Pesantren Nur Inka Nusantara Madani dan Komunitas “Virtual” Generasi Baru

Pesantren Nur Inka Nusantara Madani dan Komunitas “Virtual” Generasi Baru

Imam Shamsi Ali* 


Seperti yang pernah saya sampaikan bahwa Komunitas Muslim yang ada di Amerika dan dunia Barat umumnya itu bagaikan orang yang tinggal di sebuah rumah yang indah nan mewah. Sayang rumah itu terbangun di samping sungai yang dalam dan deras. Setiap saat penghuni rumah itu, khususnya anak-anak, keluar dari rumah dan terjatuh ke dalam sungai, tenggelam atau hanyut dan mati. 

Lalu bagaimana seharusnya menyikapi situasi seperti  ini? Langkah-langkah apa yang harus diambil demi menyelamatkan penghuni rumah itu, khususnya anak-anak? 

Ada kemungkinan tiga pilihan penyelamatan (salvation): 

Satu, larang-larang anak-anak keluar dari rumah. Tapi nampaknya hal ini tidak realistis. Keterbatasan kita dalam mengatur pergerakan dan langkah anak-anak sangat terbatas. 

Dua, pagari sekitar sungai itu. Tapi ini juga tidak realistis karena sungai itu sangat panjang. Sementara kita memiliki keterbatasan untuk memagarinya. 

Tiga, pilihan terakhir memang hanya satu. Yaitu ajarkan anak-anak kita berenang. Sehingga di saat keluar rumah dan terjatuh ke dalam sungai itu anak-anak kita mampu berenang untuk menyelamatkan diri dari ancaman maut tenggelam atau hanyut.

Ilustrasi di atas menjadi salah satu “dorongan utama” kenapa Pesantren Nur Inka Nusantara Madani menginisiasi kegiatan khusus Pesantren Musim di tahun ini 2021 ini. Sebuah kegiatan yang mendapat sambutan yang penuh antusias dari masyarakat Muslim, tidak saja di Amerika  tapi juga dari negara-negara lainnya. 

Program yang berlangsung selama dua bulan itu, Juli-Agustus, diikuti oleh 45 peserta putra dan putrì. Selama mengikuti kegiatan pesantren Musim panas mereka diharuskan untuk secara sungguh-sungguh mengikuti semua kegiatan dari subuh hingga isya Allah. 

Ragam kegiatan yang dilakukan untuk membekali santri-santriyah itu. Dari akidah, ibadah/fiqh, akhlak, sirah, dan tentuny pendalaman Al-Quran baik bacaan maupun tafsir. Selain itu juga dilakukan berbagai kegiatan non kurikulum seperti latihan ceramah, imam Sholat, azan hingga latihan silat dan kegiatan olah raga lainnya.

Alhamdulillah kegiatan ini berlangsung lancar dan berhasil. Salah satu indikasi itu adalah betahnya santri-santriyah untuk tinggal di pesantren, mengikuti semua aturan. Termasuk di antaranya adalah berpisah dengan HP dan sosial media. Mereka hanya dimungkinkan untuk akses HP dan media sosial setengah hari di akhir pekan.  

Untuk itu dapat dikatakan bahwa kegiatan ini telah berusaha dan pada tataran tertentu berhasil untuk menanamkan kepada santri/santriyah urgensi lingkungan yang baik. Bahkan tidak sekedar memahami urgensi lingkungan yang baik. Mereka bahkan telah diarahkan untuk bisa menjadi agen perubahan lingkungan ke arah yang lebih baik. 

Pastinya selama kegiatan Pesantren Musim Panas ini telah dimaksimalkan transfer keilmuan. Ilmu akidah, ilmu fiqh, akhlak, sirah, dan lain-lain untuk menjadi bekal bagi mereka. Tidak saja untuk menjadi Muslim yang baik. Tapi juga dengan bekal ilmu-ilmu tersebut mereka akan merasakan tanggung jawab Dakwah di bagian bumi Allah ini. 

