Jika kita sering merasa lelah, merasa diabaikan, terasa tertolak, sering menjumpai penolakkan didunia modern ini, artikel ini tepat untuk Anda.
Jika kita sering merasa lelah, merasa diabaikan, terasa tertolak, sering menjumpai penolakkan didunia modern ini, Dan sulit melepaskan diri dari situasi ini, atau ingin sedikit tidak peduli dengan hal hal kecil tadi, maka artikel ini tepat.
Jauh sebelum dunia semakin modern seperti saat ini, dimana dunia semakin penuh tantangan, Ada beberapa orang yang menjalani hidupnya dengan tidak memusingkan segalanya. Jenaka yah ?
Kebijakkan kuno yang bisa membimbing kehidupan kita yang penuh smartphone dan terpacu oleh gadget ini.
Dalam artikel ini ada 10 prinsip hidup seorang pelayan yang tidak berpusing ria pada hal hal materialistis, dimana prinsip ini justru memberi makna kehidupan dan sekaligus menjadi pembeda pada prinsip kehidupan modern yang seakan akan menawarkan kehidupan yang glamor dan penuh kemewahan.
Prinsip prinsip ini begitu menyegarkan sehingga menjadi penawar bagi kehidupan modern yang cenderung mendorong seseorang kepada kegagalan, kekecewaan, kegelisahan, kecemasan dan segala ragam bentuk gangguan psikis lainnya.
Yuk bro....kita telaah satu per satu.
1. Kendalikan apa yang bisa kita kendalikan, lepaskan apa yang tidak bisa kita kendalikan. Bayangkan ini, saat sore hari kita membuat segelas kopi, sebelum seruput pertama kita, tiba tiba kucing loncat keatas meja dan menumpahkan kopi. Mungkin dulu kita marah pada si kucing dan atau juga menyalahkan semesta, tapi inilah elegannya prinsip melayani ; "kita lebih menderita dalam imajinasi kita lebih dalam daripada kenyataannya" - Seneca. Kenyataan yang terjadi ; kopi tumpah, kucing loncat kemeja dan tumpahkan kopi. Apa yang bisa kita kendalikan ? Yes...reaksi kita. Dari pada merusak imajinasi kita dengan marah, kan jauh lebih baik kita tertawa dan membuat kopi yang baru. Dunia akan senantiasa memberi banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan, seperti kucing yang loncat tadi, Jadi yang terpenting adalah reaksi kita dalam menyikapi.
2. Nikmati waktu ini, Pendidik islam hebat pernah berkata, "Jangan masa depan menjadi pengganggumu, karena kamu akan sampai disana jika kamu memiliki waktu saat ini" - Ibnu Khaldun. Di abad ini kita hidup di notifikasi yang tiada henti berdenting, dan bergulirnya waktu seakan akan mempercepat keadaan. Namun apa yang sering kita lewatkan, saat ini ?. Sekalipun pada waktu kita berlibur pun kita senantiasa teringat tugas tugas besok, Saat makan pun sibuk mendiskusikan rencana rencana pekerjaan besok, Hey bro...Nikmati waktu itu menciptakan moment, yes,... time sampling dan moment sampling itu saudara kembar yang tidak terpisahkan. Hadirkan dua hal ini, maka kejenakaan sebagai perwakilan tindakan kita selalu jadi cermin inspirasi buat orang orang disekitar kita.
3. Terimalah perubahan sebagai kodrat alam, semesta cepat sekali terasa membuat perubahan, perubahan dari musim hujan ke musim panas tanpa banyak disadari mengalir cepat , tanpa sadar pula rambut dikepala ada yang mengalami kebotakan, ada yang memutih. Belum lagi musim mangga, musim duren, musim dukuh, dan musim buah lainnya, tanpa kita sadari, tiba tiba harganya naik jauh dibanding saat pertama kali kita membeli dulu. Ada lagi musim fashion baru, musim batu akik, musim ngumpul ngopi, tanpa disadari, tiba tiba itu semua tetap membuat kerut di wajah dan besar dibagian perut, membuat kita jauh tidak segesit dulu. Nah untuk ihi, ingat baik pesan dari Cak Nun "Yang terpenting bukan apa yang terjadi pada kita, tapi reaksi kita dalam memahami perubahan diri". Untuk itu, kendalikan apa yang bisa kita kendalikan, dan nikmatilah waktu.
