Mutiara Senin Pagi : Khusyu Shalat, Raih Keutamaan Kualitas Hidup

Mutiara Senin Pagi : Khusyu Shalat, Raih Keutamaan Kualitas Hidup

Jika ingin berhenti dari syahwat maka banyaknya beristighfar. Maka akan terbuka pintu-pintu kebaikan.

Oleh KH. Bachtiar Nasir


Bismillahirrahmanirrahiim.

Al-Quran surat Maryam ayat 59:


فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلشَّهَوَٰتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا


“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan memperturutkan syahwatnya, maka mereka kelak akan tersesat.”

Bumi Indonesia ini bisa merdeka adalah keyakinan dan pemikiran. Karena dulu, Indonesia memang tidak punya apa-apa. Tidak punya banyak jenderal, senjata canggih, juga tidak punya tentara yang dilatih dengan fasilitas lengkap. Namun, Indonesia, punya tekad dan keyakinan yang kuat kepada Allah Azza wa Jalla bahwa Dia pasti akan menurunkan pertolongan-Nya.

Bung Tomo pernah berkata ketika Inggris hendak melucuti pejuang Surabaya, “Arek-arek Suroboyo, para tukang becak, bakul nasi, orang-orang kecil, kita buktikan kepada Inggris bahwa kita adalah bangsa yang benar-benar ingin merdeka. Hanya ada dua pilihan: merdeka atau mati.”

Namun, mengapa setelah bangsa ini merdeka, sudah banyak jenderal dan banyak orang pintar; justru separuh terjajah? Jawabannya adalah generasi penerus yang melanjutkan perjuangan para pahlawan dan pejuang negeri ini adalah keturunan yang buruk. Yaitu, mereka yang kemudian menyia-nyiakan shalatnya.

Siapa sebenarnya orang-orang yang sudah menyia-nyiakan shalat dan apa dampaknya menyia-nyiakan shalat? Orang yang menyia-nyiakan shalat adalah mereka yang hatinya penuh dengan rasa kesal ketika datang waktu shalat dan selanjutnya menunda menunaikannya. Padahal, jika ingin keluarganya penuh dengan kebahagiaan dan banyak rezeki, maka kuncinya bukan pada bekerja dan seberapa banyak penghasilan. Namun, kunci sesungguhnya adalah shalat.

Untuk menjadi orang terbaik dan hidup ini dipenuhi rasa nikmat, maka mulailah dari shalat. Allah Ta'ala berfirman dalam Surat Thaha ayat 132:


وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah keluargamu untuk shalat dan bershabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang akan memberikan rezeki kepadamu. Dan, akibat (yang terbaik di akhirat) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

Jadi, hidup di kota-kota metropolitan ini, jika tidak memperbanyak shalat, maka yang akan memperbudak adalah syahwat. Jika shalat ditunda-tunda, shalat yang satu mendekati adzan shalat lain, dan tidak memprioritaskan awal waktu shalat; maka akan seperti itu pula kehidupan kita. Yaitu, rezeki yang tertunda, urusan yang menggelisahkan, atau keluarga yang terbiasa malas-malasan. Sesungguhnya itu semua berhulu dari seringnya kita menunda shalat.

Sebaliknya, bila shalat sudah tertunaikan dan seluruh anggota keluarga disuruh mendirikan shalat, maka Allah tidak akan membebani urusan rezeki kepada kita. Allah akan limpahkan tanpa harus menggadaikan waktu kita untuk shalat dan berdzikir kepada-Nya. Apalagi bila ditambah dengan zikir yang banyak, maka setiap pintu-pintu kebaikan akan dibukakan lebar-lebar untuk kita dan keluarga.

Sementara orang yang selalu mengeksploitasi hidupnya untuk bekerja, tetapi malas shalat dan mencari ilmu Allah, maka hidupnya akan menghadapi rasa lelah dan kecewa. Wajahnya muram. Hasil dari kerjanya tidak ada yang menguatkan dan menyehatkan badannya, dan tidak pula membahagiakan hatinya. Yang ada hanyalah kecewa yang akhirnya menjerumuskan pada maksiat. Melabuhkan dirinya pada kehidupan yang tidak jelas, yang harga-harganya selangit, hingga akhirnya hasil kerja keras mereka tidak akan membuahkan apa-apa. Yang dirasakan hanyalah lingkaran setan kelelahan, kecewa, dan maksiat.

Lalu apa lagi yang dimaksud dengan menyia-nyiakan shalat? Yaitu tidak memahami apa yang dibaca di dalam shalat hingga yang bacaan shalat hanyalah seperti mantra yang dirapalkan. Padahal shalat adalah ibadah yang paling tinggi dan paling agung.

