24 Tahun Dakwah KH Zainal Muttaqin: Menyatukan Aqidah dan Ekonomi di Pangandaran

24 Tahun Dakwah KH Zainal Muttaqin: Menyatukan Aqidah dan Ekonomi di Pangandaran

KH Zainal merasa bahwa dakwah yang seharusnya mencakup pemberdayaan ekonomi masih sangat kurang.

Oleh : Anwar Aras 

(Pemerhati Kisah Perjalanan Dai Pedalaman)


Dua dekade lebih KH Zainal Muttaqin mengabdikan dirinya untuk dakwah di tanah kelahirannya, Pangandaran, sebuah daerah pesisir yang dikenal dengan keindahan pantainya, namun juga menyimpan tantangan besar dalam hal ekonomi dan keagamaan. Dalam wawancara mendalam bersama kami, KH Zainal berbagi cerita tentang suka dan dukanya selama 24 tahun menjalankan tugas mulia sebagai dai. Di balik segala tantangan, ia tetap teguh dalam keyakinannya bahwa dakwah bukan sekadar tugas agama, melainkan sebuah kewajiban untuk membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Suka Dakwah: Tugas Mulia dengan Beragam Tantangan

Mengabdikan diri dalam dakwah, bagi KH Zainal, adalah bagian dari tugas yang mulia. “Kalau melihat suka duka, tentunya lebih banyak suka karena dakwah adalah tugas yang harus dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab,” ujar pria yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk menyebarkan ajaran Islam di Pangandaran ini. Meskipun begitu, Kyai Zainal juga mengakui ada banyak tantangan yang dihadapi dalam proses dakwah tersebut.

Menurut KH Zainal, di Pangandaran terdapat tiga organisasi besar yang bergerak di bidang keagamaan: Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Persis. Namun, tidak jarang terjadi perbedaan pendekatan di antara mereka. “NU lebih fokus pada majelis taklim, Muhammadiyah lebih banyak berfokus pada pendidikan dan amal usaha, sementara Persis cenderung melakukan pengajian rutin tanpa terjun langsung ke bidang ekonomi,” kata KH Zainal.

Hal ini, menurutnya, menjadi salah satu tantangan terbesar dalam dakwah di Pangandaran, di mana ada kekosongan penggerak yang menghubungkan antara ajaran agama dan pemberdayaan ekonomi. “Dakwah yang mengarah pada ekonomi masyarakat sangat dibutuhkan, namun hal ini sering kali terlupakan,” tambahnya.

Duka: Mitos dan Keterbatasan Ekonomi

Selain tantangan perbedaan pendekatan antar organisasi, KH Zainal juga menyebut adanya kendala yang cukup berat dalam dakwah terkait dengan mitos lokal yang masih melekat kuat di masyarakat. Di Pangandaran, kepercayaan terhadap penguasa laut, Nyi Roro Kidul, masih hidup di kalangan masyarakat, yang menjadi penghalang dalam mengubah pola pikir dan aqidah mereka.

“Mitos ini sudah sangat melekat di masyarakat, dan untuk mengubahnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Sering kali saya menyampaikan kepada mereka bahwa aqidah yang benar adalah penting, tetapi itu harus disertai dengan pembenahan ekonomi yang juga menjadi salah satu bagian dari ajaran Islam,” ujarnya. Menurutnya, Islam tidak hanya mengajarkan tentang ibadah, tetapi juga mengharuskan umatnya untuk mencari rezeki yang halal dan berkah.

Kondisi ekonomi masyarakat Pangandaran yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan dan petani juga menjadi perhatian utama KH Zainal. "Nelayan di Pangandaran sebagian besar bukan penduduk asli. Mereka berasal dari Garut, Tasikmalaya, dan daerah lainnya. Hal ini menyebabkan pengelolaan sumber daya alam yang tidak optimal," ujar KH Zainal dengan nada prihatin.

