatkannya dalam bentuk musibah yang menimpa fisik, psikis, harta, dan karirnya. Wallahi, saya tidak ingin bersyukur dengan adanya musibah covid-19, namun jika dengannya banyak manusia takut mati lalu kembali kepada Allah. Maka inilah hikmah terbesar dari merajalelanya virus ini, sebab sang virus hanya menjalankan perintah Tuhannya. Sungguh kematian benar benar sebagai pemberi nasehat.
Baik, inilah pelajaran pertama dari ayat yang pertama di surat Al Anbiya' ayat 1. Pelajaran kedua dan pelajaran ketiga akan kita kaji pada ayat berikutnya, pada tulisan selanjutnya.
Saya mengajak diri saya dan ummat Islam, cintailah untuk selalu mentadabburi ayat ayat Allah. Sebab mentadabburi ayat ayat Allah adalah sebaik baik cara untuk tazkiyatunnafsi (mensucikan jiwa)