(Seri Tadabbur Ayat) Yakinlah Pertolongan Itu Dekat

(Seri Tadabbur Ayat) Yakinlah Pertolongan Itu Dekat

Kekuatan optimisme bahwa solusi itu dekat. Kekuatan ini muncul jika hati seseorang tenang dan tidak panik menghadapi masalah. Dan ketenangan hati ini hanya didapatkan dengan sering mengingat Allah Azza wa jalla

Tadabbur Surat Asy-Syu'ara ayat 61-63

Allah Azza Wa Jalla berfirman,

فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَىٰ إِنَّا لَمُدْرَكُونَ * قَالَ كَلَّا ۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ * فَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ ۖ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ

Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.

Nabi Musa pada ayat di atas diperintah oleh Allah membawa Bani Israil meninggalkan negeri Mesir,  negeri dimana Bani Israil ditindas dan didzalimi oleh penguasa Fir'aun menuju ke negeri impian yaitu negeri palestina. Namun untuk sampai di negeri Palestina ada tantangan di depan yang harus dilewati oleh Musa dan pengikutnya yaitu laut merah yang sangat luas dan dalam. Sementara di belakang mereka ada ancaman yang sangat dahsyat berupa Fir'aun dan bala tentaranya yang mengejar mereka dan siap membunuh mereka. Kondisinya sangat mencekam karena kedua golongan sudah saling melihat. 

Sementara itu kondisi pengikut Musa sangat lemah, rapuh dan pupus harapan. Dengan penuh keputusasaan, mereka berkata "Sesungguhnya benar-benar kita akan tersusul". Gambaran kondisi internal yang sangat rapuh. Namun Musa a.s tetap menguatkan keyakinan kepada Allah dan tidak putus asa dengan rahmat-Nya, "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku".

Walau kondisi yang sudah sangat genting saat itu dan Musa a.s belum tahu apa yang mesti dilakukannya, ia tetap berbesar jiwa dan tetap membaguskan sangka baiknya kepada Allah. Akhirnya, Allah membenarkan persangkaan baik Musa kepada-Nya, bahwa Allah selalu bersamanya dan tidak meninggalkan hamba-Nya kapan pun dan dimana pun. Allah memerintahkan Musa a.s memukulkan tongkat di tangannya itu ke permukaan laut. Mungkin ada yang berfikir apalah arti pukulan itu dengan keadaan mencekam yang sedang mengelilingi Musa a.s. 

Disinilah hikmah buah sangka baik itu pada Allah, sesuatu yang mungkin kecil pada pandangan manusia, justru ternyata itulah kunci yang membuka pintu pertolongan Allah, yang sebenarnya dekat dan sangat dekat.

Singkatnya Allah yang Maha kuasa dengan pukulan tongkat itu menjadikan laut merah yang luas dan dalam terbelah menjadi beberapa bagian yang besar. Dan menjadi lorong bagi Musa dan pengikutnya untuk selamat dari segala ancaman, ketakutan, kekhawatiran menuju negeri yang diimpikan dan dicita-citakan.

Hikmah :

Negeri palestina ibaratnya impian, harapan dan cita-cita yang ingin dituju dan diraih oleh setiap orang di masa mendatang. Dan tidak sedikit dari manusia, yang mengubur impiannya itu dalam-dalam karena adanya tantangan menghadang, seolah tak berujung pada solusi. Belum lagi ancaman menakutkan yang mengejar dan menghantui dari arah belakang. Diperparah dengan suara orang-orang sekitar yang tidak mendukung, malah memojokkan dan melemahkan.

Andai manusia mau merenung dan berfikir sejenak. Bukankah Allah adalah pemilik segala apa yang ada di langit dan di bumi? Bukankah kekayaan-Nya meliputi segala perbendaharaan langit dan bumi?. Jika "Iya" maka bergembiralah karena adanya tantangan atau rintangan yang menghalau langkah menuju impian cita-cita, serta ancaman menakutkan terus menghantui, adalah diantara cara Allah untuk menguatkan ketergantungan seorang hamba pada-Nya. 

