TesDIA : Mengenal Diri Sebelum Memahami Orang Lain: Kunci Komunikasi Efektif

TesDIA : Mengenal Diri Sebelum Memahami Orang Lain: Kunci Komunikasi Efektif

Fitrah manusia memiliki ego. Karena itu banyak yang lebih memilih memperlakukan orang sebagaimana ia ingin diperlakukan.

Oleh : Ghozel Ahmad (Konsultan Keluarga Bahagia)


Komunikasi kerap menjadi sumber sekaligus solusi dari berbagai persoalan dalam kehidupan. Hal ini ditegaskan oleh Ghozel Ahmad dalam pertemuan dengan media ummattv.com. 

 Pentingnya memahami diri sebelum berinteraksi dan memperlakukan orang lain dengan benar.

Komunikasi adalah Sumber Masalah dan Solusi

Hampir seluruh persoalan manusia berawal dari komunikasi yang tidak tepat. Karena itu, jawabannya pun harus dikembalikan kepada komunikasi yang baik dan benar.

Sebelum kita mengenal orang lain, kita mulai dulu dengan mengenal diri kita sendiri.

Proses memahami diri menjadi fondasi agar seseorang mampu memahami karakter, kebutuhan, dan cara berkomunikasi dengan orang lain.

Memperlakukan Orang Lain: Dua Pilihan, Satu Jawaban

Dalam pengalaman mengisi materi diberbagai moment seputar parenting,  sempat menguji dua prinsip dalam memperlakukan orang lain:

1. Memperlakukan orang lain sebagaimana orang lain ingin diperlakukan, atau

2. Memperlakukan orang lain sebagaimana diri kita ingin diperlakukan.

Menariknya, mayoritas orang sekitar 70–80 persen cenderung memilih prinsip kedua. Namun pilihan yang paling tepat adalah prinsip pertama.

“Fitrah manusia memiliki ego. Karena itu banyak yang lebih memilih memperlakukan orang sebagaimana ia ingin diperlakukan. Padahal yang benar adalah memahami apa yang diinginkan orang lain,” jelasnya.

Bahasa Cinta dan Kebutuhan Emosional

Setiap manusia memiliki bahasa cinta (love language) yang berbeda. Karena itu, Gozal menekankan bukan hanya soal menerima, tetapi juga memberikan cinta dengan cara yang tepat kepada orang yang tepat.

Jika seseorang mampu memberi bahasa cinta yang sesuai kepada pasangannya, anak-anaknya, atau rekan kerjanya, maka akan terbangun hubungan yang lebih sehat, harmonis, dan solutif.

Kesalahan Umum Dalam Keluarga: “Ilmu Paksa” dan “Ilmu Pasrah”

Di dalam keluarga, banyak orang tua terjebak dalam dua pendekatan:

Ilmu Paksa

Anak dipaksa mengikuti keinginan orang tua, tanpa memahami karakter dan potensinya.

Ilmu Pasrah

Orang tua menyerah begitu saja dengan dalih “memang anak saya hanya bisa begitu”, padahal belum mengenal diri anak secara utuh.

Keduanya sama-sama keliru.

“Orang tua sering belum mengenal siapa anaknya, belum memahami dirinya, lalu sudah memaksa atau menyerah begitu saja,” tutur Ghozel.

Karena itu, ia menekankan pentingnya mengetahui siapa diri kita, siapa pasangan kita, dan siapa anak-anak kita.

Metode: Analisis Sidik Jari dan Pendekatan Personal

Untuk mengetahui karakter dasar seseorang,  diberikan pendekatan teknis seperti:

Pengambilan sidik jari

Analisis kecenderungan bawaan (dermatoglyphics)

Penggalian data perilaku

Metode tersebut digunakan untuk menemukan kecenderungan, bakat, pola kerja otak, hingga gaya komunikasi seseorang.

Landasan Al-Qur’an

Pendekatan ini tidak lepas dari nilai-nilai Islam, mengutip beberapa ayat Al-Qur’an sebagai dasar:

QS. Al-Qiyamah: 3–4: Menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia secara sempurna dan terukur.

QS. Al-Isra: 84: “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.”

Ayat tersebut menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki fitrah, karakter, dan kecenderungan unik yang perlu dipahami.

Memahami diri dan memahami orang lain adalah jalan utama untuk membangun komunikasi sehat, keluarga harmonis, dan hubungan kerja yang efektif.

Dengan mengenali karakter masing-masing baik melalui pendekatan spiritual maupun teknis manusia dapat memperlakukan orang lain dengan cara yang tepat, sesuai kebutuhan dan fitrah mereka.



Sebelumnya :