Dalam kehidupan realitas, banyak umat Islam yang tak menyadari urgensi dan fadilah hari raya Idul Adha. Hal ini tampak jelas dalam euforia perayaan mereka di sela-sela hari ini, yang seakan hanya dinomorduakan dari hari raya Idul Fitri.
Padahal, Idul Adha tidak kalah urgen dibanding Idul Fitri sebab selain ia adalah ikon utama persatuan umat Islam sedunia lewat ibadah haji, ia juga merupakan hari yang paling utama di sisi Allah Ta'ala. Dalam hadis sahih, Rasulullah SAW bersabda, إن أعظم الأيام عند الله يوم النحر "Sesungguhnya hari yang paling utama di sisi Allah adalah hari an-Nahr (Idul Adha)." (HR Abu Daud: 1765)
Bila hari-hari paling utama di sisi Allah adalah 10 hari awal Dzulhijjah, maka puncak keutamaan itu ada pada hari ke-10 ini. Kedudukan strategis ibadah dan euforia perayaan di dalamnya tidak hanya karena ia datang sehari setelah hari Arafah yang puasa di dalamnya menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya, namun lebih dari itu ia adalah hari pertama dari empat hari raya yang disyariatkan.
Perayaan di momen Idul Adha sampai empat hari ini merupakan nilai plus dan fadilah yang tak dimiliki Idul Fitri yang perayaannya hanya disyariatkan selama sehari. Rasulullah SAW bersabda, "Hari Arafah, hari an-Nahr (Idul Adha), dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya kita, umat Islam, ia adalah hari-hari makan dan minum." (HR Tirmizi: 773).
Selain itu, Idul Adha merupakan hari pertama sekaligus puncak penyembelihan hewan qurban, sehingga ia dinamakan juga Idul Qurban alias hari raya qurban, meskipun penyembelihan qurban tetap dibolehkan pada tiga hari setelahnya yang juga dinamakan hari-hari Tasyriq.
Oleh karena itu, seharusnya momen ini disadari bahwa 10 Dzulhijjah adalah hari yang sangat strategis bagi setiap muslim untuk memperbarui karakter keislaman dan spirit kesalehan umat terutama dalam lingkup NKRI yang kita cintai.
Ia tidak boleh hanya dijadikan sekadar syiar kegembiraan, tapi mesti dijadikan momen persatuan, silaturahim sesama elemen umat Islam, serta momen pertunjukan utama nilai kemanusiaan dalam Islam yang tergambarkan dalam ibadah haji yang tak membedakan antara miskin dan kaya, hitam dan putih, serta lewat budaya pengayoman dan kerukunan antar strata sosial kemasyarakatan yang tergambarkan pada penyembelihan hewan qurban dan pembagiannya kepada mereka yang membutuhkan.
Idul Adha bukanlah momen satu-satunya untuk kita berhari raya saat ini, tapi ada tiga hari Tasyriq yang juga merupakan bagian hari raya yang mesti kita rayakan dan jadikan kesempatan untuk beribadah, melantunkan dzikir dan doa, serta bersilaturahim.
Tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah ini dinamakan Tasyriq yang bermakna "penjemuran daging-daging hewan qurban" karena pada zaman dahulu kala, di hari-hari inilah mereka menjemur daging-daging hewan qurban dengan tujuan agar daging-daging yang disembelih pada hari Idul Adha tersebut tidak rusak dan membusuk.
Ada juga yang menyatakan bahwa dinamakan tasyriq yang juga bermakna "terbitnya matahari dari arah timur" karena penyembelihan hewan qurban pada hari-hari ini hanya dilakukan setelah matahari terbit.
Meskipun tiga hari Tasyriq ini tak memiliki kemuliaan sebesar Idul Adha, namun sangat penting bagi umat Islam untuk mengisinya dengan amalan-amalan saleh yang disunahkan terkhusus ibadah dzikir. Allah Ta'ala berfirman,
واذكروا الله في أيام معدودا "Berdzikirlah mengingat Allah pada hari-hari yang telah ditentukan jumlahnya (yakni hari-hari Tasyriq)."(QS Al Baqarah 203)
Namun, demi memberikan kesempatan bagi kaum mukminin untuk saling berbagi makanan dan minuman pada hari ini, maka puasa di dalamnya dilarang. Terlepas dari dua pandangan para ulama, apakah puasa pada hari-hari Tasyriq ini haram atau hanya makruh, tetapi pantas bagi seorang Muslim untuk meninggalkan yang makruh demi meraih pahala di hari-hari ini dengan menjadikannya hari sebagai silaturahmi, berbagi makan, minum, dan hal-hal yang dibutuhkan masyarakat sekitarnya. Rasulullah SAW bersabda, "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan dan minum." (HR Muslim 1141)
Nah, agar euforia perayaan Idul Adha kali ini tidak tersia-siakan dengan berbagai kelalaian atau acara-acara yang tidak islami, maka sangat penting bagi kita semua untuk memperhatikan berbagai amal saleh, baik ibadah mahdhah ataupun gairu mahdhah dalam momen empat hari raya secara berturut-berturut ini. Tujuannya agar kita keluar dari hari-hari ini dalam kondisi hati yang suci, keimanan yang meningkat, serta akhlak yang semakin berkualitas. Di antara hal tersebut adalah:
Pertama, berqurban, atau menyembelih hewan qurban dan membagi-bagikan dagingnya kepada mereka yang membutuhkan agar tetap merasakan kebahagiaan yang sama dengan kita di hari ini, apalagi dalam musim pandemi ini. Di antara fadilah berqurban di hari-hari ini adalah:
Memiliki pahala yang besar di sisi Allah Ta'ala karena qurban ini merupakan syiar agama Allah yang sangat mulia dan intisari dari ketakwaan. Dia berfirman:
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ "Demikianlah (perintah Allah). Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sesungguhnya hal itu termasuk dalam ketakwaan hati."(QS Al-Hajj 32)
Bahkan lantaran agungnya, Allah SWT sampai menggandengkan penyebutannya dalam Alquran dengan ibadah sholat:
فصل لربك وانحر "Maka, laksanakanlah sholat karena Tuhanmu dan berqurbanlah." (QS Al Kautsar: 2)
Mendatangkan ketenangan serta peningkatan takwa dan kesucian hati. Hal ini tergambarkan dari karakter orang yang ikhlas berqurban karena Allah Ta'ala, yaitu sifat-sifat 'kebinatangan' dalam dirinya berupa egoisme, hawa nafsu, sikap tidak peduli pada sesama, dan kezaliman 'tersembelih' dari sejak awal dirinya berazam untuk berqurban, dan sifat-sifat itu semakin sirna dari jiwanya saat hari H penyembelihan qurban tiba. Tapi, harus dengan syarat ada keikhlasan karena Allah Ta'ala.
