Faktor Kedua:
Ummattv, Persatuan kaum sesat bersumber dari kehinaan mereka, sedangkan perpecahan kaum yang mendapat hidayah bersumber dari kemuliaan mereka.
Kaum ahli dunia dan orang-orang sesat yang lalai, karena tidak berpegang pada kebenaran, berada dalam kondisi yang lemah dan hina. Oleh sebab itu, mereka sadar bahwa mereka perlu mendapatkan kekuatan, memperoleh bantuan, serta bersatu dengan yang lain. Mereka sangat menjaga persatuan tersebut meski berada dalam jalan kesesatan. Seolah-olah mereka berbuat benar dalam kebatilan, tulus dalam kesesatan, teguh dalam kekufuran, serta bersatu dalam kemunafikan, sehingga mereka berhasil. Sebab, keikhlasan yang tulus, meskipun dalam hal kebatilan, tak akan percuma dan sia-sia. Ketika seseorang meminta sesuatu dengan tulus, niscaya Allah akan memberikan padanya.
Adapun kaum yang mendapat hidayah, para ulama, dan para ahli tarekat, semuanya bersandar pada kebenaran. Dalam perjalanan menempuh jalan kebenaran, masing-masing mereka hanya mengharapkan ridha Allah dan bersandar pada taufik-Nya sehingga mereka memperoleh kehormatan maknawi dalam manhaj yang ditempuh. Ketika mereka merasa lemah, mereka berserah diri dan meminta bantuan hanya kepada Allah, bukan kepada manusia. Mereka mengharapkan kekuatan hanya dari-Nya. Di samping itu, mereka menyadari perbedaan manhaj orang lain dengan manhaj yang ditekuninya. Oleh karena itu, mereka tidak merasakan adanya alasan untuk bekerja sama dan sepakat dengan orang yang secara lahiriah berseberangan dengan jalannya.
Jika sifat kesombongan dan egoisme tertanam dalam jiwa seseorang hingga ia menganggap dirinya benar dan orang yang berseberangan dengannya keliru, akan timbul perselisihan dan persaingan sebagai ganti dari ikatan persatuan dan cinta. Saat itulah ia kehilangan keikhlasan dan amal kebajikannya runtuh.
Said Nursi, Al-Lama'at hlm. 281-282. Penambahasan berlanjut....