UMMATTV JAKARTA--Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, KH Miftachul Akhyar, mengajak agar Ramadhan yang sebentar lagi akan datang harus disikapi sebagai bulan revolusi diri. Termasuk revolusi dalam menerima informasi maupun pertelevisian Tanah Air.
“Ramadhan ini momentum untuk revolusi kejiwaan, revolusi kerohanian kita, sehingga selesai Ramadhan kita akan memberikan solusi baru, sehingga solusi mencegah dari kiranya ada berita dan konten yang merusak tatanan kehidupan kita,” kata dia dalam Halaqah Program Tayangan Ramadhan 1442 H Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang digelar secara virtual pada hari Rabu (10/3) malam.
Kiai Miftach, begitu akrab disapa, mengatakan jika menghayati Ramadhan, ini tidak hanya dimaknai sebagai upaya menahan rasa lapar dan haus saja, melainkan ada banyak perubahan pola hidup mendasar yang menurutnya ini tidak mudah dilakukan. Membiasakan hal-hal yang berlawanan dengan nafsu selama satu bulan adalah bentuk jihad terbesar dalam hidup umat Muslim dunia.
Menurut dia, jihad yang paling berat adalah jihad melawan hawa nafsu, yakni dengan melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. “Kalau kita bisa membiasakan hal yg tidak biasa menurut nafsu, memulai untuk menguasai nafsu, inilah jihad akbar,” ujar dia.
Sebagai manusia yang diberikan kemuliaan lebih banyak dan kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk lainnya, Kyai Miftah mengingatkan agar umat Muslim mampu menahan diri untuk tidak memenuhi ajakan hawa nafsu yang seringkali menggoda manusia setiap saat. Termasuk dalam penyebaran berita hoax yang saat ini marak sekali beredar.
“Jika kita sudah tau siapa kita sebagai manusia dan siapa yang kita layani, lalu masih memuaskan nafsu melalui penyebaran berita hoax, maka betapa rendahnya kita,” ungkapnya.
Dalam momentum Ramadhan tahun ini, dia berpesan agar umat Muslim mampu menjadikan Ramadhan sebagai momentum untuk revolusi kejiwaan, dan menjadi manusia lebih baik lagi dengan menebar kebaikan dan menjaga diri dari menerima dan menyebarkan berita berita yang sifatnya dapat merusak kehidupan. “Selesai ramadhan kita bisa menjadi manusia baru, menjadi manusia yang baik dengan pemberitaannya dan bisa mencegah dari berita yang merusak kehidupan,” ujarnya.*