UMMATTV, BALIKPAPAN--Pondok Pesantren Hidayatullah UmmulQura Balikpapan menggelar Pernikahan Mubarak sebanyak 29 pasang santri. Acara Walimatul ‘Urs pernikahan tersebut digelar di Masjid Ar-Riyadh, Kampus Induk Gunung Tembak, kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Ahad, 27 Muharam 1443 (05/09/2021).
Masih dalam suasana Muharram 1443H dan Milad 50 Tahun Hidayatullah, prosesi aqad nikah peserta pernikahan ini berlangsung sakral di ruang utama masjid. Pernikahan massal ini pun digelar dengan menerapkan protokol kesehatan dalam upaya turut menghentikan pandemi Covid-19.
Pantauan Media Center UmmulQura (MCU) Hidayatullah, tampak para peserta duduk di kursi yang diatur berjarak. Peserta juga menggunakan masker dan memakai sarung tangan, begitu pula untuk dua orang petugas KUA yang memandu setiap prosesi ijab qabul.
Acara ini dilangsungkan di dua tempat terpisah. Khusus putra berlangsung di Masjid Ar-Riyadh. Sedangkan khusus putri digelar di gedung dan area khusus putri.
Walimatul ‘Ursy ini disaksikan oleh para tamu undangan, santri, warga, serta jamaah Hidayatullah, baik secara offline maupun online via live streaming di kanal Youtube LPPH Gunung Tembak.
Khutbah nikah disampaikan oleh Ustadz Dzulkifli Manshur Salbu yang juga Ketua Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah Kalimantan Selatan. Dalam khutbahnya, Ustadz Dzulkifli mengingatkan bahwa nikah merupakan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ia juga mengutip sabda Rasul yang menekankan kepada para pemuda untuk segera menikah bagi yang sudah mampu. “Jika kalian (para pemuda, red) telah sanggup untuk menikah, menikahlah!” ujar sang ustadz seraya memberi penekanan lewat gerakan turun naik kepalanya.
Dalam prosesi aqad nikah yang berlangsung sakral, terkadang tampak menegangkan bagi sang calon pengantin, terutama yang kurang lancar mengucapkan ijab qabul. Bahkan ada yang harus diulang sampai tiga kali baru dianggap sah oleh para saksi dan hadirin.
Sebagian peserta nikah lainnya tampak mengucapkan ijab qabul dengan lancar dan mantap dengan satu kali ucapan saja.
“Sah!”
“Barakallah!”
Seketika, suasana acara yang dipandu MC Ustadz Mursyid itu jadi cair tatkala seorang peserta selesai dinikahkan.
“Baarakallaahu fiikum.. Jogja turut berbahagia,” seorang netizen mengirimkan doanya lewat siaran Youtube yang ditonton lebih dari 7 ribu tayangan itu.
Acara ini turut dihadiri langsung oleh Pemimpin Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad, Anggota Dewan Murabbi Pusat Hidayatullah Ustadz Naspir Arsyad, Ketua Dewan Pembina Hidayatullah UmmulQura Ustadz Hasyim H, Ketua YPPH Balikpapan Ustadz Hamzah Akbar beserta para jajaran pengurus Yayasan, dan para Dewan Pembina dan Dewan Pengawas.
Dalam sambutannya, Ustadz Hamzah menyampaikan rasa syukur kepada Allah atas digelarnya acara tersebut. Sejak awal, rangkaian proses pernikahan ini berlangsung memakan waktu, tenaga, dan pikiran berbagai pihak yang tidak sedikit. Baik di jajaran Steering Committee maupun panitia pelaksana teknis.
“Saya sebagai steering muda yang mendampingi orang-orang tua kita yang Alhamdulillah Bapak Pemimpin Umum menyempatkan diri untuk finalisasinya, dua kali hadir dalam pertemuan steering. Kemudian orang-orang tua kita Alhamdulillah mengawal sekitar 15 kali pertemuan.
Jangan dikira kalau pertemuan itu satu jam. Kalau mulai habis isya biasa sampai jam 12. Kalau mulai habis shalat subuh, biasa sampai jam 12 siang. Terus itu dilakukan dalam rangkaian melakukan ikhtiar penuh,” jelas ustadz yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Balikpapan ini.
Ikhtiar itu antara lain agar para calon pengantin mendapatkan pasangan masing-masing yang terbaik, sesuai dengan berbagai pertimbangan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam proses pernikahan 29 santri-santriwati tersebut.
“Agar apa yang kita berikan benar-benar menjadi sesuatu yang terbaik untuk semua kader,” ujar Ustadz Hamzah menekankan.
