Ummattv, Leadership Development Program (LDP) BRILiaN adalah intensive training yang di-create khusus oleh IMZ untuk para leader di YBM BRILiaN. Transformasi kelembagaan YBM BRILiaN perlu diiringi dengan pembekalan sumber daya manusia yang memadai, sehingga mampu menghasilkan para pimpinan lembaga unggul di masa depan.
Program yang berdurasi kurang lebih enam bulan ini, kick off dengan pelaksanaan training offline di Bogor dari tanggal 14 - 16 Agustus 2023. Para peserta disuguhkan berbagai materi development seperti Penguatan Value & Motivasi Perjuangan, Self Management, Sharing Life-Mission, dan lain sebagainya. Keseluruhan materi dibalut dalam rangkaian training in class juga Leadership Outdoor Games.
Dua puluh tujuh orang peserta terdiri dari General Manager, Manager, Asisten Manager hingga Region Supervisor antusias mengikuti agenda training offline ini. Tidak hanya peserta offline, ada 6 orang peserta yang berhalangan hadir dari berbagai wilayah, ikut serta mengikuti materi via zoom online.
Acara dibuka oleh General Manager YBM BRILiaN, Dwi Iqbal Noviawan. Dalam sambutannya beliau menyampaikan terkait begitu pentingnya belajar, dan mengharapkan agar seluruh peserta siap untuk menerima insight "Kita harus selalu siap sedia dalam menerima derivatif keilmuan. Sudah beberapa kali YBM BRILiaN menghadirkan expert. Semoga hadirnya pak Fatah dan IMZ menambah penguatan berbagai lini di YBM BRILiaN" tutur pak Iqbal.
Pak Fatah, sapaan akrab dari Fatchuri Rosidin Direktur IMZ yang merupakan lead trainer LDP BRILiaN 2023 memberikan banyak elaborasi dan refleksi dalam memberikan materi. Salah satu data yang beliau sampaikan adalah mengenai salah satu riset. "Riset University of Basel Swiss terhadap 33.500 responden dan riset Harvard Business School terhadap 2.000 orang kaya, hasil risetnya: “Saat penghasilan naik, kita hanya menikmati kepuasan sebentar. Setelah itu kepuasan akan kembali turun seperti semula” yang tak lain dinamakan Hedonic Treadmill. Jika kita mengandalkan yang kita pikir uang, maka tidak akan pernah selesai. Jika uang dijadikan patokan kebahagiaan maka kita tidak akan pernah bisa puas menggapai kebahagiaan" Jelas pak Fatah.