JAKARTA UMMATTV.COM - Universitas Paramadina meresmikan kampus barunya, yang berlokasi di Cipayung, Jakarta Timur, Rabu 27 Agustus 2025. Gedung megah berlantai 8 dan sangat futuristik itu, letaknya, tidak jauh dari Markas Besar (Mabes) TNI Cilangkap,
Peresmian dihadiri sejumlah pimpinan kampus dan pimpinan yayasan, serta donatur yang umumnya pengusaha terkemuka di Tanah air, diantaranya Rektor Universitas Paramadina Prof. Didik. J. Rachbini, M.Sc, Ph.D, Dewan Pembina Wakaf Paramadina dan Wakil Presiden RI periode 2004-2009 dan 2014-2019 Dr. (HC) Drs H, Muhammad Jusuf Kalla. Ketua Harian Wakaf Yayasan Paramadina Hendro Martowardoyo, dan Rektor Paramadina periode 2007-2014 DR. Anies Baswedan.
Didik J. Rachbini menyampaikan terima kasih dan syukur atas selesainya pembangunan kampus Cipayung tersebut sekaligus menegaskan bahwa idealisme Universitas Paramadina yang harus dijaga. Yaitu ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.
“Pembangunan Gedung ini menelan biaya 35 milyar. Pada saat akan dibangun, pihak kampus hanya punya uang 3 milyar rupiah. Tetapi dengan semangat dan keyakinan yang kuat, kita nekad. Alhamdulillah bantuan dari para donator kemudian mengalir,” tuturnya.
Sementara itu Jusuf Kalla mengatakan, semangat Nurcholish Madjid (tokoh pendiri Paramadina) sangat penting untuk diteruskan. Menurut JK, Cak Nur -sapaan akrab Nurcholish Madjid- merupakan seorang cendekiawan Islam yang bertoleransi tinggi dan berteman dengan seluruh lapisan tanpa pandang bulu.
“Kita harus melihat ini sebagai membangun intelektualisme kecendekiawanan yang baik. Bisa saja orang cendekiawan, tapi pikirannya tidak menuju ke situ. Karena itulah harus dijaga visi, misi sejak awal dan intelektualisme yang baik. Memang harus dibangun seperti itu,” ucapnya.
Lebih jauh JK berucap, di Indonesia perlu lebih banyak lagi tokoh yang berbicara dengan dasar itu. Tidak dengan dasar emosi, tidak dengan dasar suatu hal yang ekstrem.
“Jadi kita jangan dikenal sebagai Islam yangradikal,” tambah JK yang juga Ketum Dewan Masjid Indonesia ini.
Menurut JK, pemikiran Islam yang radikal merupakan idealisme yang bertolak belakang dengan Paramadina.
“Kita harus meneruskan ide-ide itu Cak Nur, supaya menjadi bangsa yang bermoral yang memiliki intelektualisme dan kecendekiawanan yang baik,” tambahnya.
Sementara Anies Baswedan menatakan Paramadina dibangun secara kolektif oleh banyak pendukung.
“Pihak kempus hanyalah (seperti) menjahit potongan-potongan kain yang sudah ada sehingga menjadi busana yang indah dan megah,” ucapnya.
Sedangkan istri Cak Nur, Omi, menekankan paham tentang Islam yang terbuka dan modern. Menurutnya, paham itu adalah landasan semangat Universitas Paramadina.
“Melalui institusi pendidikan tinggi, Cak Nur menitipkan pesan agar kita menumbuhkan paham keislaman yang terbuka dan modern yang menopang perwujudan cita-cita nasional Indonesia yang adil, terbuka, dan demokratis, sesuai dengan amanah para pendiri bangsa,” ucap Omi.
“Itu berarti juga bahwa seluruh sivitas akademika Universitas Paramadina terpanggil untuk ikut serta dalam mendorong tumbuhnya masyarakat Indonesia yang terbuka dan demokratis,” tambahnya.
Setelah sambutan acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Omi Komaria Madjid.
Sementara dari pimpinan perusahaan sebagai donatur dan pendukung dalam pembangunan Universitas Paramadina, tampak antara lain: Direktur Utama PT Djarum Victor Hartono, Presiden Komisaris Astra International Tbk Prijono Sugiarto, Corporate Secretary & Communication Tripurta Group Aminuddin Nurdin, Managing Director Sinar Mas periode 2022-2021 dan Dubes Indonesia untuk Korea Selatan periode 2021-2023 Gandi Sulistyanto, serta CEO Group Lippo Indonesia John Riady.
Masing-masing donatur menyampaikan testimoninya, dan menyatakan dukungan dan kepercayaan yang tinggi kepada Paramadina.
Sekilas Universitas Paramadina
Pendirian Universitas Paramadina dimulai pada tahun 1994. Kala itu Yayasan Wakaf Paramadina dengan ketua Prof. Dr. Nurcholish Madjid dan Yayasan Pondok Mulya, yang masing-masing bergerak di bidang pendidikan, bersepakat mendirikan sebuah perguruan tinggi.
Maka, pada 10 Januari 1998 berdirilah Universitas Paramadina Mulya, yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Paramadina. Universitas Paramadina ini diharapkan mampu:
• Memperkenalkan konsep perguruan tinggi alternatif.
• Menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi riset dan kewirausahaan yang dijiwai etika keislaman.
• Menjadi wahana pusat kebudayaan dan peradaban. Menjadi universitas yang bertaraf internasional.Lambang Universitas Paramadina adalah kaligrafi kutipan Al-Qurân surat Al-Nisâ ayat 113 yang berarti: ”Allah menurunkan kepadamu Kitâb dan Hikmah dan mengajarkan kepadamu sesuatu yang kamu belum tahu,” dalam bentuk huruf Kâf (Kitâb) dan Hâ (Hikmah).
Substansinya adalah bahwa ilmu dapat kita peroleh melalui dua cara, yaitu kitab suci dan dengan mempelajari alam semesta. Universitas Paramadina berusaha memfasilitasi keduanya dan bersumber kepada Iman.
Universitas Paramadina memiliki tiga kampus yaitu kampus Kuningan, Jaksel; kampus Cikarang, Bekasi; dan kampus Cipayung, Jaktim.