Para peserta pernikahan tersebut merupakan kader-kader Hidayatullah dari berbagai daerah tak cuma Balikpapan. Mereka antara lain ditugaskan di Banjarmasin (Kalsel), Biak (Papua), Surabaya (Jawa Timur), DKI Jakarta, Palu (Sulawesi Tengah), Nunukan (Kalimantan Utara), Banten, dan sebagainya.
Sebagai simbolisasi penugasan, pada kesempatan itu juga dilakukan pengalungan surban dakwah kepada tiga peserta perwakilan. Pengalungan dilakukan oleh KH Abdurrahman Muhammad, Ustadz Hasyim HS, dan Ustadz Hamzah Akbar.
Walimatul ‘Ursy yang diselingi dengan penampilan Tim Nasyid Mahasiswa Pendidikan Ulama Zuama (PUZ) STIS Hidayatullah ini bertambah semarak dengan penyampaian khutbah nikah spesial oleh Ustadz Yusuf Suradji, Dewan Pembina Hidayatullah UmmulQura.
Dari sekian menit penyampaiannya, Ustadz Yusuf antara lain mengingatkan para pengantin agar selalu siap untuk ditugaskan berdakwah dimana pun. Bukan omong kosong, Ustadz Yusuf selama ini memang dikenal sebagai salah satu dai Hidayatullah yang kerap diterjunkan berdakwah di berbagai tempat tugas.
“Waktu saya nikah umur 21, istri saya umur 15 tahun. Dia mengawal saya 43 tahun berjuang. (Di) Irian Jaya 11 tahun, Tarakan 6 tahun, di Ambon di Ternate 1 tahun, di Palu 1 tahun, di Samarinda di Lempake. Pokoknya seluruh Kaltim saya sudah menjajakinya dan sudah ditugaskan”.
“Istri saya mengawal saya selama 43 tahun dikaruniai anak 11 orang, atas kerjasama yang baik antara saya dan istri saya, lahirlah anak saya tiap tahun, hehehe…. Dan cucu saya sekarang sudah 18,” tutur dai yang dikenal humoris ini.
Sementara Ustadz Naspi yang juga didaulat menyampaikan ceramah nikah, antara lain menyampaikan tentang chemistry –perasaan yang cocok dan nyambung antara satu dengan yang lain– dalam rumah tangga.
Mengutip sebuah hadits Nabi, ia mengatakan bahwa seseorang dinikahi karena empat hal, yaitu hartanya, parasnya, nasabnya, dan agamanya. Yang terpenting dari keempat hal itu adalah agama. “Jatuh semua yang tiga itu (hartanya, parasnya, nasabnya, red), tidak ada nilainya, kalau tidak ada agamanya,” ujarnya.
Dan inilah, kata Ustadz Naspi, chemistry yang paling kuat dalam rumah tangga. “Seorang mujahid itu mencari chemistry dari agamanya, bukan karena tampannya, bukan karena fisiknya, bukan karena bodinya. Dan inilah yang ada pada 30 pasang (atau 29, red) peserta pernikahan ini,” ujarnya.
Para peserta pernikahan itu tampak berbahagia. wajah mereka berbinar-binar meskipun cukup lelah mengikuti rangkaian prosesi jelang pernikahan, termasuk saat dikarantina beberapa hari semasa menjalani pembekalan pra nikah.
Selepas acara di masjid pada Ahad (05/09/2021) pagi itu, para pengantin diarahkan ke gedung WKP. Di sini, mereka kembali diberikan pelatihan singkat oleh panitia terkait tata cara memberikan mahar kepada istri masing-masing. Adapun penyerahan mahar dilangsungkan di rumah orangtua/ mertua/ wali masing-masing, atau di rumah warga yang ditelah ditentukan sebelumnya.
Biasanya, rumah yang ditempati penyerahan mahar sekaligus merupakan tempat tinggal sementara para pengantin muda itu sebelum pergi ke tempat tugas masing-masing, atau sebelum ditempatkan di rumah tersendiri yang disediakan oleh pesantren.
Rabuno, salah seorang pengantin, tampak bahagia akhirnya bisa mempersunting salah seorang gadis yang meskipun tidak ia kenal sebelummya.
Hal senada dialami Asrijal, rekan Rabuno sesama alumnus STIS Hidayatullah. Ia juga sebelumnya tidak tahu menahu siapa calon istri dan calon mertuanya.
Namun, karena ketaatan, ia mengikuti saja arahan dan bimbingan dari para ustadz khususnya di kepanitiaan terkait jodoh yang dipilihkan untuknya. “Sami’na wa’atho’na,” ujarnya mantap yang kini telah berstatus sebagai seorang suami. Barakallahulakum.*
Sumber: Hidayatullah.or.id