Pentingnya Pendidikan Ekonomi dalam Dakwah

KH Zainal merasa bahwa dakwah yang seharusnya mencakup pemberdayaan ekonomi masih sangat kurang. Salah satunya adalah pendidikan di pesantren yang kurang menyiapkan santri untuk berkarier di sektor-sektor non-formal. "Pesantren-pesantren salaf yang tidak mengajarkan keterampilan atau memiliki sekolah formal sering dianggap kurang relevan oleh sebagian umat," ujarnya.

Lebih jauh, beliau mengungkapkan harapannya agar pendidikan pesantren bisa berkembang menjadi lembaga yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mengajarkan keterampilan praktis yang berguna bagi kehidupan masyarakat. “Kenapa kita tidak bisa mengembangkan pesantren menjadi lembaga yang mencetak petani, nelayan, atau peternak yang handal?” tanya KH Zainal dengan penuh keinginan untuk melihat perubahan.

Harapan untuk Generasi Muda Pangandaran

KH Zainal juga menyampaikan pesan penting bagi generasi muda Pangandaran. Sebagai seorang yang sangat peduli dengan kondisi masyarakat lokal, ia berharap generasi muda bisa kembali ke akar kehidupan mereka sebagai nelayan dan petani. "Pangandaran adalah daerah agraris dan pesisir, jadi seharusnya kita kembali ke bidang tersebut. Mari kita bangkitkan sektor pertanian dan maritim di sini," ujar beliau.

Namun, ia juga mencatat bahwa sebagian besar nelayan di Pangandaran bukanlah penduduk asli, sehingga sedikit banyak mempengaruhi dinamika sosial dan ekonomi. "Nelayan yang bukan asli Pangandaran banyak yang bekerja sebagai buruh nelayan, sementara perahu-perahu yang digunakan milik orang luar. Ini jelas menghambat pengembangan ekonomi lokal," ungkapnya.

Meskipun demikian, KH Zainal tetap optimis dan berharap agar pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk membangun potensi lokal, terutama dalam mengembangkan sektor-sektor yang belum digarap secara maksimal, seperti perikanan dan pertanian.

Kebersamaan dalam Dakwah: Sinergi Antar Organisasi

Di akhir wawancara, KH Zainal mengungkapkan pentingnya kebersamaan dan sinergi antara berbagai organisasi di Pangandaran. "Meskipun di atas kertas kita bersatu, dalam implementasinya terkadang perbedaan politik dan pendekatan menyebabkan program dakwah berjalan kurang maksimal," katanya. Beliau berharap agar kedepannya ada kesatuan langkah dalam mengembangkan dakwah yang mengarah pada pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Kesimpulan: Dakwah yang Mengarah pada Kesejahteraan

Sebagai penutup, KH Zainal berharap dakwah di Pangandaran dapat mengarah pada pemberdayaan masyarakat, terutama dalam hal ekonomi. “Dakwah tidak hanya soal ibadah di masjid, tapi harus menyentuh kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Dengan begitu, masjid akan lebih hidup dan masyarakat akan lebih sejahtera,” ungkapnya.

Meskipun ada banyak tantangan yang harus dihadapi, KH Zainal tetap berkomitmen untuk melanjutkan dakwahnya dengan semangat dan dedikasi. Baginya, dakwah bukan hanya tentang menyampaikan ajaran agama, tetapi juga tentang mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan yang lebih menyeluruh.

Dengan segala suka dan dukanya, KH Zainal Muttaqin tetap menjadi pahlawan dakwah bagi masyarakat Pangandaran, dan semoga perjuangan beliau dapat menginspirasi banyak orang untuk terus berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik, baik secara spiritual maupun material.


Dalam perjalanan penulis ke Jawa Barat, kali ini tujuan kami adalah Kabupaten Pangandaran, sebuah daerah yang terkenal dengan keindahan pesisir pantainya. Tepatnya di Dusun Cilembu, Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran, tinggal sosok yang penuh inspirasi, KH Zainal Muttaqin. Selain aktif di organisasi Haji Indonesia, beliau telah mengabdikan 24 tahun hidupnya untuk dakwah, menjadikan tugas mulia ini sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidupnya."




Sebelumnya :