Oleh Ustadz Muhammad Harsya Bahtiar, Lc., M.A.
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُ..
اللهم صلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار
أيها الناس رحمكم الله
Jamaah Jumat yang berbahagia yang dimuliakan oleh Allah.
Mari kita memulai khutbah kita dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT. Atas nikmat dan karunia-Nya yang masih senantiasa tercurahkan dengan begitu derasnya sehingga pada siang yang berbahagia ini kita dapat berkumpul bersama dalam rangka melaksanakan salah satu kewajiban kita yaitu shalat Jumat secara berjamaah. Masih terasa suasana bahagia dalam diri kita atas momentum Idul Fitri 1443 Hijriah. Kami mengucapkan Taqabbalallahu minna wa minkum, minal ‘aidin wal fa’izin. Mohon maaf lahir dan batin.
Kaum muslimin, Jamaah Jumat yang berbahagia
Tak terasa Ramadan telah meninggalkan kita. Rasanya baru kemarin kita bergembira atas kedatangannya. Rasanya baru kemarin kita bersujud bersimpuh di malam-malamnya. Rasanya baru kemarin kita meneteskan air mata taubat dan penyesalan di setiap detik waktunya.
Yaa Rabb, kami sedih bulan suci-Mu telah meninggalkan kami. Kami sedih karena kami belum berbuat maksimal di dalamnya. Namun kami yakin bahwa Engkau membalas amalan kami yang sedikit dengan rahmat-Mu yang luas. Karena Engkau Maha Pengasih lagi Maha Pemurah. Terimalah amalan kami dan jadikanlah kami sebagai alumni-alumni Ramadan yang meraih predikat taqwa. Pertemukanlah kami dengan Ramadan lainnya di tahun-tahun yang akan datang. Amin yaa Rabbal Aalamin..
Di antara pelajaran dari Ibadah puasa Ramadan yang dapat kita petik adalah pelajaran keimanan akan adanya hari perjumpaan dengan Allah SWT. Dalam hadis qudsi Allah berfirman:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ، فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Artinya : “Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika ia berbuka, dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabbnya.” (Muttafaq ‘alaihi).
Orang yang berpuasa dan beramal shaleh lainnya akan berjumpa dengan Allah di hari kiamat kelak dengan keadaan bahagia. Wajah mereka berseri-seri melihat kepada Rabb-Nya karena mereka mendapatkan predikat radhiyatan mardiyyah (hamba yang ridha dan diridhai). Dikatakan kepada mereka:
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ
Wahai jiwa-jiwa yang tenang
ٱرْجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّة
Kembalilah kepada Rabbmu dengan keadaan ridha dan diridhai
فَٱدْخُلِي فِي عِبَٰدِي
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku
وَٱدْخُلِي جَنَّتِي
Dan masuklah ke dalam syurga-Ku. )QS. Al-Fajr ayat 27-30(
Namun di sisi lain di hari tersebut ada hamba-hamba yang celaka. Hamba-hamba yang binasa. Merekalah hamba-hamba yang membangkang kepada-Nya. Hari yang semestinya menjadi hari yang paling bahagia dalam hidupnya karena berjumpa dengan Dzat Yang Maha Indah justru menjadi hari terburuk dan tersuram. Wajah mereka hitam dan ketakutan. Mereka masuk ke dalam Neraka jahannam dengan penuh kehinaan. Yang demikian Allah gambarkan keadaan mereka dalam firman-Nya:
وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌ ۙ
Pada hari itu ada wajah-wajah yang tertunduk ketakutan,
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ ۙ
(Karena) bekerja keras namun kepayahan,
تَصْلٰى نَارًا حَامِيَةً ۙ
Mereka memasuki api yang sangat panas (neraka),
تُسْقٰى مِنْ عَيْنٍ اٰنِيَةٍ ۗ
diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas.
لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ اِلَّا مِنْ ضَرِيْعٍ
Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri,
لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِيْ مِنْ جُوْعٍ
Yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangkan rasa lapar. (QS. Al-Ghasyiah ayat 2-7)
Merekalah orang-orang yang sengsara dan celaka di hari kiamat kelak, Wal’iyadzu billah.
Keimanan kepada hari akhir akan melahirkan sifat takut bagi seorang hamba. Hamba yang beriman kepada hari akhir akan senantiasa berbuat kebaikan dan menghindari kemungkaran. Ia senantiasa takut akan amalannya yang akan dimintai pertanggung jawaban. Demikianlah rasa takut yang akan diberikan ganjaran indah di hari kiamat kelak, sebagaimana yang Allah janjikan dalam firmannya:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak terlihat oleh mereka, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al Mulk ayat 12).
