Hal ini untuk merealisasikan Deal of Century dan sebagai perwujudan dari janji kampanye Banyamin Netanyahu yang akan mencaplok Tepi Barat dan Lembah Yordania.
UMMATTV JAKARTA--Pada Ahad, 21 Juni 2020 telah dilangsungkan Seminar bertajuk “Tolak Perampasan Tepi Barat” yang digagas oleh Asia Pacific Women’s Coalition for Al Quds and Palestina (ApWCQP) bekerjasama dengan Adara Relief International melalui zoom meeting dan dihadiri oleh 400 peserta, termasuk pimpinan dari 10 (sepuluh) ormas muslimah dan 2 (dua) lembaga perempuan Indonesia.
Dr. Fauziah Mohd Hasan, Sekretaris Jenderal Global Woman Coalition for al Quds and Palestine (GWCQP) mengapresiasi acara seminar ini, sebagai bentuk kepedulian perempuan terhadap perjuangan bumi Palestina. Koalisi ini bertujuan untuk menunjukkan solidaritas perempuan seluruh dunia untuk perjuangan anak dan perempuan di Palestina.
Narasumber pertama pada seminar ini, Muhammad Syarif, Lc., MA (Ketua Bidang Sosialisasi dan Edukasi Komite Nasional untuk Rakyat Palestina) menyatakan tujuan dari perampasan Tepi Barat ini adalah untuk menguasai Masjid Suci Al Aqsa. Kemudian menghapus agenda Palestina berdaulat sesuai Tapal 1967, mengusir bangsa Palestina dari Tepi Barat dan melenyapkan otoritas Palestina. Hal ini untuk merealisasikan Deal of Century dan sebagai perwujudan dari janji kampanye Banyamin Netanyahu yang akan mencaplok Tepi Barat dan Lembah Yordania.
Aktivis Palestina ini menegaskan bahwa Tepi Barat sesungguhnya merupakan benteng Al Quds. Membiarkan perampasan Tepi Barat sama saja dengan menyerahkan masjid Al Aqsa ke dalam penguasaan zionis.
DR. Sajidah, narasumber kedua yang juga merupakan Wakil Ketua GWCQP menjelaskan maksud dari gerakan/kampanye "Tepi Barat Milik Kita" yang sedang dicanangkan selama bulan Juni 2020. Yang terjadi di Palestina saat ini bukan hanya perampasan wilayah, tetapi juga terusirnya penduduk dari negerinya sendiri.
“Perampasan wilayah Tepi Barat melalui pemukiman ilegal zionis tidak hanya merampas hak tinggal penduduk Palestina, menggusur dan menelantarkan anak-anak, wanita, dan manula, merusak pusat perdagangan, lahan pertanian, fasilitas social dan pendidikan, bahkan juga merusak tempat-tempat suci dan situs-situs sejarah Palestina," tegas wanita kelahiran Gaza 53 tahun silam ini.
Ia menjelaskan, gerakan ini ingin menyampaikan pesan bahwa Palestina tidak sendiri. Ini adalah nilai kesetiaan kita sebagai bangsa yang berdaulat kepada bangsa lain yang masih terjajah. Kedua narasumber ini mengimbau peserta terus memberikan dukungan sosial berupa materi dan publikasi sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Acara ditutup dengan pidato dan pembacaan Pernyataan Sikap ApWCQP oleh presiden ApWCQP dan sekaligus Ketua Adara Relief International, Nurjanah Hulwani, S. Ag. M.E.. Di awal pidatonya Nurjanah mengimbau agar semua pihak terus melakukan dukungan dan pembelaan terhadap anak dan perempuan Palestina, pihak yang paling rentan menjadi korban penjajahan Israel.*