Pemilihan hewan qurban yang baik dan berkualitas. Aktivitas pemilihan ini menggambarkan kepedulian tinggi seorang yang berqurban terhadap ibadah mulia ini, sekaligus sebagai bukti ketakwaannya kepada Allah, karena benar-benar merasakan bahwa hewan yang akan diqurbankan kepada Allah harus terjauhkan dari cacat dan aib.
Adanya rasa kepedulian agama sekaligus sosial yang tinggi. Pemahaman yang baik terhadap konsep ajaran Islam yang luar biasa yang tak hanya mengentaskan kemiskinan, tapi dalam qurban ini tergambarkan konsep pemerataan kesehatan dan gizi di kalangan masyarakat, agar yang sehat tak hanya orang-orang kaya. Mungkin saja prioritas daging ini diberikan pada mereka di Idul Adha lantaran pada Idul Fitri mereka telah mendapatkan pembagian gizi pokok (karbohidrat).
Kedua, bantuan dan sedekah pada mereka yang membutuhkan di hari-hari Tasyriq ini hendaknya tidak hanya terbatas pada daging hewan qurban saja meskipun ialah yang sangat utama. Tetapi, sangat dianjurkan untuk memberikan sedekah dan infak jenis lain, baik berupa makanan pokok, pakaian, uang saku, ataupun bantuan jenis lainnya.
Ini sangat dianjurkan, apalagi dalam kondisi pandemi yang tak menentu ini agar beban mereka bisa diringankan. Rasulullah SAW bersabda,“Barangsiapa melapangkan dari seorang beriman sebuah kesulitan dunia niscaya Allah lapangkan atasnya dari kesulitan hari kiamat, siapa yang memudahkan seorang yang sulit bayar hutang, niscaya Allah akan mudahkan atasnya kesulitan di dunia dan akhirat, siapa yang menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah tutupi aibnya di dunia dan akhirat, dan Allah selalu menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR Muslim: 2699).
Tapi perlu diingat bahwa bantuan dan sedekah initidak hanya terbatas pada Idul Adha saja tanpa dilakukan di momen lainnya,karena orang-orang yang benar-benar membutuhkan uluran tangan kita tak hanya terbatas pada hari itu.
Ketiga, suasana hari raya ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk acara-acara kegembiraan, acara makan bersama keluarga dan para sahabat, tentunya dengan tetap dalam batasan syariat sembari mengindahkan prokes pandemi Covid-19 yang sudah ada.
Bila tidak memungkinkan karena di wilayah tertentu termasuk zona merah, maka hendaknya bertatap muka dengan mereka lewat online. Hal itu karena momen hari raya ini kesempatan emas bagi suatu keluarga dan para sahabat untuk semakin akrab dan harmonis.
Keempat, selalu menjaga wirid takbir muqayyad di setiap bakda sholat fardu dari sejak subuh hari Arafah hingga bakda sholat Asar di hari terakhir tasyriq (14 Dzulhijjah), yaitu dengan lafal:
الله أكبر.. الله أكبر.. الله أكبر.. لا إله إلا الله ، الله أكبر.. الله أكبر.. ولله الحمد (Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, la ilaha illallah, allahu akbar, allahu akbar walillahil-hamd)
Selain itu, hendaknya banyak berdoa dan berdzikir, baik tahlil, takbir, tahmid, istigfar atau dzikir-dzikir lainnya, sekalipun dalam suasana santai dan ketika menikmati acara-acara hari raya karena hari-hari ini merupakan hari-hari zikir. Selain pahalanya dilipatgandakan khususnya dihari ke-10 Dzulhijjah, ia juga mengandung latihan untuk kita agar terus menjaga dzikir dan doa pada hari-hari selanjutnya sepanjang tahun.
Hal itu karena dzikir dan doalah yang menjadi bekal, perisai, sekaligus imunitas bagi hati maupun psikis kita, termasuk dalam mengahdapi Covid-19, tentunya tanpa melupakan asbab lahiriah semisal pemeriksaan medis, asupan gizi dan vitamin, serta rutinitas olah raga, termasuk melakukan vaksin yang telah dilakukan dan dianjurkan oleh para ulama Islam dan para pakar kesehatan.
Semoga Idul Adha dan hari-hari tasyriq di tahun ini membawa kebaikan dan keberkahan bagi diri pribadi, keluarga, umat, dan bangsa kita. Taqabballallahu minna wa minkum, wa kullu 'aamin wa antum bikhair. Amin.