Banyaknya kemungkaran yang kita saksikan hari ini, mulai dari korupsi berjamaah, pembunuhan terencana, hubungan seksual bebas, minuman keras yang merusak akal, dusta dan hoax yang senantiasa menghiasi media sosial, hingga fitnah dan kezaliman yang terus tersebar di seantero negeri ini adalah buah dari hilangnya rasa takut akan hari akhir.
Hilangnya rasa takut akan hari akhir akan melahirkan Fir’aun-Fir’aun baru, Namrud-Namrud baru, atau Abu Lahab-Abu Lahab baru. Sebaliknya perasaan takut akan hari akhir akan melahirkan Abu Bakar-Abu Bakar baru, Umar-Umar baru, Ustman-Ustman baru hingga Ali-Ali baru.
Lahirnya generasi-generasi takut akan hari akhir akan melahirkan generasi penakluk yang akan menjayakan dan meninggikan kalimat Islam sebagaimana dahulu generasi para sahabat yang berhasil menaklukkan imperium kesyirikan dan kekufuran Persia dan Romawi lalu menggantikannya dengan kekhalifaan yang dipenuhi dengan cahaya Iman dan Islam.
Generasi yang takut akan hari akhir akan senantiasa menjaga syariat. Mereka akan senantiasa menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan menjaga shalatnya karena mereka tahu bahwa shalat adalah tiang agama. Pembeda antara keimanan dan kekufuran.
Mereka akan senantiasa menunaikan zakatnya karena mereka tahu bahwa zakat adalah kewajiban yang merupakan hak bagi kaum fakir. Pembersih harta seorang muslim dari segala kotoran dan syubhat.
Mereka akan senantiasa menghiasi harinya dengan banyak berpuasa karena mereka tahu bahwa puasa adalah perisai bagi seorang muslim dari segala kemungkaran.
Mereka akan menginfakkan hartanya demi berhaji ke Baitullah karena mereka tahu bahwa haji adalah perjalanan spiritual suci menapak tilas ibadah para Nabi mengantar ke syurga ilahi.
Mereka juga akan senantiasa berbuat dan berkata baik kepada sesama karena mereka tahu bahwa agama bukan hanya sekedar hablumminallah (menjaga hubungan dengan Allah) namun juga hablumminannas (menjaga hubungan kepada sesama manusia).
Generasi yang takut akan hari akhir juga akan senantiasa meninggalkan larangan Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak akan memakan harta riba dan suap. mereka tidak akan melakukan korupsi dan khianat. Mereka tidak akan memakan makanan haram dan meminum minuman haram yang dapat merusak akal dan jiwa. Mereka hanya akan memakan dari makanan yang baik dan meminum dari minuman yang baik.
Mereka tidak akan membunuh saudaranya. mereka tidak akan berzina. mereka tidak akan melakukan praktek-prektek sihir. Mereka tidak akan berkata dusta dan membuat hoax yang dapat menyebabkan fitnah di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mereka adalah generasi yang senantiasa berbuat baik dan menyeru kepada kebaikan, berbuat adil dan menyeru kepada keadilan, serta senantiasa menjauhi segala perbuatan keji, kemungkaran dan keburukan.
Ramadan memang telah meninggalkan kita namun bukan berarti perginya Ramadan adalah perginya semua amalan ibadah kita. Seorang mukmin menyembah Allah bukan karena Ramadan namun ia menyembah Allah karena ia adalah hamba Allah yang menyembah-Nya baik dalam bulan Ramadan atau di luarnya. Ketahuilah bahwa Tuhan yang kita sembah di bulan Ramadan adalah juga Tuhan yang sama yang kita sembah di luar Ramadan yaitu Allah Azza wa jalla.
Ingatlah juga bahwa Allah memerintahkan kita menyembah-Nya bukan hanya sampai selesai Ramadan namun sampai nyawa kita terlepas dari jasad kita. Allah berfirman:
وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ یَأْتِیَكَ الْيَقِيْنُ
Artinya : Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. (QS. An-Hijr: 99).
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita rasa takut kepada-Nya, dan keimanan yang peripurna akan hari pembalasan, yang dengannya kita akan lebih giat dalam beramal dan takut akan terjatuh dalam kubangan kemaksiatan, Aamiin...
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فَي القُرْآنَ العَظِيْمِ, وَنَفَعْنِيْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