Media sebagai Alat Dakwah dan Pendidikan: Kembali ke Akar Tradisi Islam

Media sebagai Alat Dakwah dan Pendidikan: Kembali ke Akar Tradisi Islam

Prof. Kamaruddin : "Media sangat penting di pesantren dan sekolah. Ia bisa menjadi jembatan dakwah, sekaligus alat pembelajaran yang berakar pada budaya literasi Islam,” 


Prof. Kamaruddin Hidayat, Ketua Dewan Pers sekaligus cendekiawan Muslim, menyampaikan pandangan mendalam mengenai pentingnya media dalam kehidupan pendidikan, khususnya bagi sekolah dan pondok pesantren. Menurut Prof Kamaruddin, media bukan sekadar alat penyampai informasi, tetapi merupakan warisan intelektual Islam yang sudah ada sejak masa Nabi dan para ulama terdahulu.

“Islam itu punya kekuatan dari budaya tulis dan baca. Qur'an, Hadis, semuanya ditulis, lalu disampaikan oleh para penceramah. Dakwah dasarnya adalah ilmu yang merujuk pada Al-Qur’an dan ilmu para ulama,” ujarnya.

Tradisi Ilmiah dalam Islam: Lebih dari Sekadar Ritual

Prof. Kamaruddin menegaskan bahwa ilmu dalam Islam bukan hanya soal fiqh atau ibadah ritual. Pada masa kejayaan Islam, para ulama adalah juga ilmuwan dan peneliti. Mereka mengembangkan astronomi, kedokteran, matematika, hingga filsafat. Sayangnya, banyak umat Islam hari ini yang terjebak dalam dikotomi palsu antara "ilmu agama" dan "ilmu umum".

Dulu ilmuwan Islam itu mengembangkan banyak ilmu. Tapi kemudian, ilmu-ilmu itu dibawa ke Barat, lalu dianggap sebagai ilmu sekuler. Padahal itu anak kandung dari keislaman kita. Kita jangan terkecoh oleh dualisme seolah-olah ada ilmu Islam dan ilmu umum. Semua itu bagian dari Islam,” tegasnya.

Pernyataan ini menjadi pengingat penting bagi lembaga pendidikan, termasuk pesantren, agar tidak membatasi ruang belajar hanya pada aspek ibadah, tapi juga membangun tradisi berpikir kritis, riset, dan literasi ilmiah yang menyeluruh.

Peran Media dalam Dakwah dan Pendidikan

Dalam konteks modern, media menjadi alat penting dalam melanjutkan tradisi ilmiah dan dakwah. Media sekolah dan pesantren—baik berupa majalah dinding, buletin, radio komunitas, hingga media sosial—bisa menjadi sarana pendidikan, penyebaran nilai, dan pembentukan karakter santri serta pelajar.

“Itu sebabnya media sangat penting di pesantren dan sekolah. Ia bisa menjadi jembatan dakwah, sekaligus alat pembelajaran yang berakar pada budaya literasi Islam,” lanjut Prof. Kamaruddin.

Kemandirian Pendidikan Berbasis Masyarakat

Prof. Kamaruddin juga menyinggung pentingnya membangun pendidikan berbasis kekuatan lokal dan kemandirian. Ia mencontohkan tokoh masyarakat seperti Ahmad Dahlan yang membangun sekolah dan rumah sakit tanpa bergantung penuh pada negara.

“Aset-aset daerah itu harus dikembangkan. Jangan terlalu menggantungkan diri pada pusat, karena tangan pusat itu tidak selalu sampai ke daerah,” ucapnya.

Menghidupkan Warisan Ilmu Lewat Media

Melalui pandangan ini, Prof. Kamaruddin mengajak sekolah dan pesantren untuk kembali menghidupkan warisan keilmuan Islam dengan pendekatan yang lebih inklusif dan progresif. Media bukan sekadar alat teknis, tetapi instrumen peradaban. Dengan memperkuat budaya literasi dan media, sekolah dan pesantren dapat mencetak generasi intelektual yang tidak hanya taat beragama, tetapi juga aktif menciptakan perubahan.

 

Artikel diatas disampaikan saat usai memberikan sambutan dan membuka Rakernas Pimpinan dan Anggota Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesai (PJMI) 25 Juli 2025 di Gedung Balaikota Jakarta. 

Sebelumnya :