Parenting : Saat Anak Laki-Laki Bimbang antara Cinta dan Karier

Parenting : Saat Anak Laki-Laki Bimbang antara Cinta dan Karier

Bagi banyak anak laki-laki yang baru lulus kuliah, masa transisi menuju dunia kerja sering kali menjadi fase paling membingungkan. Di satu sisi mereka ingin mandiri dan segera menikah, namun di sisi lain belum memiliki kesiapan finansial maupun mental. Tak jarang, kondisi ini membuat mereka merasa cemas, rendah diri, bahkan tertekan.

Dalam situasi seperti ini, peran orang tua menjadi sangat penting bukan untuk menuntut, tetapi untuk menemani. Setiap anak memiliki waktu dan jalan yang berbeda dalam menemukan arah hidupnya. Ada yang cepat mendapat pekerjaan, ada pula yang masih mencari makna dari kegagalan demi kegagalan. Orang tua perlu memberi ruang bagi anak untuk tumbuh, sambil terus mendoakan agar Allah membimbing langkahnya.

Doa menjadi penopang utama dalam menghadapi masa-masa sulit. Rezeki, jodoh, dan nasib sudah ditentukan Allah. Tugas orang tua adalah berdoa, membimbing, dan menjaga harapan anak agar tidak padam. Selain itu, biarkan anak mencoba berbagai pekerjaan yang halal, sekecil apa pun itu. Pengalaman adalah guru terbaik untuk menumbuhkan tanggung jawab dan kemandirian. Orang tua cukup mendukung, bukan menentukan.

Anak juga perlu diarahkan agar aktif bersilaturahmi menghadiri seminar, berkenalan dengan tokoh inspiratif, atau bergabung dalam komunitas positif. Silaturahmi membuka banyak peluang, termasuk dalam hal rezeki dan jodoh.

Sementara itu, ketakutan anak laki-laki terhadap pernikahan sebaiknya tidak dihakimi. Orang tua bisa menanamkan pemahaman bahwa menikah bukan beban, melainkan ladang ibadah dan pintu rezeki yang baru.

Dalam hal kesiapan mental, peran ayah sangat penting. Ayah perlu lebih dekat dengan anak laki-lakinya berbicara dari hati ke hati, bekerja bersama, dan menjadi teladan tangguh. Dari interaksi seperti inilah karakter dan kedewasaan anak tumbuh.

Adapun ibu, sebaiknya menjadi tempat ternyaman bagi anak bercerita tanpa takut dihakimi. Dengan mendengarkan dengan hati, ibu bisa menjadi penyejuk di tengah kegelisahan sang anak.

Dilema anak laki-laki bukan untuk diselesaikan secara instan. Ia hanya butuh ditemani, didoakan, dan diyakinkan bahwa Allah menyiapkan waktu terbaik bagi setiap langkah hidupnya.


Sumber ; Abdul Azies (Keluarga Cerdas Kota Cimahi)

Sebelumnya :