Profesor Jepang Ajak Kader Muhammadiyah Perhatian Masalah Produk Halal di Negara Minoritas Muslim

Profesor Jepang Ajak Kader Muhammadiyah Perhatian Masalah Produk Halal di Negara Minoritas Muslim

UMMATTV, SOLO--Prof. Satomi Ohgata, Guru Besar asal Kyushu International University Japan mengajak kader muda Muhammadiyah untuk memahami masalah-masalah produk termasuk makanan halal di Negara minoritas muslim, khususnya Negara Jepang.

Dia menjelaskan, dibandingkan dengan Negara Barat yang muslimnya juga mayoritas, akan tetapi populasi muslim di Jepang jauh lebih sedikit. Jika presentasikan, populasi muslim di Jepang di bawah 0,2 persen.

Meski demikian ia bersyukur karena di Jepan sampai sekarang tidak ada islamofobia sebagaimana yang terjadi di Negara-negara Barat. Prof. Satomi mengajak supaya kader muda Muhammadiyah menaruh perhatian, khususnya tentang produk halal di Negara Jepang.

Saat Konferensi Internasional yang diadakan Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada (14-15/1), Prof. Satomi memaparkan temuannya, bahwa tidak semua hasil fermentasi pada olahan makanan di Jepang semuanya haram.

Dirinya yang sejak puluhan tahun melakukan kajian produk makanan halal di Jepang, dimaksudkan untuk membantu masyarakat muslim dalam memilih makanan yang dikonsumsi benar halal.

“Itu karena saya terpanggil untuk melakukan sesuatu, untuk mengubah kondisi seperti ini,” tuturnya.

Terkait dengan yang dirinya lakukan, Prof. Satomi ingin meluruskan pemahaman halal untuk makanan bagi dunia internasional, khususnya di Jepang. Sebab, menurutnya label halal yang dilakukan oleh beberapa Negara termasuk Indonesia masih terus dinamis.

“Indonesia semakin memperketat standar kehalalannya yang semakin tinggi, kalau itu yang diterapkan di Jepang tentu sangat berat bagi restaurant maupun perusahaan. Dan apakah itu akan berguna bagi perdamaian dunia ? saya rasa itu tidak,” ungkapnya.

Menurutnya, aspek lain yang perlu dipikirkan dalam menentukan standard halal yang dilakukan oleh Negara-negara mayoritas muslim adalah tentang kesatuan umat dan perdamaian dunia/global. Dalam pandangannya, urusan halal – haram makanan memiliki implikasi yang begitu luas.

Oleh karena itu ia berharap kepada Muhammadiyah untuk ikut menaruh perhatian pada isu ini. Sebab masalah makanan itu merupakan unsur penting dalam pertemanan/relasi manusia. Menurutnya, tidak sedikit mahasiswa muslim yang sedang studi di Negara minoritas muslim, lebih banyak mengurung diri dan cenderung anti sosial karena standar halal yang mereka percaya.*

Sumber: Muhammadiyah.or.id

Sebelumnya :
Selanjutnya :