Hidup yang memiliki komunikasi yang efektif, pemahaman yang benar tentang keberhasilan, daya tahan (daya juang), pengembangan diri (self-motivation), dan...
Pekan pertama di Desember 2024, kita sudah membahas pentingnya "Komunikasi" sebagai dasar untuk memiliki hidup yang berkualitas, terutama bagi seorang Muslim. Ada hal yang tak kalah penting, yaitu memiliki kemauan dan kemampuan untuk memahami apa itu keberhasilan atau kesuksesan, yang selama ini sudah bergeser jauh dari pemahaman filosofis Islam dan edukasi keislaman itu sendiri.
Nilai-nilai pendidikan dan pemahaman tentang kesuksesan sangat jelas terlihat kemundurannya, dan ini dialami oleh generasi-generasi saat ini: Gen Millennial, Gen X, Gen Y, Gen Z, dan Gen Alpha, yang amat terdampak oleh gelombang teknologi digital yang sangat masif dan cepat.
Tak ragu, saat ini generasi sekarang lebih cenderung untuk melakukan "pansos" atau pamer kemegahan dan kemewahan apa saja yang dimilikinya. 99% di antaranya dilakukan melalui media sosial, seolah-olah memiliki barang-barang mewah dan mahal merupakan sebuah ukuran kesuksesan itu sendiri. Rumah megah, mobil mahal, gadget mahal, makanan mahal, dan tempat-tempat mewah tanpa ragu ditampilkan, seakan-akan mereka sudah mencapai keberhasilan atau kesuksesan.
FOMO, FOPO, dan YOLO merupakan dampak psikologis akibat pemahaman yang salah tentang arti keberhasilan atau kesuksesan. Dampak lanjutannya dari sindrom tersebut bisa berujung pada gangguan kesehatan fisik. Seseorang bisa mengalami anoreksia atau kesulitan makan akibat stres berlebih, bulimia atau makan berlebihan akibat tekanan psikis yang hebat, yang tentunya mengakibatkan masalah fisik bagi orang tersebut.
Lalu, apa sih sebenarnya keberhasilan atau kesuksesan itu?
Dalam tatanan bahasa Indonesia, sebuah "kata" yang diawali dengan awalan "KE" dan diakhiri dengan akhiran "AN" memiliki arti khas yang menggambarkan sebuah SIFAT. Tidak ada kata yang diawali dengan "KE" dan diakhiri dengan "AN" yang menjadikannya kata BENDA.
Contoh:
Kata-kata di atas adalah kata turunan dari kata SIFAT.
Sebaliknya, kata BENDA seperti "meja" tidak akan pernah menjadi "kemejaan", "kursi" tidak akan menjadi "kekursian", dan "bangku" tidak akan menjadi "kebangkuan". Kata BENDA tidak akan pernah diawali dengan awalan "KE" dan diakhiri dengan akhiran "AN".
Jadi, KEBERHASILAN atau KESUKSESAN bukanlah kata BENDA, melainkan kata SIFAT.
Dari pemahaman tersebut, saya sangat yakin bahwa keberhasilan atau kesuksesan tidak berhubungan dengan benda, melainkan dengan sifat. SIFAT, perilaku, kebiasaan, atau perangai seharusnya menjadi fokus penting dalam kita mengapresiasi keberhasilan atau kesuksesan seseorang, bukan kepada objek atau benda yang dimilikinya.
Saya berencana untuk membuat kelas pengembangan diri bagi kita semua yang ingin belajar agar kita bisa menjadi seseorang yang memahami apa itu hidup yang berkualitas. Hidup yang memiliki komunikasi yang efektif, pemahaman yang benar tentang keberhasilan, daya tahan (daya juang), pengembangan diri (self-motivation), dan hidup yang melayani (service excellence).
Keberhasilan dan kesuksesan TIDAK TERUKUR oleh benda. Sifat, perangai, dan kebiasaan kitalah yang akan menjadi ukuran bagi orang-orang di sekitar kita. Milikilah sifat-sifat yang menyegarkan, meninggikan, menguatkan, indah didengar, dan sedap dipandang mata.
Sehingga kita bisa menjadi seseorang yang berkata, "Sini duduk samping aku."
Radja M Noor