Pemuda Tangguh No Baper No Caper

Pemuda Tangguh No Baper No Caper

Wahdah Islamiyah berkomitmen untuk menyelaraskan gerakan dakwah dan penguatan ketahanan keluarga telah ditegaskan sejak Muktamar ke-3 tahun 2016

UMMATTV.ID MAKASSAR - Wahdah Islamiyah menggelar webinar bertajuk "Pemuda Tangguh No Baper No Caper", Jum'at (25/12). Komitmen untuk menyelaraskan gerakan dakwah dan penguatan ketahanan keluarga telah ditegaskan sejak Muktamar ke-3 tahun 2016 silam. Karena itulah setiap tahun dalam Mukernas selalu diadakan webinar dengan tema keluarga.

Dalam webinar kali ini Wahdah menghadirkan dua narasumber. Yang pertama adalah Ahmad Syarif yang biasa disapa Kak Syarief, praktisi dan konselor dari Yayasan Kita dan Buah Hati. Narasumber kedua adalah Bapak Hadi Mulyadi yang tidak lain adalah Wakil Gubernur Kalimantan Timur.

Mengawali paparannya, Kak Syarif menampilkan beberapa fenomena di masyarakat sebagai bentuk lemahnya pembinaan remaja. "Baper", singkatan dari "terbawa perasaan" dan "caper", singkatan dari kata "cari perhatian", rupanya bukan persoalan sepele.

Baper dan caper bisa mengakibatkan adanya tawuran antar geng, remaja bunuh diri akibat putus cinta, pergaulan bebas, zina, dan lain sebagainya.

Berangkat dari fakta-fakta tersebut, maka menurutnya sangat penting bagi kita untuk bersama-sama membina dan melahirkan remaja yang tangguh. Yaitu remaja yang diibaratkan seperti pohon kurma, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Pohon kurma adalah pohon yang segala sisi dan bagiannya selalu bermanfaat. 

Permisalan lain pemuda tangguh juga sebagaimana Allah sebutkan dalam Surat Ibrahim ayat 24. Ibarat "syajarah thayyibah" yang akarnya kuat menghunjam, tidak mudah terombang-ambing, rantingnya tinggi menjulang, tak goyah diterpa angin, dan buahnya bisa dipetik setiap saat.

Narasumber kedua, Bapak Hadi Mulyadi Wakil Gubernur Kalimantan Timur memaparkan tujuh modal dasar untuk membentuk pemuda tangguh. Wagub yang akrab disapa Ustadz Hadi mendulang inspirasi ini dari Sultan Muhammad Al Fatih.

Ketujuh modal dasar tersebut, yang pertama adalah, harus memiliki cita-cita yang tinggi. Muhammad Al Fatih saat itu bercita-cita untuk menaklukkan Konstantinopel. Bahkan cita-cita tersebut sudah menjadi semacam obsesi yang diwariskan turun temurun sejak kakeknya dahulu.

Yang kedua adalah ketulusan dan keikhlasan. Ketiga harus memiliki kecerdasan dan kecakapan ilmu pengetahuan. 

Keempat, memiliki kemampuan komunikasi. Dalam hal kemampuan komunikasi, Muhammad Al Fatih bahkan menguasai tujuh bahasa. 

Karakter kelima adalah pekerja keras. Keenam, memiliki keteguhan dan keyakinan atas cita-cita yang ingin dicapainya, dan yang ketujuh harus memiliki keberanian.

Soal keberanian, Wagub yang juga berlatar belakang pendidik ini berpesan, harus didasarkan pada analisa yang komprehensif. Tidak tergesa-gesa dalam memutuskan sesuatu.

Reporter: Murtadha Ibawi

Sebelumnya :
Selanjutnya :