Tidak ada perintahnya dalam hidup ini untuk memperbanyak kerja. Yang diperintahkan untuk diperbanyak adalah dzikir mengingat Allah. Juga tidak ada perintah untuk mencari rezeki. Yang ada adalah ayat yang menyuruh shalat Jumat dulu, baru bertebaran mencari fadhl dari Allah. Fadhl ini artinya bonus. Jadi, setelah shalat Jumat itu sebenarnya rezeki sudah disiapkan. Sudah ada. Tinggal mengejar fadhl-nya yaitu bonusnya. Itu pun diikuti dengan perintah untuk senantiasa berzikir mengingat-Nya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga tidak pernah mengambil keputusan besar dalam urusan apa pun kecuali sebelumnya, beliau mendirikan shalat dua rakaat. Dan itu diikuti oleh para sahabat.

Imam Bukhari tidak akan menulis hadits yang akan memberikan dampak yang besar dalam kehidupan umat kecuali dengan shalat dua rakaat. Sementara seorang sahabat besar di jaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah dikabari bahwa anak kesayangannya meninggal dunia. Sedangkan ia dalam perjalanan dinas yang dipercayakan oleh Rasulullah saw. Dia sangat bingung antara meneruskan misi yang dipercayakan kepadanya dengan pulang dan mengurus sendiri pemakaman anak tersayangnya untuk yang terakhir kali.

Sahabat ini kemudian turun dari kudanya dan mendirikan shalat dua rakaat untuk menentukan pilihan mana yang harus diambilnya. Setelah mendirikan shalat, ada ketenangan yang luar biasa menjalari hatinya. Tak lama kemudian, datang kabar bahwa pemakaman anaknya telah dilangsungkan dengan baik dan lancar. Keluarganya juga telah menerima musibah ini dengan sabar dan tidak ada kesulitan yang berarti terjadi pada mereka.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami apa yang kita baca dalam shalat. Sebab, bagaimana bisa khusyu bila artinya saja tidak tahu. Ada tiga posisi dimana kita bisa benar-benar merasakan kekhusyuan dan kenikmatan di dalam shalat. Pertama adalah posisi berdiri. Pahami dan nikmati bacaan yang kita ucapkan ketika dalam posisi berdiri. Bila kondisi ini terjadi dalam shalat, maka kita tidak akan ingin cepat-cepat menyelesaikan bacaan dan juga tidak ingin selalu membaca surat yang “itu-itu” saja.

Posisi kedua adalah ketika ruku’. Di posisi ini, kita akan benar-benar merasakan keagungan Allah Azza wa Jalla ada dan betapa rendahnya kita di hadapan-Nya. Posisi ketiga adalah manakala kita sujud. Ini posisi yang paling tepat bagi kita untuk berdoa yang dipanjatkan dengan berulang-ulang.

Kemudian, cara untuk menghalau syahwat dalam diri kita adalah dengan memperbanyak berzikir. Orang yang memperturutkan syahwat sesungguhnya tengah terperangkap dalam penjara keduniaan. Penyakit yang paling sulit disembuhkan adalah merasa “sudah”. Sudah merasa pintar, sudah merasa saleh karena telah banyak melakukan ibadah, dan sudah total beribadah, padahal tidak sama sekali.

Jika ingin berhenti dari syahwat maka banyaknya beristighfar. Maka akan terbuka pintu-pintu kebaikan. Pintu-pintu kebaikan itu berbeda untuk setiap orang. Salah satu nikmat istighfar dibuktikan oleh Imam Ahmad Ibnu Hambal. Beliau seorang imama besar dan sangat sibuk.

Suatu hari beliau diundang untuk datang ke kampung seseorang. Entah kenapa, hati beliau tidak tenang. Namun, beliau tetap datang ke kampung tersebut. Imam Ahmad bin Hambal kemudian tiba di malam hari dan ingin menginap di masjid. Namun, dia diusir. Kemudian dia bertemu dengan seorang tukang roti yang mempersilahkan dia untuk tidur di rumahnya.

Imam Ahmad kemudian bertanya, “Saudaraku sepanjang perjalanan tadi, aku melihatmu tidak henti beristighfar. Maka, adakah hajat hidupmu yang belum diperkenankan Allah Ta’ala?” Tukang roti itu kemudian menjawab, “Wahai tamuku yang terhormat, sesungguhnya banyak sekali keinginanku yang telah dikabulkan Allah, kecuali satu hal yaitu aku ingin sekali bertemu dengan Imam Ahmad Ibnu Hambal. Namun, aku tidak tahu dimanakah aku dapat bertemu dengan beliau.”

Iman Ahmad sangat takjub dan menangis. Beliau berkata, “Istighfar-mu yang telah menyeret jiwaku untuk datang menemuimu.” Inilah keutamaan istighfar dan berzikir mengingat Allah Ta’ala. Selain menjauhkan dari syahwat, juga mendatangkan perkenan atas doa-doa yang kita panjatkan kepada Allah Ta'ala. Ini pula yang menjadi rahasia, mengapa perjuangan para pahlawan dan pejuang negeri ini senantiasa dalam perlindungan Allah Azza wa Jalla dan meraih banyak keajaiban pertolongan-Nya.*

Sebelumnya :
Selanjutnya :