Iqomah dikumandangkan, Ust Zaitun (Pimpinan Umum Wahdah Islamiyah sekaligus Wasekjen MUI PUSAT) maju sebagai imam.
Sebelum shalat beliau mengatur Shaf sekaligus menyampaikan pengumuman :
"Kita mau shalat dzuhur dua rakaat, bagi ikhwah yang muqim silahkan dilanjutkan dua rakaat lagi dan kami akan melanjutkan shalat Jama' dua rakaat"
Semua terdiam dan Faham, tentu saja faham, karena 95% jamaah di ruangan adalah ketua DPD dari seluruh daerah yang insya Allah memiliki keilmuan yang mumpuni.
Namun ada satu tangan terangkat, entah siapa, dari sudut kiri shaf depan, tangan itu terangkat dan mengatakan "Kalau begitu imamnya ganti saja ke yang muqim"
Saya melihat sekilas yang mengangkat tangan itu mungkin saja orang awam, penduduk lokal di masjid asrama Haji Sudiang yang masih asing dengan anjuran ustadz Zaitun atau kelimuannya bisa saja belum sampai ke situ.
Yang luar biasa, Wasekjen MUI pusat sekaligus pimpinan umum Ormas besar di Indonesia serta merta turun bertukar dengan ustadz yang memang lagi mukim. Hanya sepersekian detik saja.
Padahal bisa saja dia menjelaskan kepada warga itu, atau bisa saja dia tetap melanjutkan dan menjelaskan, atau alasan apapun itu.
Namun pemandangan dari kejadian yang singkat ini menjadi contoh bagi saya dan ratusan Ketua DPD Wahdah yang kebetulan jadi makmum pada saat itu.
setidaknya saya mendapat pesan, meski kau berkuasa, punya dominasi dalam jabatan, bahkan saat kau dalam kebenaran.
Untuk perkara-perkara yang sifatnya tidak melanggar syariah, jika masih bisa mengalah maka mengalahlah demi kemaslahatan ummat.
Mungkin saja beliau tidak ingin menyakiti seseorang yang ilmunya belum sampai, Tapi bagi saya yang Awam, rasa-rasanya Pantas Wahdah islamiyah sebesar ini dan diterima di seluruh Indonesia
Karena bagaimana pemimpinnya begitulah yang dipimpinnya.
Catatan Oleh Penjual Kopi di Halaman Masjid Asrama haji Sudiang
Tags: shalat, imam, mukernas