UMMATTV, MALANG--Seringkali limbah dapur langsung dibuang karena dirasa tidak diperlukan lagi. Padahal sejumlah limbah dapur itu bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi alternatif.
Hafidzoh Fauziyah, santri SMA Ar-Rohmah Putri Islamic Boarding School Pesantren Hidayatullah Malang tergerak meneliti sisa nasi, kulit pisang dan sisa sayuran sebagai penghasil energi listrik. Berkat kerja keras dan perjuangannya itu, ia akhirnya meraih medali perunggu dalam World Applied Chemistry Olympiad (WAChO) 2021.
Santri kelas XII MIPA yang juga hafal Al-Qur’an 30 juz itu, tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia saat diumumkan sebagai salah satu pemenang. Panitia WAChO 2021 mengumumkan hasil perlombaan itu pada akhir Oktober lalu.
"Syukur ahamdulillah, kami bisa mengharumkan Ar-Rohmah Putri dan Indonesia di tingkat dunia," ujarnya Senin (1/11).
Hafidzoh, sapaan akrabnya menuturkan, lomba yang diikutinya itu tentang Kimia Terapan. Lebih spesifik lagi mengenai Microbial Fuel Cell (MFC). Yaitu suatu perangkat penghasil listrik yang memanfaatkan reaksi-reaksi organic microbial yang dihubungkan dengan sel elektrokimia. Judul penelitian yang ia usung adalah Kitchen Waste as an Alternative Energy Resources in Boarding School.
Sedangkan tujuan penelitian yang mengambil sampel dari dapur pesantren itu adalah, ingin menunjukkan bahwa limbah dapur yang digunakan sebagai substrat mampu menghasilkan energi listrik. Dari sekian limbah dapur yang dijadikan substrat, kulit pisanglah yang menghasilkan energi listrik tertinggi. Dibandingkan dengan substrat lain dari sisa nasi maupun sisa sayuran.
"Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menghasilkan energi listrik yang lebih optimal," jelas santri asli Malang itu.
Atas prestasi tersebut ia pun berhak mendapatkan sertifikat dan medali. Sementara itu, Yunilia Nur Pratiwi sebagai Guru Pembimbing mengaku bangga atas prestasi yang diraih anak didiknya tersebut.
"Alhamdulilah, santri Ar-Rohmah Putri kembali meraih prestasi di tingkat internasional,"ujarnya.
Menurut Ustadzah Yunil, demikian akrab dipanggil menjelaskan, untuk bisa meraih prestasi pada ajang yang seharusnya digelar di Jerman ini tidak mudah. Selain harus bersaing dengan ratusan peserta dari dari 10 negara, seperti : Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Rumania, dan lainnya. Juga harus berpacu dengan terbatasnya waktu penelitian, padatnya aktivitas Hafidzoh di pesantren, murojaah atau mengulang hafalan Al-Qur’an setiap hari dan juga harus lolos seleksi terlebih dahulu di olimpiade kimia tingkat Indonesia.
Perjuangan Hafidzoh, terang Ustadzah Yunil, bermula dari keikutsertaannya pada ajang Olimpiade Kimia Indonesia awal tahun 2021 ini. Ia menjadi salah satu finalis dan berhak mengikuti ajang bergengsi yang digelar oleh Indonesian Scientific Society mulai akhir Agustus lalu.
Selama empat pekan, Hafidzoh berkutat di laboratorium kimia setiap harinya. Ia bergulat dengan penelitiannya dan harus melaporkan progress report setiap pekan ke panitia. Sedangkan final report wajib selesai dan terkirim pada akhir bulan September. Setelah itu, ia mempresentasikan hasil penelitiannya di hadapan panitia via daring pada awal Oktober.
Dengan capaian ini, Ustadzah Yunil pun berharap, tidak hanya bisa menjadi inspirasi bagi santri Ar-Rohmah Putri. Melainkan juga bagi siswa lain di seluruh penjuru nusantara. Agar mereka selalu giat menuntut ilmu dan pantang menyerah dalam meraih prestasi dan cita-cita.*