Selain lingkungan dan ilmu-ilmu Islam, hal yang tidak kalah pentingnya dari program ini adalah terbangunnya networking di antara santri-santriyah itu. Networking ini yang mungkin bahasa Al-Qurannya “Shoff” (shoffan kal bunyaan al-marshuush) akan menjadi cikal bakal terbentuknya “Komunitas” generasi Muslim masa depan. 

Hal ini adalah salah satunya yang saya tegaskan pada acara penutupan. Bahkan  secara khusus saya memotivasi mereka untuk membentuk “Komunitas virtual”(virtual community) di mana mereka akan melanjutkan komunikasi, silaturrahmi, dan tentunya saling sharing dalam kebaikan (tawashow bil haq). Sesuatu yang tentuny sangat penting dan relevan. Maklum Komunitas masa depan akan didominasi oleh Komunitas yang berkarakter dunia maya (virtual). 

Tentu hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa dunia kita yang saat ini dilanda Covid 19 mengalami pergeseran/perubahan yang dahsyat. Dunia yang sangat berbeda dari dua-tiga tahun lalu. Dunia yang lebih dikenal dengan katakter “normal yang baru” (new normal). 

Karenanya silaturrahmi misalnya yang selama ini kita kenal dengan saling mengunjungi secara fisik telah mengalami pergeseran dengan silaturrahim virtual. Dan karenanya sadar atau tidak, komunitas generasi baru juga akan terinovasi dengan bentuk baru. Itulah sesungguhnya yang saya istilahkan dengan “Virtual Community”. 

Saya tidak ingin menuliskan lagi semua bentuk kegiatan dan dampaknya selama program pesantren Musim Panas ini. Tapi pastinya sebuah program unggulan yang akan ditunggu-tunggu oleh para santri dan orang tuanya. 

Satu hal juga yang telah menjadikan program ini unik karena dibina oleh guru-guru yang luar biasa. Mereka para huffadz dan ahli Al-Quran, memiliki kapasitas keilmuan yang mapan, Wawasan yang luas, dan tentunya kemampuan komunikasi (termasuk bahasa Inggris) yang sangat baik. 

Hari Sabtu, 28 Agustus, kegiatan ini akhirnya berakhir. Tentu harapan kita semoga terus manfaat, menjadi kesaksian Islam dan iman, serta komitmen untuk menjadi Muslim dan generasi Muslim yang lebih baik. Bahkan harapan kita semoga program ini menjadi benih atau langkah awal terbangunnya generasi yang solid, pengemban amanah dakwah di masa depan. 

Tapi yang terpenting dari semua itu semoga Allah ridho, memberikan Rahmah dan berokahNya, serta menerimanya menjadi amalan kebaikan (saleh) dari semu yang terlibat. Toh apalah arti semua kerja/karya kita jika Allah tidak ridho dan tidak pula mengabulkannya. Maka doa saya untuk semua yang telah memberi saham dalam mensukseskan program ini: “Jazakumullah khaer al-jazaa fid-dunia wal-akhirah”! 

Di mana ada awal di situ ada akhir. Di mana ada pertemuan di situ ada perpisahan. Akhir program dan perpisahan santri-santiryah terjadi Sabtu lalu dengan semarak, penuh dengan syahdu nan indah. Kegembiaraan tapi juga kesedihan menyatu dalam rasa jiwa. hati, dibalut oleh tekad, dan niat suci untuk terus melangkah mewujudkan mimpi hingga masanya menghadirkan pesantren pertama di bumi Amerika.

Ini sekaligus ajakan kepada semua untuk mengambil bahagian di jalan juang ini. Semoga dengan donasi/kontribusi, bahkan doa terbaiknya menjadi “asbab” (jalan) untuk Allah bukakan pintu-pintu kemudahan selanjutnya. Amin ya Rabbal alamin. 


New York, 30 Agustus 2021 


* Presiden Nusantara Foundation

Sebelumnya :
Selanjutnya :