Ketika seseorang membaca tulisan kita dan membuatnya tercerahkan hingga menjadi jalan dia berbuat kebaikan, maka itu nilai ibadah kita sebagai penulis.
UMMATTV.ID JAKARTA--Penulis Kartika Ummu Arina mengatakan menulis merupakan tradisi para ulama terdahulu. Namun sayang, tradisi ini seperti terlupakan oleh umat Islam.
“Ikatlah ilmu dengan tulisan, begitu kata Rasulullah,” jelas Kartika, Rabu (29/4/2020) di Bekasi, Jawa Barat.
Kartika menjelaskan al-Quran yang saat ini berada di tengah-tengah umat merupakan contoh terikatnya ilmu dengan tulisan. Dalam sejarahnya Umat bin Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar Ash-shiddiq untuk mengumpulkan dan menulis al-Quran yang dihafal para sahabat.
“Begitu juga karya tulis yang ditorehkan penulis saat ini. Akan dapat dibaca dan dikenang pada masa mendatang meski sang penulis sudah meninggal dunia. Contoh kitab-kitab ulama terdahulu, terus dibaca dan dirasakan manfaatnya oleh umat Islam saat ini dan yang akan datang. Mereka akan dikenang sepanjang masa,” ungkap penulis yang konsen menulis tema-tema remaja, muslimah, dan keluarga ini.
Penulis buku Jadilah Suami-Istri Bijak ini mengungkapkan banyak manfaat yang dapat dirasakan seseorang dari menulis. Menurut Kartika, menulis merupakan sarana untuk aktualisasi diri serta ladang ibadah.
“Ketika seseorang membaca tulisan kita dan membuatnya tercerahkan hingga menjadi jalan dia berbuat kebaikan, maka itu nilai ibadah kita sebagai penulis. Apalagi jika ribuan bahkan jutaan orang yang tercerahkan, ini menjadi amal jariyah kita yang tak terputus,” kata Kartika yang juga pernah menjadi jurnalis di beberapa media nasional.
Tak hanya nilai ibadah yang didapat, seorang penulis juga bisa menjadikan tulisan-tulisannya sebagai sumber penghasilan. Kata Kartika, saat ini banyak sekali media online yang menawarkan ruang bagi penulis lepas untuk berkarya. Entah itu berupa berita, artikel, cerpen, opini, dan lainnya.
“Dari sanalah biasanya penulis dapat honor. Apalagi ketika kita menjadi kontributor di banyak media, itu akan lebih yang kita dapat,” ujar ibu dua anak ini.
Selain dari media, penulis juga bisa mendapatkan sumber penghasilan dengan mengirim karya tulisnya ke penerbit buku.
“Dari sini, penulis yang dikontrak oleh penerbit akan diberi royalti dari hasil penjualan buku yang ditulisnya. Semakin banyak penjualan buku, maka semakin banyak nilai royalti yang didapat. Bahkan tak jarang buku itu dicetak berulang-ulang, best seller,” kata Kartika.
Apakah menulis itu perlu bakat? Kartika menyebutnya tidak. Setiap orang memiliki peluang untuk menjadi penulis, asal ada kemauan.
“Yang penting ada kemauan. Dan teruslah menulis, insyaallah kemampuan kita menulis terasah,” jelas Kartika.
Di akhir pembicaraan, Kartika menyarankan agar menulis sesuai dengan bidang yang dikuasai atau digelutinya. Karena tidak bisa seorang penulis menulis berbagai tema bidang kehidupan.
“Dengan spesialisasi tema penulisan, maka tulisanya kita ada ruhnya. Jangan kita tidak kuasai teknologi, tiba-tiba kita menulis gagasan tentang teknologi. Seorang penulis akan dikenal karena kepakarannya dalam satu bidang,” pungkas Kartika.*
Tags: Dakwah bil qalam, menulis artikel