ORANG yang visioner adalah orang yang berpikir jauh ke depan; apa yang harus saya persiapkan untuk berjumpa dengan Allah kelak. Apa pertanyaan Allah yang harus saya jawab dan perbuatan saya yang mana yang akan dinilai baik oleh Allah Azza wa Jalla. Inilah orang visioner sesungguhnya.
Oleh KH Bachtiar Nasir
Bismillahirrahmanirahiim.
Ummattv, ORANG yang visioner adalah orang yang berpikir jauh ke depan; apa yang harus saya persiapkan untuk berjumpa dengan Allah kelak. Apa pertanyaan Allah yang harus saya jawab dan perbuatan saya yang mana yang akan dinilai baik oleh Allah Azza wa Jalla. Inilah orang visioner sesungguhnya.
Shalat kita inilah sebenarnya yang menjadi barometer penilaian kita di akhirat kelak dan itu pula sebenarnya yang menjadi barometer di dunia ini. Misalnya ketika tidak bisa bayar hutang yang besar, maka inilah saatnya evaluasi diri. Pasti ada yang tidak beres dengan shalat kita. Bila berhadapan dengan masalah rumah tangga yang ruwet dan ngga’ selesai-selesai, maka ini juga sudah alarm untuk introspeksi, apakah shalat kita sudah benar dan rapi. Juga masalah-masalah lain yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk bisnis dan persoalan tingkat pemerintahan.
Nah, sampai disini, akal kita pasti akan bertanya, apa benar shalat adalah solusi dari setiap permasalahan hidup? Oleh karena itu, marilah di kesempatan ini kita meng-update pemikiran kita tentang shalat. Mari kita lihat dalam surat Al-Baqarah ayat 45-46:
وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ
ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."
Di ayat ini Allah memberi petunjuk kepada kita untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai jalan yang akan mendatangkan pertolongan-Nya. Dan, keduanya memang akan sangat berat terasa kecuali bagi orang sungguh-sungguh dan fokus pada usahanya untuk meminta pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, tanpa “menoleh kanan dan kiri” pada sesama mahluk atau “jalan pintas” yang mungkin dijangkau.
Mereka yang fokus inilah orang-orang yang yakin bahwa sesulit dan seterjal apa pun jalan yang mereka hadapi sekarang, inilah jalan yang harus ditempuh untuk bisa bertemu dengan Allah Azza wa Jalla dalam keadaan yang baik.
Jadi, seberat dan sesulit apa pun permasalahan itu, akan sangat “canggih” sebenarnya, jika kita bertemu dan berkonsultasi kepada Allah kemudian fokus pada pembimbingannya. Bila dalam masa pembimbingan itu kita bertemu dengan orang yang ahli di bidang yang kita sedang hadapi atau bertemu dengan orang yang kemudian membersamai kita menyelesaikan masalah, maka itulah pertolongan-Nya yang datang melalui perantara orang tersebut.
Apa buktinya? Mari kita tengok surat Maryam ayat 3-4. Nabi Zakaria memohon pertolongan Allah untuk memberikannya seorang buah hati, padahal bila ditinjau dari pakar kedokteran kandungan manapun, mustahil dia akan mendapatkan seorang anak. Namun, pertolongan Allah meruntuhkan semua “kemustahilan” tersebut dengan lahirnya Yahya AS. Bila sesuatu yang begitu “mustahil” saja bisa nyata dengan pertolongan-Nya, maka masalah yang kita hadapi tentu bukanlah apa-apa untuk kebesaran dan keagungan Allah Azza wa Jalla. Maka, sungguh shalat dan kesabaran dalam doa adalah kunci dari segala permasalahan hidup kita.
Mengapa orang yang shalatnya “berantakan” juga akan “berantakan” hidupnya? Karena, shalat adalah tanda ketundukan dan keberserahan seseorang kepada Allah Ta’ala. Manakala seseorang sudah menyia-nyiakan shalatnya, menunda apalagi meninggalkannya, maka berarti ia tidak menjadikan Allah sebagai Tuhannya, sebagai Rajanya yang paling berhak mendapatkan kesiap-siagaannya. Yang paling berhak mendapatkan kepatuhan dan pelayanan darinya. Maka, pada siapa sebenarnya orang ini tunduk?
Tidak lain, ia tunduk pada syahwatnya, pada kepentingan dunianya, dan pada ketakutannya kepada selain Allah Ta'ala. Seberapa hebat dan seberapa tinggi pendidikan seseorang, pastilah ia akan “bodoh” dan berantakan hidupnya manakala ia sudah mengikuti syahwatnya.
Mari kita lihat sendiri kehidupan yang kita jalani. Bandingkan, mana yang lebih mudah dan lebih besar manfaatnya manakala kita menjalani hidup yang mengutamakan shalat dengan hidup yang mengutamakan kekhawatiran kita akan rezeki. Padahal kita tahu pasti bahwa Pemilik dan Pemberi rezeki itu tak lain adalah Allahb Azza wa Jalla.
Orang yang shalat subuhnya tepat waktu; mendirikan shalat sunah sebelumnya, berjamaah di masjid, dan berdoa dengan fokus setelahnya; bagaikan orang yang membuka curahan rezekinya dengan keran yang lancar dan besar.
Muhasabah Shalat
Berbeda dengan orang shalat subuhnya terlambat, tidak shalat sunnah, shalat sendiri di rumah, dan malas berdoa setelahnya, maka dia akan seperti ayam yang mematuk rezekinya hari itu. Kita pasti tahu bagaimana ayam mematuk-matuk tanah untuk mencari makanan. Ayam harus berjalan berputar-putar terlebih dahulu dan mematuk satu persatu bulir-bulir makanan yang dia temukan. Atau, meskipun ayam tersebut dipelihara atau diternak, tetap ia makan dengan mematuk satu persatu. Betapa beratnya hidup yang seperti ini.
Alangkah baiknya, jika shalat sudah menjadi patokan dalam hidup kita. Waktu shalat menjadi patokan schedule dan rencana kerja kita. InsyaAllah, kehidupan kita akan menjadi lebih mudah, berkah, dan tertata rapi.
Allah Azza wa Jalla berfirman dalam surat Thaha ayat 14:
إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."
Allah-lah Ilaah kita, yang kita sembah dengan segenap ketundukan dan kesungguhan. Maka, berdirilah dengan fokus untuk mengingat-Nya atas segala karunia dan keagungan-Nya yang tak henti dicurahkan untuk kehidupan terbaik kita.
Oleh karena itu, jika hari ini masih ada masalah yang merintangi kemaslahatan hidup, evaluasilah shalat yang kita dirikan selama ini. Shalatlah untuk Allah bukan sekadar menggugurkan kewajiban. Shalatlah untuk membuktikan bahwa Allah-lah yang paling utama dalam kehidupan kita, maka Allah kelak akan memberikan berbagai keutamaan untuk apa yang kita upayakan.
Sibukkanlah diri dengan shalat, maka Allah akan meluangkan waktu untuk kita melakukannya dengan meringankan dan memperpendek waktu kita mengerjakan urusan dunia. Bekerjalah untuk Allah; bersama malaikat-malaikat-Nya dan mulailah dengan mendirikan shalat sebaik-baiknya hanya untuk Dia. Maka, semua akan menjadi mudah. Barakallah. *