MUI Minta Khatib Jumat Tak Kejar Amplop

MUI Minta Khatib Jumat Tak Kejar Amplop

UMMATTV, JAKARTA—Ketua Majelis Ulama (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis berpesan agar para khatib menyiapkan materi menarik untuk disampaikan pada khutbah shalat Jumat. Hal ini perlu dilakukan agar khutbah Jumat berfungsi sebagai wadah pembinaan umat.

Pesan tersebut disampaikan Cholil Nafis dalam pembukaan Pendidikan Khatib yang dilaksanakan Wadah Silaturohim Khatib Indonesia (Wasathi) Sabtu (8/1).

“Materi khutbah harus memberikan pengertian yang baik serta menarik agar tidak membuat jamaah mengantuk. Durasi pendek akan tetapi harus memberikan pesan-pesan yang menarik karena lebih singkat dan padat agar para jamaah memahami subtansi isi,” kata dia.

Di sisi lain khatib juga tidak boleh menyampaikan khutbah yang isinya menghina, menjelekkan, atau mengolok-olok pihak lain. Menurut Kiai Cholil, khutbah model ini tentu tidak akan membuat jamaah tidur di masjid. Tetapi membuat hati jamaah menjadi jengkel. Dia menekankan bahwa isi khutbah di antaranya adalah mengajak umat untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Kemudian, pesan lainnya agar para khatib tidak berorientasi duniawi saat berkhutbah. ’’Khatib jangan orientasinya amplop dan isinya. Ini berbahaya,’’ ujar Kiai Cholil.

Tidak jarang, jika ada khatib meninggalkan masjid kecil, beralih ke masjid besar hanya gara-gara besaran isi amplop yang diterima. ’’Ini haram. Ini tidak benar,’’ tegas dia.

Pesan berikutnya, Kiai Cholil meminta para khatib juga aktif melakukan pembinaan di tempat tinggalnya. “Upayakan para khatib ini memiliki tempat binaan sendiri dirumah/lingkungan masing-masing. Jangan asing ditempat asal,” jelas dia.

Sementara itu, pembicara lain Ketua Komisi Dakwah MUI KH Ahmad Zubaidi menilai shalat Jumat merupakan momen yang tempat untuk pembinaan umat. Untuk itu, Kiai Zubaidi mengajak para khatib Jumat agar menyiapkan dan menyampaikan materi khutbah yang berbobot dan mengikuti perkembangan zaman.

Khatib dituntut memberikan materi khutbah sesuai kurikulum dengan pandai memanfaatkan pelaksanaan shalat Jumat yang singkat.

“Khatib tidak boleh memberikan materi lucu yang membuat tertawa para jamaah. Protokol khutbah Jumat harus disesuaikan dengan yang diajarkan Nabi,” kata Kiai Zubaidi.

Kiai Zubaidi mengingatkan agar khatib tidak menyampaikan materi politik praktis saat berkhutbah Jumat. “Tidak boleh menjadi panggung politik praktis karena berpotensi memecah belah umat. Indonesia negara yang plural maka khatib harus memberikan materi wasathiyah,” ungkap dia.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Wasathi KH Arif Fachrudin mengatakan pendidikan wasathi untuk para dai dan khatib ini perlu diselenggarakan. Hal ini untuk mengembangkan kemampuan diri para khatib.

“Para khatib harus bisa mengembangkan diri sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman serta ikut mencerdaskan umat melalui isi khutbahnya,” kata dia.

Menurut Kiai Arif, perlu kolaborasi berbagai pihak dalam pembinaan para khatib. Wasathi dan komisi dakwah MUI harus bersinergi pada para khatib. Jika dai dan khatib tertidur sementara umat menunggu maka umat akan dimakan serigala. Oleh karena itu para khatib harus siap dan tanggap terhadap problematika umat,” ujar Kiai Arif.*

Sebelumnya :
Selanjutnya :