Oleh:
Mohammad Fauzil Adhim
ADA hadis riwayat Muslim yang terdengar sangat puitis. Inilah qudsi berderajat shahih yang menunjukkan betapa Allah ‘Azza wa Jalla menyayangi hamba-hamba-Nya yang sedang sakit. Sesungguhnya Allah ﷻ kelak di hari kiamat akan bertanya, “Hai Anak Adam, Aku sakit, tetapi kenapa engkau tidak menjenguk-Ku?”
Jawab Anak Adam, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku harus menjenguk-Mu, sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?”
Allah ﷻ berfirman, “Apakah engkau tidak tahu bahwa hamba-Ku si fulan sakit, sedangkan engkau tidak menjenguknya? Apakah engkau tidak tahu, seandainya engkau kunjungi dia, maka engkau akan dapati Aku di sisinya?”
“Hai Anak Adam, Aku minta makan kepadamu tetapi kenapa engkau tidak memberi-Ku makan?”
Jawab Anak Adam, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi makan kepada-Mu, sedangkan Engkau Tuhan Semesta Alam?”
Firman Allah ﷻ, “Apakah engkau tidak tahu hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu? Apakah engkau tidak tahu seandainya engkau memberinya makan, engkau akan mendapatkannya di sisi-Ku?”
“Hai Anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi kenapa engkau tidak memberi-Ku minum?”
Jawab Anak Adam, “Bagaimana mungkin aku melakukan, padahal Engkau Tuhan Semesta Alam?”
Allah ﷻ berfirman, “Hamba-Ku si fulan minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya minum. Ketahuilah, seandainya engkau memberinya minum, maka sudah pasti engkau mendapatkannya di sisi-Ku.” (HR. Muslim).
Apakah mungkin Allah ﷻ sakit? Tentu saja tidak. Sama sekali tidak mungkin. Akan tetapi Allah ﷻ menggunakan ungkapan itu untuk menunjukkan betapa sesungguhnya orang-orang yang sakit itu, apabila ia ridha dengan sakitnya dan tidak berputus asa terhadap kasih-sayang-Nya, maka tidak ada yang lebih dekat dengannya melebihi dekatnya Allah ﷻ dengan dirinya. Maka inilah saat setiap rasa sakit menggugurkan dosa-dosa, setiap kali ridha dengan ujian yang diterima akan menaikkan derajatnya di sisi Allah ﷻ dan pada setiap helaan nafas yang ia hembuskan untuk berdo’a, maka Allah ﷻ sungguh-sungguh mendengarkannya.
Do’a orang yang sakit serupa dengan do’a para malaikat. Itu sebabnya kita dianjurkan untuk meminta do’a kepada orang yang sakit. Setiap kali kita berkesempatan untuk menjenguk, atau berkomunikasi dengan orang yang sakit, maka saat itulah kita perlu memohon agar ia berkenan mendo’akan kita dengan do’a-do’a yang terbaik.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا دَخَلْتَ عَلَى مَرِيضٍ فَمُرْهُ أَنْ يَدْعُوَ لَكَ فَإِنَّ دُعَاءَهُ كَدُعَاءِ الْمَلَائِكَةِ
"Jika kamu mengunjungi orang sakit maka mintalah agar ia mendo'akanmu. Sebab do`anya seperti do`a para malaikat." (HR. Ibnu Majah).
Hari ini, tidak semua yang sakit boleh dijenguk, meskipun kerabat maupun kerabat dekat dan sahabat sangat ingin berkunjung dan menyapa. Sedih? Saya tidak mengingkari jika ada yang merasakan seperti itu. Tetapi pada saat yang sama, keadaan ini menjadikannya semakin dekat dengan Allah, bahkan di saat ia tidak sedang berdo’a. Allah hadir di sisinya.
Maka inilah saat-saat yang paling dekat sekaligus paling tepat untuk berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Inilah saatnya setiap lantunan do’a, meski ia ucapkan dengan terbata-bata, sungguh-sungguh Allah Ta’ala muliakan dan junjung tinggi.*
Sumber: Facebook Mohammad Fauzil Adhim