Besarnya potensi fitnah dari perpecahan, Islam sangat menganjurkan agar kita selalu menjaga komunikasi, saling memaafkan, dan membangun hubungan berdasarkan kasih sayang serta pengertian.
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, ‘Aku telah melakukan begini dan begitu.’ Iblis berkata, ‘Engkau tidak melakukan apa-apa.’ Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, ‘Aku tidak meninggalkannya hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya.’ Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, ‘Sungguh hebat (setan) seperti engkau.’”(HR. Muslim, no. 2813)
Hadits ini memberikan pelajaran penting bahwa perpecahan dalam rumah tangga merupakan salah satu target utama setan. Ketika hubungan suami-istri rusak, dampaknya bukan hanya kepada keduanya, tetapi juga terhadap anak-anak, keluarga besar, dan masyarakat.
Al-Qur’an juga memperingatkan kita akan bahaya fitnah dan perpecahan yang ditimbulkan oleh setan. Allah ﷻ berfirman:
"Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala."(QS. Fathir: 6)
Ayat ini menegaskan bahwa setan bukanlah musuh biasa, melainkan musuh yang nyata dan aktif menyesatkan manusia, termasuk dengan menabur benih perselisihan di antara mereka—baik dalam rumah tangga, pertemanan, bahkan lingkungan kerja dan pendidikan.
Karena besarnya potensi fitnah dari perpecahan, Islam sangat menganjurkan agar kita selalu menjaga komunikasi, saling memaafkan, dan membangun hubungan berdasarkan kasih sayang serta pengertian.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Mukmin yang satu terhadap mukmin yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan satu sama lain."(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini berlaku tidak hanya dalam konteks umat Islam secara umum, tetapi juga mencakup hubungan dalam rumah tangga, antara guru dan siswa, serta antara anggota masyarakat. Jika satu pihak melemahkan, maka keseluruhan struktur akan rapuh. Namun jika saling menguatkan, maka kestabilan akan terjaga.
Perpecahan bukanlah hal sepele dalam pandangan syariat. Setan berbangga terhadap agen-agennya yang berhasil menimbulkan perpecahan, terlebih dalam unit terkecil dan paling fundamental dalam masyarakat—rumah tangga. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu Muslim untuk menjaga komunikasi yang baik, menahan amarah, memperbanyak sabar, dan membangun hubungan yang dilandasi iman dan takwa.
Dengan menjaga persatuan dan komunikasi yang sehat, kita bukan hanya menghindari perangkap setan, tapi juga menjaga keberkahan hidup, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosial.
(Catatan Subuh)