4. Buang kebutuhan pengakuan dari luar, Kita hidup di zaman dimana, like komen dan share seperti menjadi ukuran utama dikeseharian kita. Ingat baik kata kata pendidik hebat islam ini, " Manusia menjadi lebih cemas dari kecemasannya tersebut" - Ibnu Khaldun. Aneh bukan !!?. Bagaimana mungkin sih kita membiarkan ikon ikon juga emoji menjadi begitu penting. Ilmu melayani mengajarkan kita bagaimana mendorong validasi atau pengakuan itu seharusnya dari dalam bukan faktor luar yang menentukan. Nilai diri kita tidak seharusnya diukur dari status media sosial, tidak boleh terukur oleh populernya personafikasi media sosial. Justru tindakan tindakan kitalah yang seharusnya mencerminkan siapa jati diri kita sebenarnya.
5. Cepat akan adaptasi siklus kehidupan, Bukan hanya kurikulum pendidikan saja yang harus menyesuaikan perkembangan zaman, Nilai diri kita pun harus bertumbuh dengan adaptasi perubahan siklus kehidupan. Hey bro...dulu saya ajak pacar jajan bakso, bawa uang 20.000 cukup, jaman saiki yo ora iso. Dulu saya bawa jajan kesekolah 5 rupiah, itu dapat es teh, lontong dan tahu tempe goreng, jaman sekarang ya ngga dapatlah. Mau tidak mau kita wajib ikut siklus kehidupan, tidak bisa kita melawan arus siklus ini, cepat lelah kita. Akan tetapi ilmu kuno melayani yang lebih berfokus dari apa yang kita butuhkan jauh lebih penting dari apa yang kita perlukan.
6. Temukan pertumbuhan dalam kesulitan, Mana ada sih kita hidup yang tanpa pertumbuhan ? Pertumbuhan dan kesulitan merupakan paket lengkap yang saling menguji satu dengan lainnya. Filsuf Seneca pernah berkata, "Kesulitan memperkuat pikiran, sama halnya kerja keras memperkuat tubuh". Oleh karenanya jangan minta "MALAS" dengan sang khalik. Yang membuat pertumbuhan sulit bergerak besar adalah kemalasan. Mudah sekali kita menyerah pada kesulitan, yang menurut saya itu adalah kemalasan. Malas adalah bapaknya kemiskinan, malas itu ibu kandung kebodohan, dan malas itu kakak beradik dengan sengsara.
7. Perkayalah batin, di era feeds, reels, story FB dan Ig yang penuh akan pameran kekayaan, membuat kita mudah percaya bahwa kebahagiaan itu ukurannya materi. Tau ngga sebenarnya kekayaan batin jauh lebih menyegarkan dibanding kekayaan materi. Seneca juga pernah berkata, "Bukan kekurangan yang membuat seseorang miskin, tapi ingin selalu lebih !". Kekayaan sejati bukanlah gadget terbaru atau baju merk designer terkenal, tapi kekayaan batin (jiwa), kekayaan pengalaman (moment) dan punya harta kenangan (waktu). Ilmu kuno (melayani) tidak menyalahi kita punya harta banyak, bahkan dianjurkan, akan tetapi jangan diperbudak. Ingat baik, kita adalah tuan atas rasa, minat bakat, dan pikiran kita sendiri.
