Semakin jelas dan terungkaplah kebodohan sebagian manusia, bahwa hanyalah orang yang bodoh lagi sombong, yang merasa tidak butuh kepada Allah.
(Tadabbur Surat Al- Baqarah Ayat 186)
Bag.2
Oleh :
Dr. Samsul Basri, S.Si, M.E.I
Allah Azza Wa Jalla berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah : 186).
Alhamdulillah, hikmah dan pelajaran pertama dari satu ayat yang mulia ini dapat dirujuk pada bag.1 tulisan ini. Penekanannya adalah supaya seorang muslim membiasakan dan memperbanyak berdoa terlebih lagi di bulan yang mulia ini, bulan Ramadhan.
Selain itu ada lafadzh doa yang Rasulullah saw ajarkan kepada Abu Umamah demi terangkatnya kegalauan dan kesedihan mendalam yang menyelimuti hati dan fikirannya. Berikut ini doanya,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
ALLAAHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MINAL HAMMI WAL HAZANI WA A'UUDZU BIKA MINAL 'AJZI WAL KASALI, WA A'UUDZU BIKA MINAL JUBNI WAL BUKHLI WA A'UUDZU BIKA MIN GHALABATID DAINI WA QAHRIR RIJAAL.
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kegundahan dan kesedihan dan aku berlindung kepadaMu dari kelemahan dan kemalasan dan aku berlindung kepadaMu dari sifat penakut dan bakhil dan aku berlindung kepadaMu dari terlilit hutang dan pemaksaan dari orang lain).
Pada bag.2 ini akan dishare pelajaran yang kedua. Adapun Pelajaran lainnya Insya Allah pada tulisan tulisan berikutnya.
Pelajaran Kedua, Apa hikmah di balik membiasakan dan memperbanyak berdoa?
Masya Allah, ternyata dengan berdoa, seorang hamba menyadari akan kefakiran dan kelemahan dirinya, serta keterbatasan kemampuannya. Sehingga dia pun bersikap tawadhu (merendah) di hadapan Allah dengan segera berhajat kepada Allah, bersandar dan mengandalkan kekuatan-Nya. Maha benar Allah yang berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS. fathir : 15).
Kefakiran manusia dan berhajatnya kepada Allah pada ayat ini bersifat dzatiyah artinya tidak seorang pun dari manusia yang hidup tanpa kelemahan dan tanpa kekurangan. Sehingga secara fitrah, mereka (manusia) butuh kepada Allah, dan butuh campur tangan Allah dalam semua urusannya. Karena itulah mereka harus melanggengkan pertolongan Allah dengan berbagai ibadah dan amal saleh. Mengapa "Ibadah dan amal saleh"?! Karena Allah yang Maha Tahu akan hajat manusia yang besar kepada-Nya telah mngajarkan hal itu.
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah (ibadah) dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Bahwa untuk melanggengkan pertolongan Allah, mesti dengan ibadah hanya kepada-Nya. Sedangkan Allah Maha kaya, tidak membutuhkan sesuatu, dan Maha terpuji, tidak tersentuh pada-Nya kekurangan.
Semakin jelas dan terungkaplah kebodohan sebagian manusia, bahwa hanyalah orang yang bodoh lagi sombong, yang merasa tidak butuh kepada Allah. Kebodohan dan kesombongannya tampak pada sikapnya malas berdoa, sering menunda-nunda shalat bahkan meninggalkannya, merasa tidak cukup waktu untuk membaca dan mempelajari al-Qur’an, dan pilihan hidupnya yang jauh dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Kepada mereka yang bodoh dan sombong, Allah berfirman:
وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا.كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu. (QS. al-Isra : 37-38).
~~ Bersambung ~~
Tags: Ramadhan, Shaum, Samsul Basri