Dalam kondisi seperti ini, keyakinan dan baik sangka kepada Allah harus dikuatkan. bahwa Allah-lah yang menghendaki ada mimpi dan cita-cita yang harus diraih, ada tantangan yang harus dihadapi, ada ancaman yang harus dijauhi, dan ada sejumlah bahasa pesimis yang tidak perlu didengarkan. Kalau semua itu adalah kehendak-Nya maka apa sulitnya bagi Dia untuk menghendaki adanya solusi terbaik sebagai jalan keluar yang mesti ditapaki seorang hamba?. Tidak ada sulitnya. Yang sulit adalah membaguskan prasangka baik kepada-Nya.

Setelah prasangka baik pada Allah terbangun, cobalah perhatikan dan syukuri apa yang diberikan oleh Allah. Karena pertolongan Allah itu dekat dan sangat dekat. Boleh jadi tongkat yang akan membelah lautan masalah itu adalah tanganmu sendiri, atau kakimu, atau fikiranmu, atau lisanmu, atau akhlak dan budi baikmu, atau sesuatu yang lain yang ada padamu dan dekat denganmu. Ia tidak jauh, jadi jangan berkecil hati. Kamu hanya perlu mengenali potensimu yang perlu dikembangkan.

Terakhir, bergeraklah, bekerjalah, dan berbuatlah, "Inna fil harakah barakatan" sungguh pada pergerakan itu ada keberkahan. Lihatlah Nabi Musa a.s karena ketaatan dan sangka baiknya pada Allah, ia pukulkan tongkat itu ke lautan dan laut pun terbelah dengan izin Allah. Padahal Allah Maha Mampu membelah lautan itu tanpa harus dipukuli tongkat lebih dahulu. 

Namun Allah menyuruh Musa bergerak, mengambil sebab dan selanjutnya Allah yang akan menuntaskannya. Intinya mulailah berbuat, dan bergerak meskipun itu sesuatu yang kecil dan dianggap kecil dalam pandangan manusia. Namun ia mampu memberi efek besar dan dahsyat ketika campur tangan Allah di dalam-Nya.

Kesimpulan :

Setiap manusia punya mimpi dan harapan yang ingin diraih, namun dalam langkahnya ke arah itu selalu dan akan selalu diperhadapkan dengan masalah, dihantui kegelisahan dan kekhawatiran, tidak mendapat dukungan dari orang-orang di sekitar.  Untuk bisa berlepas diri dari ketakutan yang menghantui, untuk bisa membelah lautan masalah yang luas dan dalam, untuk bisa tegar di kala manusia lain pesimis, dan untuk bisa menggapai negeri impian dan cita-cita, dibutuhkan 3 kekuatan :

1. Kekuatan yakin dan baik sangka kepada Allah, dan kekuatan ini hanya dan hanya bisa terlahir dari manusia-manusia yang bertauhid. Dan ketauhidan hanya akan subur dengan ilmu,

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

Maka ilmuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad : 19)

2. Kekuatan optimisme bahwa solusi itu dekat. Kekuatan ini muncul jika hati seseorang tenang dan tidak panik menghadapi masalah. Dan ketenangan hati ini hanya didapatkan dengan sering mengingat Allah.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram". (QS. Ar-Ra'du : 28)

3. Kekuatan action, berergerak, mengambil sebab, dan berkarya. Sebab karunia Allah akan dimudahkan bagi siapapun yang berusaha, bekerja dan bergerak

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ . وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Syarh : 10)

Dalam hidup ini,

ada cita-cita yang harus digapai, 

ada kemenangan yang harus dimiliki, 

ada rahasia yang harus dicari, 

ada hikmah yang harus digali,

ada kesabaran yang harus dijalani,


Dengan Ilmu manusia tertuntun,

Dengan Islam manusia peroleh keselamatan,

Dengan Allah semua urusan menjadi ringan.

Semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca budiman.

Silahkan dibagikan bila ingin menambah kebaikan.


Akhukum Fillah,

Dr. Samsul Basri

Sebelumnya :
Selanjutnya :