8. Pahami dan terima takdir, bukan berarti kita harus menerima segalanya. Tadi kan saya sudah sampaikan, kita ini tuan atas rasa, minat bakat dan pikiran kita, nah disitulah pondasi awal dalam kita membuat detail rancangan nilai diri kita yang wajib dilakukan sebelum kita berikhtiar. Jika apa saja yang kita lakukan sebaik baiknya akan tetapi hasil yang diperoleh tidak seperti apa yang kita asumsikan, mungkin itu bentuk penawaran ALLAH SWT yang akan memberi takaran lain yang jauh lebih sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Jika apa saja yang kita lakukan dengan sebenar benarnya, akan tetapi tidak mendapat respon yang baik dari orang lain, inshaa ALLAH itu merupakan pendidikan kedewasaan dan kebijaksanaan dari ALLAH SWT, yang dimana sekalipun dirasa kurang pas oleh kita, namun itu sejatinya takaran surga.
9. Berikan pelayanan paripurna, Apa itu melayani ? , "Barang apa saja yang kita lakukan untuk orang lain, itulah melayani" -RadjaMNoor. Pelayanan paripurna itu mensejahterakan orang lain. "Tidaklah kemiskinan terjadi, sekalipun kita beri sejahtera semuanya kepada orang lain", Dalai Lama berkata, artinya cara bypass kemiskinan hanya dengan usaha kita mensejahterakan orang lain. Mulai dari ibu kita, orang tua kita, anak, kakak adik, guru, saudara, tetangga, negara, agama, dan lainnya. Dulu tahun 94 saya pernah melakukan interview ke seorang abdi dalam kraton jogja, yang punya penghasilan hanya 25.000 saat itu, akan tetapi 5 anaknya luarbiasa kehidupannya, 3 dokter lulusan UGM, 1 sekolah di IPDN, 1 sekolah Hukum yang S1 nya di UGM, S2 nya harvard. Apa prinsip hidupnya ?, "Hidup ini hanya menumpang derajat kepada orang lain, kita hanya perlu tulus menerimanya" itu kata kata pakde Mudjian (abdi dalam).
10. Renungkan, tinjau dan sesuaikan, Dunia yang sibuk ini perlu disikapi dengan waktu kita untuk merenungkan kedalaman hasil nilai diri, meninjau pencapaian kerja keras, dan merunut kesesuain atas rasa dan kebahagiaan. Pengadaan waktu untuk ini bukan sejatinya mengarahkan gerak keyakinan diri terus perlahan dan jadi statis, melainkan untuk terus naik dan tidak lagi memjadi turun, menjadi kepala bukannya ekor. Perenungan akan menjadi "asah" atas kepiawaian minat bakat kita semakin terlatih, peninjauan akan menjadi "asih" dalam bersikap, dan penyesuaian akan menjadikan "asuh" dalam kedewasaan dan kedalaman berpikir.
Dunia yang sibuk jarang memberi kita jeda, "kebahagian hidupmu tergantung dari kualitas pikiranmu" Ibhu Sina berkata seperti itu, refleksi teratur adalah cermin bagi jiwa mu, memberi waktu merenung membantu kita membuat pola kesesuain hidup, dan menyegarkan perspektif kita, rayakan kemenangan kecil, sujud syukur pada kemenangan besar, itu semua hanya bermodalkan ilmu kuno yang saya menyebutnya, melayani.
Jangan ragu setiap hari depan cermin kita katakan kepada sosok didepannya, AKU ADALAH PELAYAN.
Orang yang mentalnya melayani, dengan keceriaan yang menyegarkan akan senantiasa berkata,...
Sini duduk samping aku.
-Radja M Noor-
PROFIL HUMA QITA :
Huma Qita merupakan produk layanan masyarakat yang memerlukan bantuan program rehabilitasi putus narkoba, yang berfokus kepada pengembangan diri bermuara kepada hidup yang berkualitas.
Lebih lengkapnya tentang Huma Qita silahkan liat di link berikut ini :
https://ummattv.com/post/huma-qita-lahirkan-program-sini-duduk-samping-aku