Menatap Idul Qurban dengan Taqwa

Menatap Idul Qurban dengan Taqwa

Oleh: KH Bachtiar Nasir

Jiwa-jiwa yang beriman saat ini merasa sangat bahagia menyambut Iduladha yang akan dilaksanakan.

Jika ingin menjadi bagian di momen yang sangat besar ini, maka tingkatkanlah ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena dengan taqwa yang membuat kita bisa menikmati momen yang sangat agung ini.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّآ أَعْطَيْنَٰكَ ٱلْكَوْثَرَ

‏ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah. (Q.S. Al-Kautsar (108) : 1-2).

Pada hari tersebut ada dua ibadah agung yang disatukan, ibadah agung yang sifatnya vertikal (shalat), dan ibadah agung yang sangat kuat nilai horizontal/kemanusiaan (berkurban).

Beruntunglah orang-orang yang mempersiapkan dirinya dengan ketaqwaan, sehingga sejak saat ini sudah bisa merasakan kebahagiaan Iduladha.

Para jamaah haji juga dalam kondisi sangat berbahagia yang pada tanggal 8 Dzulhijjah berada di mina dan puncak kebahagiaannya pada tanggal 9, hari Arafah, karena haji itu puncaknya adalah wukuf di Arafah.

Bagi yang tidak berhaji juga sangat dianjurkan untuk berpuasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Allah Subhanahu wa ta’ala tidak akan mensyariatkan sesuatu kecuali hal tersebut mengandung keagungan.

Tema pada khutbah kali ini adalah menatap Idul Qurban dengan taqwa agar para jamaah sekalian memandang Iduladha dengan ketaqwaan dan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Ibrahim dan Ismail `Alaihissalam,  kesabaran dari sayyidah Hajar, dan juga yang dirasakan oleh baginda Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam.

Berkurban menurut mazhab Syafi’i adalah dianjurkan, terkhusus pada kondisi saat ini, jika banyak umat Islam yang berkurban, maka akan menggerakkan roda ekonomi umat Islam. Begitu juga dengan kondisi sebagian negeri Islam yang mendesak kita semua untuk berbagi, tapi tidak sembarang berbagi.

Ada beberapa tujuan-tujuan disyariatkannya berkurban:

1- Tanda syukur

Berkurban merupakan bentuk pengakuan kita bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberikan kenikmatan yang besar, sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Kautsar. Berkurban juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah menundukkan hewan ternak kepada kita.

Orang yang bersyukur pada saat Iduladha, maka dia akan mendapatkan balasan kesyukuran dari Allah asy-Syakuur.

Para orang tua mari ajarkan anak-anak dan menantu. Wahai pemuda jadilah pemuda yang mandiri dalam berkurban agar bisa merdeka dari mentalitas hewan ternak yang selalu dicucuk hidungnya.

Ismail `Alaihis salam ketika hendak disembelih, ia bersabar. Dan inilah bentuk kemerdekaan yang hakiki ketika seseorang pasrah sepenuhnya di hadapan Allah dan bertaqwa mengikuti syariat Allah.

Begitu juga dengan kesabaran Ibrahim `Alaihis salam. Ketika anak yang dicintainya Ismail `Alaihis salam  sudah sampai pada usia bisa bekerja sama dengan ayahnya, Allah Subhanahu wa ta’ala perintahkan untuk menyembelihnya. Para pemuda, jadilah Ismail-ismail masa kini, maka kalian akan menjadi manusia yang merdeka.

  1. Menapaktilasi jejak Nabi Ibrahim `Alaihis salam

Jika ingin menapaktilasi jejak Ibrahim `alaihis salam yang telah memberikan jalan kepada kita untuk menjadi orang yang bertaqwa, maka berkurbanlah. Dan persiapkanlah mulai dari sekarang dengan kurban yang terbaik.

Jika masih tidak mampu juga, maka bantulah tenaga dan skill-mu agar daging-daging kurban tersebut sampai kepada yang membutuhkannya. Bisa juga dengan memasakkannya supaya penerimannya bisa menerimanya dengan baik dan enak.

Apalagi saat ini, umat islam membutuhkan persatuan yang lebih kuat lagi dalam menghadapi tantangan yang lebih berat. Lihatlah saat ini yang muncul para penghina Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam. Mereka melakukan itu karena mereka melihat bahwa umat islam tidak kuat. jika mereka tahu umat Islam bersatu, maka mereka tidak akan berani menghina simbol umat Islam.

  1. Syariat kurban menguatkan tauhid

Pada masa lalu ada orang-orang yang mengharamkan hewan-hewan tertentu yang tidak diharamkan oleh Allah Ta’ala. Bahkan ada yang menyembah hewan-hewan tertentu. Mereka menjadikannya tuhan atau perwujudan tuhan. Islam datang dengan syariat menyembelih hewan-hewan yang disyariatkan.

Hewan-hewan ternak oleh sebagian orang telah dituhankan. Islam datang dengan syariatnya dan menjelaskan bahwa hewan-hewan ternak tersebut tidak pantas untuk dituhankan.

Syariat berkurban penuh dengan nilai-nilai tauhid. Dan ini memberikan kesempatan kepada kita semua untuk membuktikan ketauhidan kita  kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan berkurban.

Buat anak laki-laki, agar menjadi pemberani sembelihlah hewan kurbanmu sendiri. Pemuda-pemuda muslim harus kuat lengannya, harus mahir tangannya, dan siap siaga dari  setiap serangan yang datang.

  1. Kemulian Islam dalam memperlakukan hewan qurban

Islam mengajarkan agar dalam menyembelih dengan pisau yang sangat tajam dan ketika menyembelih tidak boleh terlihat oleh hewan ternak lainnya yang belum disembelih.

Inilah Islam yang mengajarkan kepada kita tentang adab dan akhlak, bahkan kepada hewan ternak. Islam tidak hanya mementingkan kesehatan dan higienis, tapi yang lebih penting dari itu adalah adab dan akhlak dengan tuntunan syariat-syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.*

Sebelumnya :
Selanjutnya :